Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kenapa Irama Lagu Jeleknya Aldi Taher Malah Gampang Terngiang di Kepala?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
10 April 2021
A A
Aldi Taher dalam Citra Religius dan Politisi Golkar Penggubah Lirik Lagu Orang

Aldi Taher dalam Citra Religius dan Politisi Golkar Penggubah Lirik Lagu Orang

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Lagu Aldi Taher kembali muncul untuk menganggu kedamaian media sosial. Kenapa sih lagu buruk itu malah nyantol di kepala kita?

Semua orang bisa jadi kayak Aldi Taher.

Punya irama seadanya, gitar ala kadarnya, kamera sedapetnya, lalu merekam sebuah lagu yang baru 0,00005 persen jadi, selesai jadi karya. Semua orang bisa kayak gitu. Bisa.

Pertanyaannya: apa yang membedakan ordinary people dengan Aldi Taher? Kenapa orang lain tidak bisa viral dengan skema yang sama sedangkan Aldi Taher bisa?

Yak, selain karena hanya Aldi Taher doang yang mau upload lagu belum jadi sambil senam SKJ kayak gitu… hanya Aldi Taher juga orang yang sedari awal sudah sadar untuk menghibahkan dirinya sebagai sandbag bulian nasional.

Plus dengan reputasi artisnya sebelum jadi “ajaib” kayak gini. Hal viral kayak gitu jadi lebih mudah tercapai.

Sebenarnya saya males bener ngomongin ini orang. Bukan apa-apa, saya percaya Aldi Taher melakukan itu karena satu: caper. Pengen dibicarakan orang! Dan kalau saya menulis tentang dia, rasanya saya kayak lagi nurutin dia. Buset deh. Dilematis, Cooegh!

Namun, saya sebenarnya nggak ingin ngomongin Aldi Taher di sini, saya cuma mau lebih fokus pada alasan kenapa irama lagunya, yang liriknya adalah soal Nisya Sabyan itu, bisa terngiang di kepala banyak orang Indonesia.

Padahal kita tahu betapa buruk lagu itu (udah deh, nggak usah soksokan sarkas-in dia deh, dia nggak bakal paham).

Di Twitter, gejala ini bisa kamu lihat. Entah diawali dari siapa, tiba-tiba ordinary people malah banyak yang bikin parodi lagunya Aldi Taher. Mendadak irama yang mengganggu itu jadi terdengar familiar. Bgzt.

Jangankan di Twitter, di tongkrongan saya pun, kalau keadaan sepi senyap tak ada suara, entah kenapa belakangan ini ada saja temen bangsat-amoral-bedebah yang suka refleks bersenandung lirih… Nisya Sabyaaaan… I Loooooveeee youuu sooo muuucch~

*&&^@*%#*^*&!!!

Saya awalnya juga bingung, lagunya Aldi Taher tidak sama seperti lagu mars Perindo jeleknya, tapi kenapa banyak orang yang “suka” ya? Mengulang-ulangnya di mana-mana lagi. Di setiap kesempatan.

Oke deh, kalau buat lucu-lucuan itu mungkin masuk akal. Tapi tetep saja saya penasaran, kenapa semua orang malah jadi kayak punya koneksi personal ya sama irama lagu itu?

Iklan

Nah, dalam rasa penasaran ini akhirnya saya menemukan jawabannya. Dan tampaknya jawaban ini cukup akurat.

Jadi gini. Dalam jurnal Current Direction in Psychological Sciene yang saya dapat, disebutkan kalau kenangan seseorang terhadap sesuatu yang buruk… atau sangat-sangat buruk, justru malah tertancap dalam-dalam ke ingatan.

Bahkan semakin buruk ingatan itu, semakin tertancap juga memori yang mudah diakses oleh otak kita itu. Dalam takaran tertentu, ini setara dengan pengalaman traumatik yang kelanjutannya bisa jadi semacam fobia.

Bahkan semakin bersikukuh kita pengin melupakan ingatan itu, yang terjadi justru sebaliknya. Kenangan-kenangan itu malah muncul di kepala. Persis kayak irama lagunya Aldi Taher yang ada di kepala saya ketika nulis ini.

Saya bisa kasih contoh lain.

Misalnya pengalaman ditinggal rabi, seseorang yang mengalami itu bisa aja sesumbar, “Udah move on kok aku. Udah aku lupain.”

Heleh, mbelgedhes taik kucing. Nggak mungkin. Pengalaman sesakit itu sih mana bisa hilang. Pura-pura lupa sih bisa, tapi kalau lupa beneran ya sulit sekaleee.

Pertanyaannya, kenapa begitu? Kenapa pengalaman buruk malah mudah diingat?

Hal ini sebenarnya adalah bagian dari evolusi kita sebagai spesies manusia untuk bertahan hidup di planet ini. Dengan kelewat mudah mengingat hal-hal buruk, atau sulit melupakan hal-hal buruk, kemampuan itu sebenarnya merupakan kemampuan survival spesies manusia.

Hah?

Gini, gini. Saya jelasin secara sederhana.

Dengan kemampuan otak kita yang mudah merekam suatu pengalaman buruk, kita diharapkan (sama otak) untuk menghindari hal tersebut di lain waktu. Biar apa? Haayaa biar kita tak mengalami kejadian buruk lagi.

Misalnya, kamu pernah tenggelam di kolam renang sampai mau mati. Lalu otak kamu akan merekam itu sebagai kenangan yang mengaktifkan refleks kemampuan bertahan hidupmu. Otak akhirnya kasih sinyal ke kamu kalau kolam renang itu bahaya. Kolam renang itu berisiko menyebabkanmu mati.

Yang terjadi berikutnya—dalam takaran yang lebih ekstem—kamu jadi fobia kolam renang. Deket-deket kolam renang aja udah kayak mau muntah rasanya.

Dalam dosis yang lebih ringan, itulah relasi yang terjadi dengan reaksi netizen terhadap lagunya Aldi Taher. Lagu Aldi Taher ini diingat justru karena saking buruknya, dalam moment terburuk, dan dieksekusi dengan buruk pula.

Saking buruknya, pada mulanya, banyak orang yang memaki-maki ini lagu (dan video klip-nya). Kamu bisa baca itu dari reaksi netizen pada awal mula lagu ini muncul di media sosial. Yang ngamuk bejibun. Pada gerah semua. Terjadi penolakan komunal.

Namun, semakin berjalannya waktu, orang-orang malah jadi terbiasa. Keterkejutan kesan di awal akan sebuah karya yang kelewat buruk, ternyata melahirkan rasa “traumatik” dosis rendah yang bikin semua orang jadi ingat akan lagu itu.

Ketimbang melihat bahwa kemampuan Aldi Taher memang ala kadarnya. Saya justru curiga, bahwa gejala ini tak sekali dua kali dicoba oleh mantan suami Dewi Persik ini. Setiap tingkah-polahnya di media sosial belakangan ini memang kayak berusaha menyentuh reseptor otak kita untuk langsung menolaknya.

Mulai dari gerakan baca Al-Quran tiap hari tapi direkam lalu diposting yang kelewat banget tidak natural, nasihatin orang pakai dalil agama padahal dia nggak punya kapasitas soal agama, sampai bikin impian tak jelas kayak bercita-cita jadi Presiden Amerika.

Semua tindakan yang menyebalkan, menganggu, dan karena dilakukan terus-menerus bisa menimbulkan perasaan traumatik ke netizen.

Ketimbang tindakan bodoh yang random, saya melihat pola yang unik di sana. Bahwa Aldi Taher kayak paham bahwa orang itu kalau dikasih hal baik itu susah ingat, tapi kalau dikasih hal buruk pasti langsung nyantol.

Dan bukan tidak mungkin, Aldi Taher bisa tetap konsisten memberi hal-hal buruk ke depannya karena melihat reaksi-reaksi netizen selama ini.

Persis kayak anak TK yang kurang perhatian dari orang tuanya, lalu caper salto ke sana kemari. Tanpa menyadari, kalau tindakan tersebut bisa menyelakakan dirinya dan orang di sekitarnya.

BACA JUGA Aldi Taher Resmi Bergabung Menjadi Kader Partai Bulan Bintang dan tulisan POJOKAN lainnya.

Terakhir diperbarui pada 10 April 2021 oleh

Tags: aldi taherfobialagunisya sabyanpolitisitraumaviral
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Kerja jadi relawan Surabaya bikin batin terguncang. (Ega Fansuri/Mojok.co)
Ragam

Kerja Jadi Relawan Surabaya Bukannya Bantu Orang Lain malah Batin Ikut Terguncang, Miris Melihat Kehidupan Warga Kota Pahlawan

22 Juli 2025
Perjalanan Panjang Sophie Navita Menemukan Ketenangan Batin dan Menghadapi Trauma Masa Lalu
Video

Perjalanan Panjang Sophie Navita Menemukan Ketenangan Batin dan Menghadapi Trauma Masa Lalu

18 April 2024
Kaesang Pangarep Gabung PSI
Video

Kaesang Pangarep Gabung PSI dan Aldi Taher Bikin Grup WA Mantan Istri Hebohkan Netizen

30 September 2023
Kisah Perempuan Menikah dengan Bapak Kosnya Sendiri, Usia terpaut 20 tahun
Video

Kisah Perempuan Menikah dengan Bapak Kosnya Sendiri, Usia terpaut 20 tahun

30 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.