Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kenapa Dangdut Koplo Bisa Bertahan Setidaknya Sampai 100 Tahun ke Depan

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
17 Desember 2018
A A
dangdut koplo
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dunia permusikan tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis. Dari waktu ke waktu, lahir musisi-musisi andal dari berbagai aliran. Seiring dengan makin majunya teknologi, alat-alat musik baru tercipta, genre musik pun semakin beragam.

Satu per satu genre musik berguguran dan digantikan dengan tren genre musik yang baru. Rock yang dulu sempat menjadi andalan generasi 80-90an kini mulai banyak ditinggalkan oleh generasi milenial yang cenderung lebih menyukai genre musik elektrik yang dianggap lebih rancak dan lebih booom.

Begitu pula dengan seperti musik-musik tradisional seperti keroncong dan kawan-kawannya yang mulai banyak ditinggalkan.

Akses terhadap produk musik semakin mudah, persaingan pun semakin keras.

Dalam kondisi yang demikian, tak banyak genre musik yang bisa bertahan. Satu dari sedikit itu adalah dangdut koplo.

Nah, saya bersama Mojok Institute berusaha membedah kenapa genre dangdut koplo bisa menjadi genre yang awet dan bisa bertahan bahkan setidaknya sampai 100 tahun ke depan.

Eksploratif dan kolaboratif

Koplo adalah genre yang tepo seliro. Ia mau menerima perbedaan. Ia sadar bahwa musik adalah universal, karena itulah, ia tak segan-segan bereksplorasi dan berkolaborasi dengan genre yang lain.

Mak, tak heran jika kemudian kerap muncul koplo-koplo gaya baru dengan mengusung konsep perpaduan seperti rockoplo (Rock gaya koplo) yang kerap dibawakan oleh OM Ken Arok atau jandut (jaranan/jathilan dangdut) yang kerap dibawakan oleh OM Sagita.

Monoton tapi tak bikin bosan

Ini fakta. Dangdut koplo adalah musik yang boleh dibilang cukup monoton. Ketipung kendangnya ya begitu-begitu saja, dung tak dung tak-nya juga begitu saja. Tapi, ia tak pernah membuat orang bosan untk terus mendengarnya.

Jangankan soal ketipung kendangnya, soal lagunya pun juga begitu.

Di Indonesia, ada sosok Ebiet G Ade yang pernah membuat sekuel Camellia I, Camellia II, Camellia III dan berlanjut pada Camellia IV. Ada juga Koes Plus yang menciptakan sekuel Nusantara dalam delapan seri, yaitu Nusantara 1, Nusantara 2, Nusantara 3, dan seterusnya hingga berakhir pada Nusantara 8.

Coba bandingkan dengan Eny Sagita. Lha gimana ndak minder, biduan dangdut koplo yang satu ini–bersama grup orkesnya, Sagita–mampu menciptakan lagu sekuel berjudul “Ngamen”, mulai dari lagu Ngamen 1, Ngamen 2, Ngamen 3, dan seterusnya hingga berlanjut sampai pada Ngamen 17. Kemungkinan sekuel lagu tersebut masih akan terus berlanjut, meski sudah ada lagu “Leren Ngamen” maupun “Ngamen Terakhir”.

Mampu masuk ke semua isu

Genre musik tertentu biasanya hanya menyasar beberapa isu tertentu pada lagunya. Tapi tidak dengan dangdut koplo. Ia bisa menyasar berbagai isu. Dari mulai pernikahan, agama, rumah tangga, bencana alam, politik, sampai kondisi sosial.

Mangkanya, tak berkebihan jika ada yang bilang kalau Sodiq jauh lebih bertalenta ketimbang Fadli Zon. 

Iklan

Lha gimana, Fadli Zon cuma bisa bikin puisi mengkritik pemerintah, sedangkan bisa Sodiq membuat lagu mengkritik kehidupan.

Mampu beradaptasi dengan sangat baik

Ada banyak genre musik, namun hampir tak ada yang seadaptif dangdut koplo. Ia menjadi musik yang mampu menembus sekat-sekat ketidakmungkinan. Koplo selalu bisa dihadirkan dalam berbagai medan pertempuran.

Rasanya hampir tak ada lagu yang tak bisa dikoplokan. Dari lagu elektrik latin seperti Bara-bere, lagu Kpop ala-ala Blackpink, sampai lagu pembuka serial kartun anak Tayo.

“Hay Tayooo, Hay Tayooo, dia bis kecil ramah… Bukak sithik josss…”

Penuh penghayatan

Saya tak perlu menjelaskan panjang lebar, cukup simak video berikut.

Terakhir diperbarui pada 17 Desember 2018 oleh

Tags: dangdut koploMusik
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

down for life.MOJOK.CO
Panggung

“Wall of Love”, Merayakan Lebaran Metal dengan Berpelukan di Tengah Moshpit Down For Life

25 November 2025
pabrik semen, pracimantoro, wonogiri.MOJOK.CO
Aktual

Dari Panggung Rock in Solo untuk Pegunungan Sewu: Suara Musik Keras Menolak Pabrik Semen Pracimantoro

4 November 2025
captain jack.MOJOK.CO
Panggung

Captain Jack: Antara Debu, Air Mata, dan Anthem Masa Muda

19 September 2025
Kukuh Prasetya: Merangkai Nada dari Hidup yang Biasa-Biasa Saja
Video

Kukuh Kudamai Pencipta Lagu Mendung Tanpo Udan Berbagi Perjalanan Hidupnya Menjadi Aktor dan Musisi

24 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.