Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Beginilah Fase Awardee LPDP yang Mirip Masa-Masa Pacaran

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
24 Juni 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Serangan kritik dan motivasi bagi para awardee LPDP yang berkuliah di luar negeri pun bermunculan!

Tagar #ShitLPDPAwardeesSay mendadak viral di media massa. Aksi ini dimulai dari akun @pervertauditor di Twitter yang menyuarakan cuitan-cuitan terkait hal-hal yang sering diucapkan para awardee LPDP yang berkuliah di luar negeri. Meski menohok dan mak jleb jleb, beberapa netizen justru menunjukkan kesetujuannya terhadap cuitan tersebut.

Pas interview beasiswa : "Saya ingin memajukan bangsa Indonesia bla bla bla.."

Pas udah balik Indonesia : "Aduh orang Indonesia ini ya. Gak bisa antri. Kalau di negara XXX orang2nya teratur"

— Pervie! (@pervertauditor) June 23, 2018

Bagi sebagian orang, bio Instagram awardee LPDP yang berbunyi “Part-time student, fulltime traveller” ternyata menjadi hal yang cukup mengganggu dan layak diklasifikasikan sebagai “shit”. Ibarat keran air yang dibuka lebar-lebar, kalimat-kalimat sindiran lain pun bermunculan.

@profatitties: “Dulu gue pas di manchester punya tray khusus buat bikin teh. Tiap pagi nyeduh english breakfast sambil chill” #ShitLPDPAwardeesSay

@yanimbrung: “Disini tuh tertib banget, apa-apa ngantri, bersiiiih banget kotanya.” #ShitLPDPAwardeesSay

@efanferd: “Masa baru segini aja kedinginan. Dulu gw 18°c cuma kaosan.” #ShitLPDPAwardeesSay

@dimas_satyo: Pulang-pulang kosakata campuran “which is”, “basically”, “lebih prefer” #ShitLPDPAwardeesSay

Orang-orang ini menyoroti ragam unggahan awardee LPDP, lengkap dengan caption-nya, yang sering kali mengundang kerutan dahi: situ mau cerita atau pamer? Hal ini tak lepas pula dari fakta lapangan bahwa banyak awardee yang diam-diam ogah kembali ke Indonesia dan lebih memilih bekerja di negeri orang.

Hmmm agar lebih mudah memahami perasaan para awardee yang sedang dikritik habis-habisan, marilah kita mencoba menganggap LPDP sebagai…

…seorang kekasih!!!

Masa-Masa Baru Jadian

Beberapa orang meyakini bahwa setidaknya ada 3,4372% niat untuk pamer dari awardee LPDP yang mengunggah foto, vlog, maupun kisah-kisahnya berkuliah di luar negeri. Padahal, fase “pamer” yang mengundang tagar #ShitLPDPAwardeesSay ini sesungguhnya tidaklah mutlak dimiliki peraih LPDP saja. FYI, ini adalah fase alami dari manusia ketika memiliki sesuatu yang baru.

Coba ingat masa-masa kamu baru jadian. Uh, rasanya tiap detik hanya ingin bertemu dirinya, lihat senyumnya, dengar suaranya, lalu pasang kata-kata manis di media sosial. Bio di Instagram dan Twitter pun langsung diubah dengan menyisipkan nama kekasih, tidak lupa beserta simbol hati kecil dan imut-imut.

Iklan

Fase ini disebut fase honeymoon, di mana seseorang cenderung ingin menunjukkan apa yang berhasil ia dapatkan. Fase ini bisa terjadi di masa-masa pertama kali awardee LPDP mendaratkan kaki di luar negeri atau bahkan di awal-awal masa kembalinya ia ke Indonesia dan masih kangen setengah mati dengan suasana kota rantaunya.

Singkatnya, mereka-mereka yang cenderung “pamer” itu persis berada di fase di mana seseorang dengan giat mengucapkan “I love you” pada pacarnya yang baru sebulan jadian.

Masa-Masa Membanding-bandingkan Mantan

Lalu, bagaimana dengan yang suka membanding-bandingkan Indonesia dengan negara lain? Hal ini kurang lebih mirip-miriplah dengan kegiatanmu membanding-bandingkan pacar dengan mantan-mantan terdahulu.

Nyatanya, beberapa awardee memang cenderung mematok nilai-nilai yang ia lihat di negara tempatnya studi sebagai dasar kebenaran untuk diukur pada Indonesia.

Indonesia macet, disalah-salahin karena nggak kayak di UK. Orang Indonesia buang sampah daur ulang ke keranjang sampah yang tidak daur ulang, langsung diprotes karena dianggap tidak teratur seperti di Jepang. Sistem pendidikan Indonesia masih gini-gini aja pun dikomplain karena tidak sekeren Finlandia dan Korea Selatan. Pokoknya, Indonesia itu kayak Jokowi, lah: apa-apa salah!

FYI, perilaku membanding-bandingkan sebenarnya adalah watak yang sering kali ditemui, bukan cuma pada  manusia-manusia LPDP. Ha gimana, ibu-ibu aja ada yang hobinya membanding-bandingkan, kok. Dikit-dikit nanya, “Anakmu udah bisa ngapain aja? Kemarin anakku salto sambil nge-rap, loh,” lantas pasang muka prihatin tak percaya waktu tahu anak kawannya baru bisa merangkak. Hmm.

Ingat peribahasa Alah bisa karena biasa? Seseorang menjadi terbiasa dengan apa yang ia lihat dan rasakan karena itulah yang selalu ia alami setiap waktu. Karena terbiasa, hal-hal yang berada di luar kebiasaan pun akan dianggap aneh dan tak masuk akal. Ujung-ujungnya? Banding-bandingin, deh.

Nih, jangankan awardee LPDP, wong kamu sendiri aja mungkin sering kelepasan membandingkan diri sendiri sama orang lain. Sama mantannya pacarmu, misalnya. Eaaaa~

Pacaran adalah Risiko, Begitu Pula dengan LPDP

Yes, LPDP awardees say some shits—so do we.

Rileks dulu; para awardee LPDP toh sama manusianya dengan kita. Nggak ada gunanya juga, man, untuk menggeneralisasi sebuah anggapan ke seluruh bagian dalam kelompok.

Meski ada yang dengan bangganya memamerkan vlog hidup berpesta-pora dan kabur dari tanggung jawabnya untuk berkontribusi pada Indonesia, mereka tidak lantas berhak jadi satu-satunya pihak yang disalahkan. Justru, ini menjadi PR besar bagi panitia LPDP menimbang lebih matang setiap kandidat penerima LPDP.

Lagi-lagi, fase kabur dari tanggung jawab ini adalah implementasi dari perwujudan pengibaratan LPDP sebagai pasangan kekasih. Kalau sudah komitmen, kamu jelas akan berusaha keras menikahi si dia. Tapi kalau dasarnya kamu belum siap, keinginan untuk selingkuh dan putus itu lantas mencuri jalannya akal sehatmu. Pun begitu dengan LPDP—yang dibayar dari uang pajak masyarakat Indonesia.

Tapi yaaaaah, emang super kebangetan, sih, kalau ada yang justru kabur dari komitmen setelah kuliah dibayarin sampai ke luar negeri!

Terakhir diperbarui pada 24 Juni 2018 oleh

Tags: awardeebeasiswahoneymoonkuliah ke luar negeriLPDPpacaran
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO
Sosok

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Kisah mahassiwa beasiswa KIP Kuliah Aliya Eka Lestiyanti, ibu meninggal kala ia masih berjuang, sampai akhirnya jadi harapan keluarga usai jadi sarjana cumlaude MOJOK.CO
Kampus

Ibu Meninggal kala Saya Masih Berjuang, Jadi Titik Terendah Hidup tapi Bangkit demi Jadi Sarjana Pertama Keluarga

3 November 2025
mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah ISI Jogja dihujat. MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP Kuliah ISI Jogja Dihujat karena Flexing dan Dianggap Glamor, padahal Hidupnya Nelangsa

30 Oktober 2025
Kerja keras bawa Annes kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang gratis hingga kerja sebelum wisuda MOJOK.CO
Kampus

Universitas Brawijaya (UB) Bawa Saya Kuliah Tanpa Biaya, Bisa Kerja Sebelum Wisuda buat Tebus Masa-masa Berat Sekolah Sambil Kerja Sejak Remaja

15 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.