MOJOK.CO – Pengin ketawa tapi kasihan sama orang yang sudah masak seikat sayur, berharap jadi banyak, eh kempes. Nggak akrab sama pengolahan makanan ya?
Ada banyak hukum tidak tertulis tentang dapur, memasak, dan mengolah makanan. Ilmu semacam ini saya yakin, modelan learning by doing. Alias kalian nggak bakal paham kalau nggak praktik sendiri.
Membedakan merica dan ketumbar memang mudah, cari panduannya di internet juga bisa. Walau hal ini mengindikasikan kalian belum ngerti-ngerti amat soal rempah duniawi, masa begitu aja pakai googling, sih.
Nah, tapi lain lagi kalau soal memilih sendok buat mengaduk sop. Jika refleksnya ambil sendok pasta yang bolong-bolong apa nggak bikin geregetan.
Memasak adalah basic skill yang seharusnya bisa dilakukan siapa pun terlepas dari kalian laki-laki atau perempuan. Iya, oke, kalau nggak suka masak yang penting malam pertama nggak gelagapan barang cuma bikin mi instan.
Upsieee. Hestek aku semalem ileran nggak sayang?! Uww.
Pengolahan makanan bukan perihal pamer, tapi cara biar nggak kelaparan di tengah malam dan nggak ada Gofut.
Cerita tentang Mbak Kalis yang harus sabar saat Mas Agus panen kangkung bisa membuat kita menyadari bahwa Mas Agus akrab dengan makanan, tapi nggak akrab sama pengolahannya. Lima batang kangkung organik yang dipanen dari pekarangan depan rumah, baginya bakal bisa dioseng dan buat lauk makan dua orang.
Ngapuro Mas, hukum kekekalan energi memang ada, tapi konsepnya energi bisa berubah bentuk. Kekekalan bentuk kangkung 5 batang itu fana, karena bakal kempes dan berubah jadi sayuran empuk dan nggak kayak suket pas dikunyak. Ya 5 batang kangkung ya cuma bisa sak emplok, sadarilah.
Tapi tak apa kawan, kalau nggak akrab sama dapur memang perlu pemakluman. Asal masih mau belajar sih, oke. Yang perlu kalian pahami adalah, nggak bisa masak itu bukan kelebihan. Itu kekurangan. Mana ada orang teriak bilang, “Aduuuh aku nggak bisa nguleg bawang niiih.” Tapi raut wajahnya berbinar dan bangga kayak habis dapat Piala Citra.
Antara halu dan lenjeh, mlz.
Ketidaktahuan akan kangkung dan sayuran lain yang kemungkinan bakal kempes setelah dimasak ini berkebalikan dengan bagaimana orang menanak nasi.
Saya pernah bikin acara masak-masak pas tahun baru. Biasa lah, anak muda. Kami bagi tugas untuk menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan badogan dan bakar-bakar. Ada yang bikin bumbu ayam bakar, ada yang nyuci sayuran, bikin sirup, menyiapkan arang, dan kawan saya yang paling nggak bisaan ditugasi untuk menanak nasi.
Saya kira tugas masak nasi itu udah yang paling gampang, ibarat di game ini levelnya beginner lah. Tapi kok ya masih ada yang nggak ngerti kalau masak nasi itu bakal mengembang. Kawan saya yang koplak ini masukin berasnya hampir penuh sepanci magiccom. Dengan tanpa rasa bersalah menekan tombol cook dan dia pikir tugasnya sudah selesai.
Setengah jam kemudian magiccom-nya udah kepayahan. Muntah-muntah air tajin dan begitu tutupnya dibuka. Hmmm, surprise mothafakaaa!
Yo jelas mbludak.
Kawan saya ini selama hidup bersama orang tuanya di rumah apa nggak pernah mengamati ibunya di dapur yang lagi nyuci beras gitu. Melihat kalau beras satu gelas itu bisa jadi satu piring. Pas lagi makan apa nggak mengamati kalau ukuran beras itu kecil-kecil banget butirannya dan mengembang jadi nasi yang empuk dan pulen. Hadah hadah… Pengin tak tapuk.
Nggak semua orang pinter masak, tapi setidaknya jadilah orang yang bisa masak. Urusan hobi dan passion itu ranahnya chef. Sementara perihal pengolahan makanan, memasak bahan mentah jadi siap makan itu aktivitas sehari-hari yang sekentang apa pun kalian, harusnya bisa dan biasa.
Lha kalian kan tiap hari makan.
Jadi suatu saat terdampar di tengah hutan, tersesat di bulan, atau terasingkan di sebuah pulau pun kalian tetap bisa makan. Malu, Coy, sama manusia purba yang dulu berburu dan meramu.
BACA JUGA YouTube Kucing Petani Membuktikan Petani itu Kece dan Penyayang Binatang atau artikel lainnya di POJOKAN.