MOJOK.CO – Anak-anak berbakti selalu bingung gimana cara membahagiakan orang tua. Padahal, meluruskan hoaks adalah koentji.
Banyak tetangga saya yang diberi jatah vaksin, namun menolak begitu saja. Alasannya tentu karena mereka takut. Banyak kasus orang meninggal yang ndilalah kok ya habis vaksin. Sebab sebelum itu mereka sudah dibombardir info hoaks, mereka jadi nggak bisa melogikakan fungsi vaksin dan nggak paham betapa dapat undangan vaksinasi itu adalah sebuah privilese. Mungkin sebagian tetangga saya itu punya anak-anak yang sampai sekarang masih bingung bagaimana cara membahagiakan orang tua.
Begini, bukan maksud mau mendikte, tapi memberitahu kebenaran itu juga salah satu dari ibadah dan bisa kita gunakan sebagai salah satu cara membahagiakan orang tua. Ketika kecil dulu, kita diajarkan membaca, berhitung, dan memaknai sesuatu yang sulit dipahami oleh orang tua. Misalnya, kita tahu bahwa macan membunuh untuk makan daging karena mereka karnivora itu adalah fakta. Orang tua pun memberitahu pelan-pelan bahwa tindakan “membunuh” si macan tidak sama dengan bagaimana kita membunuh sesama manusia. Ada konteks yang memang harus benar-benar diulas alih-alih sekadar menginformasikan fakta. Ada sesuatu yang perlu dicerna lagi. Nah, setelah kita dewasa tentu nggak ada salahnya kita bertukar peran untuk memberi pemahaman yang benar kepada orang tua.
Informasi hoaks bisa banjir kapan saja dan level ngawurnya sudah nggak terprediksi. Sampai sekarang saya juga masih penasaran behind the scene penyusunan pesan berantai grup WhatsApp yang biasanya berlabel “forwarded to many times” itu. Dengan kesimpulan berita yang sungguh mengada-ada, fakta diputarbalikkan layaknya mantan abusif yang nyalahin balik. Di sinilah kita layak kesal sekaligus tegar. Kesal karena semakin banyak orang nirempati yang menyebar informasi ngawur, sekaligus tegar untuk mencegah orang-orang yang minim literasi agar nggak punya pemahaman yang berbelok.
Cara paling mudah dan dekat, tentu dengan mengecek anggota keluarga kita sendiri. Apakah di antara mereka ada yang termakan hoaks? Hal ini sudah saya biasakan. Saya nggak pengin ayah dan ibu saya seharian mantengin grup WhatsApp dan bergosip tentang teori konspirasi, saling menolak vaksin, dan ngomongin akun teluuur. Pelan-pelan saya perlu ngasih pengertian ke ayah sendiri bahwa menyebarkan informasi yang salah jauh lebih berbahaya ketimbang diam dan jadi tukang nyimak. Perlahan ayah saya pun sadar bahwa ada beberapa informasi yang sulit untuk ia cerna dan perlu ia tanyakan ke anaknya. Mungkin awalnya saya lelah dan hampir nyerah ngasih tahu, tapi lagi-lagi, saya ingat bahwa ini termasuk cara membahagiakan orang tua paling sederhana yang bisa saya lakukan. Bagaimana caranya, tentu in nggak bisa dijawab saklek kayak rumus matematika. Bagaimana treatment yang pas dari anak untuk orang tua, kita sendiri yang perlu trial and error. Yang jelas, kuncinya adalah sabar.
Ternyata, tidak hanya saya, beberapa orang juga membagikan pengalaman mereka dalam rangka “membahagiakan orang tua” versi meluruskan hoaks ini. Ketika orang tua punya alasan dan penjelasan yang lebih logis dari hoaks, tentu mereka tidak akan resah dan bakoh dalam menghadapi pengaruh buruk dari grup WhatsApp. Sekalipun di grup WhatsApp banyak yang lebih percaya informasi keliru, kebanyakan orang tua pasti lebih percaya pada anaknya.
Saya akui, tidak mudah melawan hoaks yang menyebar di group2 WAG keluarga. Bapak saya yang mulai aware dg hoaks, sering dibikin ragu dengan berita2 yang masuk.
Ini saya minta bapakku untuk japri, kl ada info yg bikin ragu. Dan saya debunk satu-satu, khusus buat beliau. pic.twitter.com/kCu4zZrmSX
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) July 30, 2021
Membahagiakan orang tua versi meluruskan hoaks memang nggak secara langsung bikin mereka girang saat itu juga. Usaha ini bakal membuahkan hasil yang tidak langsung. Misalnya ketika orang tua mau divaksin itu artinya kita agak sedikit lega karena mereka lebih kuat jika kelak terpapar virus. Ketika orang tua tidak menyebut-nyebut pandemi sebagai konspirasi elit global, kita juga nggak ikutan pusing dengan segala argumen dan kegilaan yang biasanya justru lebih ngotot itu. Orang tua pun nggak kebanyakan pikiran dan mulai punya literasi media yang bagus. Yang begini ini justru cara membahagiakan orang tua paling tulus dan sederhana. Nggak usah haru menaikkan haji mereka atau membelikan rumah yang bagus. Cukup penuhi kewajiban kita sebagai generasi yang tercerahkan dulu.
Pencapaian terbesar selama pandemi Covid-19 adalah meyakinkan orang tua untuk ikut vaksinasi. Setelah ketakutan karena hoaks tetangga, alhamdulillah ortu sudah vaksin kedua beberapa hari yang lalu.
— Sarjoko Subeja (@sarjokooo) July 18, 2021
BACA JUGA Hidup dengan Pola Asuh Orang Tua Indonesia yang Kadang Out of the Box dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.