Ada Ancaman Pidana, Body Shaming Memang Bukan Perkara Baper-baperan - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Pojokan

Ada Ancaman Pidana, Body Shaming Memang Bukan Perkara Baper-baperan

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
21 November 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Tangan saya pernah dianggap sebagai kaki hanya karena ukurannya besar, sementara jutaan orang lainnya juga menghadapi kasus body shaming yang menyebalkan.

“Loh, loh, kaki kamu kenapa???”

Sebuah pertanyaan dilemparkan oleh teman saya—sebut saja namanya Mbak Tulip—lewat DM Instagram, menanggapi Instagram Story yang saya unggah 5 menit sebelumnya. Jelas-jelas, dalam Story tersebut, tangan kanan saya dibalut perban putih karena terkilir. Nenek-nenek baru bangun tidur pun rasanya paham betul bahwa foto yang saya naikkan adalah foto tangan—bukan kaki.

Mbak Tulip melengkapi pesannya dengan emoji tertawa. Jelas, ia menganggap pesannya lucu. Badan saya gemuk, tangan saya pun berukuran lebih padat jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Namun, tetap saja, menyamakan tangan saya dengan kaki sedikit menyakitkan hati saya. Hiyaaa~

Sebagai manusia yang badannya sedikit lebih lebar dari kebanyakan teman-teman sepermainan, komentar-komentar semacam itu rasanya telah menjadi sesuatu yang familiar di telinga saya. Disebut-sebut sebagai bantal, jari pendek dan gemuk, pipi bakpao, sampai tangan yang mirip pemukul bola kasti—semuanya pernah saya alami. Sebalkah saya?

Baca Juga:

Jika Belum Paham Angkat Besi, Mending Nonton Weightlifting Fairy: Kim Bok-joo. Nggak Usah Ngatain Nurul Akmal

Stop Body Shaming Ngatain Orang Gendut, Kamu Nggak Tahu Usaha dan Penderitaan Mereka

Body Shaming kanggone Wong Jawa Kuwi Wis Kaya Kremikan Saking Kulinane

YA, IYALAH, FERGUSOOOO!!!

Apa, sih, salah saya—dan orang-orang lain yang mengalami nasib yang sama dengan saya—kepada para pelaku body shaming ini??? Apa menurut mereka orang-orang berbadan gemuk ini memiliki lapisan lemak yang khusus diciptakan untuk meredam dan memfilter ucapan-ucapan njeleih dari orang-orang??? Atau menurut mereka badan kami yang tebal-tebal ini bakal memantulkan kembali perkataan mereka, sehingga tak seharusnya kami merasa tersinggung kalau tak mau disebut baper???

Lagi pula—saya nanya beneran nih—memangnya kenapa kalau kami baper karena body shaming? Bukankah malah sebenarnya body shaming bukan perkara baper-baperan doang?

Sebelum marah-marah membahas body shaming lebih lanjut, ada baiknya kita menganalisis makna istilah ini terlebih dulu, mylov.

Menurut Cambridge Dictionary, body shaming adalah kritik atau komentar pedas terhadap seseorang terkait bentuk, ukuran, hingga penampilan tubuhnya. Disebutkan, “tujuan” dari body shaming ini sendiri merujuk pada kasus penghinaan atau ejekan. Saya tulis dengan tanda petik karena, sayangnya, ada banyak orang tidak menyadari bahwa komentar mereka yang dianggap lucu-lucuan itu sebenarnya adalah body shaming yang menyakitkan.

Apakah saat kasus body shaming berlangsung, saya akan langsung marah? O, tentu tidak. Ada beberapa kasus di mana saya ikut menertawakan diri sendiri, kadang-kadang agar si komentator menyebalkan ini cepat-cepat pergi. Tapi percayalah, bekasnya akan tetap tertinggal di sana; saya masih akan ingat bagaimana mereka mengomentari lipatan perut saya atau menertawakan cara duduk saya yang sedikit aneh karena ukuran paha yang lebih besar.

Pada momen-momen tertentu, saya—dan orang-orang yang menjadi korban body shaming lainnya—mungkin akan merasa umub dan ngambek. YA KAN CAPEK, TAU, DIPANGGIL ‘GENDUT’ MELULU! Sialnya, setelah masuk ke fase pundung ini, kami-kami malah dibilang baper dan nggak selow.

Sekali lagi, saya jadi ingin bertanya: memangnya kenapa kalau kami baper karena body shaming? Bukankah malah sebenarnya body shaming bukan perkara baper-baperan doang???

Akhir-akhir ini, di media sosial beredar peringatan yang menyebutkan bahwa body shaming dapat berujung dengan acaman pidana yang tidak main-main, yaitu…

…penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak 750 juta rupiah. Mamam!

UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang telah diubah oleh UU No 19 Tahun 2016 menjadi dasar dari pernyataan ini. Ancaman pidana di atas disebutkan pada Pasal 45 Ayat 3, sedangkan Pasal 315 KUHP menjelaskan bahwa body shaming merupakan perbuatan pidana melalui pernyataan berikut:

“Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”

Biar saya ulang bagian terbaiknya: “…baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya…”. Artinya, Saudara-saudara, saat kita menerima komentar tidak mengenakkan yang merendahkan kita di komentar Instagram, di depan muka kita sendiri, atau bahkan pakai surat kaleng, kita bisa mengancam si pelaku karena ia sudah melakukan tindak pidana.

[!!!!!!!!11!!!!!!!1!!!!]

Informasi ini mungkin telah dibagikan ribuan kali oleh banyak orang yang telah menjadi korban body shaming seperti saya pada awal tulisan ini. Melaporkan pelaku yang mulutnya kasar dan suka bicara seenaknya memang bakal memberi sensasi kemenangan yang luar biasa, tapi saya rasa ada baiknya kita mempertimbangkan opsi lain yang tak kalah menarik, yaitu…

…CUEKIN AJA, BABY~

Seumur hidup saya, banyak yang mulutnya gatal dan tak tahan untuk tidak mengomentari jari-jari saya yang disebut mirip sosis karena gemuk dan bulat, tapi tak sedikit orang yang tidak malu-malu menggandeng tangan saya saat jalan bareng atau memperkenalkan saya sebagai teman mereka. Banyak orang yang menertawakan baju saya yang tidak trendi, tapi tak sedikit juga yang dengan bahagianya memeluk saya dan mengirim pesan “Have a nice day!” setiap pagi. Kebahagiaan itu menyentak saya lebih keras daripada rasa sakit hati gara-gara orang-orang jahat yang tidak bertanggung jawab.

Lagi pula, menjadi orang gemuk ternyata nggak buruk-buruk amat. Departemen Psikologi Universitas Nasional Autonomus Meksiko bahkan telah menyimpulkan sebuah studi yang menyebutkan bahwa pria yang menikah dengan istri gemuk bakal lebih bahagia 10 kali lipat dibandingkan dengan mereka yang menikahi wanita kurus. Bukan bermaksud merendahkan wanita kurus, tapi saya rasa penelitian ini cukup bagus untuk menyemangati diri sendiri, walaupun saya juga belum punya suami.

Apakah sekarang saya biasa-biasa saja kalau kena body shaming lagi? Nggak juga; sakit hati itu masih ada, dan saya tidak akan malu-malu lagi kalau dianggap baper. Tersinggung itu toh kadang diperlukan sebagai batasan bagi orang lain untuk tidak berjalan terlalu jauh dengan apa yang mereka sebut sebagai ‘candaan’. Kalau mereka tetap mengejek dan tidak mengerti keberatanmu, ya itu salah mereka—bukan salahmu yang punya penampilan fisik ‘berbeda’.

Percaya, deh, kamu—dan kita semua—selalu berharga, apa pun keadaannya, sekalipun tanganmu sering dihina sebagai kaki.

Tidak apa-apa, nanti kita tunjukkan sama orang-orang apa yang bisa kita hasilkan dari tangan kita ini. Mereka itu, si tukang komentar jahat, suruh bersiap-siap saja.

Terakhir diperbarui pada 21 November 2018 oleh

Tags: ancaman pidanaBody ShamingejekangendutPasal 315 KUHPUU Nomor 11 Tahun 2008
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

ilustrasi Jika Belum Paham Angkat Besi, Mending Nonton 'Weightlifting Fairy: Kim Bok-joo'. Nggak Usah Ngatain Nurul Akmal mojok.co

Jika Belum Paham Angkat Besi, Mending Nonton Weightlifting Fairy: Kim Bok-joo. Nggak Usah Ngatain Nurul Akmal

6 Agustus 2021
Stop Body Shaming Ngatain Orang Gendut, Kamu Nggak Tahu Usaha dan Penderitaan Mereka MOJOK.CO

Stop Body Shaming Ngatain Orang Gendut, Kamu Nggak Tahu Usaha dan Penderitaan Mereka

28 April 2021
Saking Kulinane, Body Shaming Kanggone Wong Jawa kuwi Wis Kaya Kremikan MOJOK.CO

Body Shaming kanggone Wong Jawa Kuwi Wis Kaya Kremikan Saking Kulinane

5 September 2020
body shaming orang terdekat ingkar janji utang piutang dengan saudara dada tepos dada rata acne figter dibanding-bandingin sama anak tetangga mojok.co

Body Shaming dan Tindakan Ngawur Lain yang Justru Dilakukan sama Orang Terdekat

15 Juni 2020
Perkiraan Kekayaan Gundala Sang Putra Petir Jika Mau Mengomersialkan Kekuatannya

5 Momen Wong Salah Ora Gelem Ngaku Salah

24 Agustus 2019
Merayakan Ketidak-Maudy-Ayunda-an Kita Semua

Curhat Shaming: Jadi Superior Sejak dari Nanggepin Curhatan

8 Maret 2019
Pos Selanjutnya
muhammadiyah

Memahami Amien Rais yang Tegur Muhammadiyah soal Kebebasan Memilih Saat Pilpres

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Obrolan Prabowo dan Jokowi yang Semakin Hari Semakin Menyebalkan

Ada Ancaman Pidana, Body Shaming Memang Bukan Perkara Baper-baperan

21 November 2018
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
Lokasi 18 SPBU di Jogja untuk uji coba MyPertamina

Lokasi 18 SPBU di Jogja yang Jadi Tempat Uji Coba MyPertamina untuk Roda Empat

30 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
baskara aji mojok.co

Soal Jam Malam, Sultan Minta Menyeluruh di Jogja

24 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022

Terbaru

money heist korea mojok.co

3 Pemeran Money Heist Korea Ceritakan Tantangan dan Momen Paling Berkesan Saat Produksi

1 Juli 2022
Tjipto Mangoenkoesoemo [Bag.2]: Anti Raja dan Anti Kolonial

Tjipto Mangoenkoesoemo [Bag.2]: Anti Raja dan Anti Kolonial

1 Juli 2022
laman mypertamina eror mojok.co

Laman MyPertamina Eror, Sejumlah Warga Jogja Batal Daftar Pembelian BBM Subsidi

1 Juli 2022
provinsi baru mojok.co

Tiga Provinsi Baru di Papua Disetujui DPR, Persiapan Mulai Dijalankan  

1 Juli 2022
roy suryo mojok.co

Roy Suryo Diperiksa 3 Jam di Polda Metro, Bantah Akun Twitternya Disita

1 Juli 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In