Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Alasan Kenapa Habib Rizieq Jauh Lebih Ksatria Ketimbang Ahok

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
26 Januari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Netizen negeri ini memang kurang ajar, berani-beraninya nyindir Habib Rizieq saat nyebut Ahok sebaiknya segera ditahan biar nggak kabur.

Usai bebasnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), lini masa di media sosial ramai membandingkan kasus hukum penodaan agama dengan kasus hukum yang sempat menjerat Habib Rizieq Shihab. Dalam beberapa postingan, netizen mencuplik berita yang menyebutkan bahwa Habib Rizieq pernah meminta Ahok ditahan karena berpotensi melarikan diri.

Seolah mendapat bahan bakar untuk nyinyirin, netizen lalu membanding-bandingkan antara keduanya. Idih, dasar netizen, masa mau membandingkan si penista agama sama Imam Besar Umat Islam Indonesia sepanjang masa. Nggak level dong.

Perlu diketahui, berita yang dipakai untuk menyindir itu merupakan pernyataan Habib Rizieq pada pengadilan 2017 silam.

Saat itu Sang Imam Besar memang menyampaikan ke hakim saat menjadi saksi pada kasus penistaan agama Ahok. “Saya selaku saksi ahli menyarankan agar terdakwa tidak mengulang penodaan agama dan (karena) berpotensi melarikan diri maka diusulkan untuk ditahan,” kata Habib Rizieq saat itu.

Netizen lalu membanding-bandingkan, pada akhirnya siapa yang akhirnya kabur harus ke luar negeri. Lalu dibuat narasi bahwa seolah-olah Ahok itu lebih ksatria karena mau menjalani proses hukum sebagai warga negara yang baik, sedangkan Sang Imam Besar terpaksa harus umroh karena ada indikasi kriminalisasi ulama.

Masa iya Habib Rizieq yang selalu bersih dari dosa-dosa manusia fana kayak kita ini melakukan hal-hal yang dituduhkan kepolisian rezim kali ini sih?

Kayak menghina Pancasila, lalu diduga terlibat soal chat mesum, menistakan agama Katolik, ujaran kebencian (dua kasus), sampai menuduh mata uang ada logo palu-aritnya.

Semua tuduhan ini jelas-jelas mengada-ada. Mana bisa Pendiri Front Pembela Islam (FPI) terkena kasus hukum yang dibuat-buat oleh manusia seperti itu? Satu-satunya yang berhak menghukum beliau itu cuma Tuhan. Manusia fana kayak Pak Polisi ya nggak boleh. Nggak level. Camkan itu baek-baek, Kisanak.

Lha wong beliau ini Imam Besar yang jadi panutan semua orang, ya nggak mungkin dong Habib Rizieq kepleset gitu? Bisa runtuh reputasinya. Ini memang kerjaan rezim ini yang kepingin nama besar beliau hancur aja kok.

Lagian ya, monmaap nih, kasus antara Ahok sama Habib Rizieq itu beda jauh ya. Kalau Ahok itu murni pelaku kasus hukum penistaan agama, sedangkan kasus Sang Imam Besar itu semuanya adalah kriminalisasi.

Ya wajar dong kalau orang dikriminalisasi lalu cari suaka ke negeri suci Arab Saudi. Lha wong dulu umat Islam juga boleh hijrah kok kalau lagi dakwah diintimidasi, masa Habib Rizieq nggak boleh hijrah? Hedeh, Ahokers mah mana ngerti beginian.

Justru posisi Habib Rizieq di Arab Saudi itu jauh lebih berat ketimbang Ahok yang dipenjara. Ahok mah enak, di penjara cuma di Mako Brimob. Cuma di Depok. Deket banget. Lagian suasananya juga masih dalam negeri sendiri. Masih nggak rindu-rindu amat gitu lah.

Sekarang coba bandingkan dengan penderitaan Habib Rizieq yang harus tinggal di negeri orang. Meski keluarga ikut serta, tapi pasti Habib Rizieq rindu dengan Indonesia, rindu dengan umatnya—atau paling tidak umatnya yang rindu dengan beliau.

Iklan

“Dipenjara” seperti digantung begitu kan berat banget. Mana juga kepolisian nggak berani nangkep sampai Arab Saudi lagi. Kayak digantungin gitu deh. Bersalah nggak, bersalah nggak. Benar-benar bikin beban di hati.

Ahok mah enak. Langsung divonis bersalah, dipenjara, lalu akhirnya bebas. Selesai perkara. Sekarang bandingin dengan lamanya durasi Habib Rizieq nggak pulang-pulang di negeri orang? Menderita, Fellas. Merasa nggak dikasih kejelasan sama Pemerintah lagi.

Politisi-politisi yang sependapat Habib Rizieq pun cuma mampir silturahim terus menjanjikan ini-itu, tapi  nyatanya nggak ada yang bisa angkutin pulang juga kan? Ya sama aja. Sama-sama nggak berani kasih kejelasan.

Nah, yang begini ini namanya penjara psikologis. Dan tentu rasanya jauh lebih berat ketimbang apa yang dialami Ahok. Apalagi Ahok kan jelas, durasi hukumannya? Lha kalau Habib Rizieq? Mau sampai kapan? Mau sampai Prabowo jadi Presiden? Iya kalau jadi, lha kalau nggak? Kan runyam, Brader.

Oke deh, akhirnya beberapa kasus Habib Rizieq sudah di-SP3-kan oleh kepolisian. Artinya seharusnya nggak masalah kalau beliau mau balik ke Indonesia sewaktu-waktu. Tapi nyatanya Habib Rizieq masih rela tuh tinggal di Arab Saudi. Itu artinya Habib Rizieq rela “dipenjara” lebih lama dari seharusnya.

Coba bandingin sama Ahok. Selesai masa penjaranya selesai eh, keluar juga tuh. Mana ksatria-ksatrianya coba? Kalau emang gentle, misal mau dibebasin Januari 2019, ya bilang dong masing pingin dipenjara lagi, sampai Desember misalnya. Nah, kalau itu baru keren.

Justru yang begitu-begitu udah dicontohin sama Habib Rizieq. Kasus penistaan agama udah kelar, narapidananya udah keluar, eh beliau masih ikhlas dan rela aja tuh mendekam di penjara suci Arab Saudi.

Nah, kalau udah begitu, siapa dong yang lebih ksatria? Orang yang soksokan patuh hukum lalu rela dipenjara betulan terus keluar tepat waktu, atau orang yang melawan hukum rezim sampai rela nggak pulang-pulang ke alam bebas sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan?

Terakhir diperbarui pada 26 Januari 2019 oleh

Tags: ahokArab SaudiBTPHabib Rizieqmako brimobpenistaan agama
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Pengalaman sopir di Arab Saudi yang mendaftar sebagai petugas haji. MOJOK.CO
Ragam

Cerita Orang Kudus 20 Tahun Menjadi Sopir di Arab Saudi, Punya Tugas Khusus Cari Jemaah Haji Nyasar 

13 November 2024
Ragam

Hanya Orang Sabar yang Bisa “Kerja” sebagai Petugas Haji untuk Jemaah Indonesia, Hadapi Banyak Hal Tak Terduga

10 Oktober 2024
Felix Siauw Seharusnya Pro Syiah Iran Sejak Dulu MOJOK.CO
Esai

Coba Bayangkan Kalau Sejak Dulu Felix Siauw Pro Iran, Israel Pasti Sudah Rata dengan Tanah!

17 April 2024
Sialnya Warga Banjarsari Solo, Dekat Rumah Jokowi tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Esai

Surat Terbuka untuk Jokowi 2014, Tolong Selamatkan Kami dari Jokowi 2024

13 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
korupsi bikin buruh menderita. MOJOK.CO

Korupsi, Pangkal Penderitaan Buruh dan Penghambat Penciptaan Lapangan Kerja

9 Desember 2025
Nekat resign dari BUMN karena nggak betah kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Nekat Resign dari BUMN karena Lelah Mental di Jakarta, Pilih “Pungut Sampah” di Kampung agar Hidup Lebih Bermakna

10 Desember 2025
Mitos kerukunan di desa bikin warga desa ingin merantau jauh dan hidup individualistik di perantauan demi hidup tenang MOJOK.CO

Mitos Kerukunan dan Hidup Ayem di Desa: Aslinya Penuh Kepalsuan, Baik di Depan tapi Busuk di Belakang

11 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.