MOJOK.CO – Sebelum nyeri haid, ada masa PMS. Tolong dipahami, Saudara-Saudara, ini sakit sekali, termasuk dalam hal mengatur emosi yang mendadak berantakan.
Sebelum memasuki masa-masa “kelam” nyeri haid sepanjang masa menstruasi, perempuan-perempuan di dunia nyatanya harus melewati sebuah tahap ujian bernama Pre Menstrual Syndrome atau lebih sering dikenal sebagai PMS. Secara bahasa, PMS merujuk pada masa-masa sebelum siklus menstruasi dimulai, berhubungan dengan gejala-gejala tertentu.
Panjangnya masa PMS bervariasi, mulai dari 1 hingga 2 minggu. Efek dan dampak PMS ini berbeda-beda bagi semua perempuan: ada yang B aja alias baik-baik saja, tapi ada juga yang berubah jadi monster merasakan sakit luar biasa hingga mood swing yang cukup parah.
Lantas, kenapa sih PMS itu sendiri bisa terjadi?
Berdasarkan hasil penelitian, PMS terjadi karena adanya perubahan hormon menjelang datangnya siklus menstruasi. Selain itu, reaksi kimia di otak juga dapat memengaruhi efek PMS.
Sakit yang sering dikeluhkan terasa dalam masa PMS juga menimbulkan pertanyaan: memangnya, sesakit apa, sih, PMS itu? Kenapa perempuan-perempuan kalau PMS mukanya udah kayak habis ikut kelas olahraga tiga jam berturut-turut?
Secara sederhana, dalam masa PMS, lapisan uterus dalam tubuh akan mengalami peluruhan. Konon, proses inilah yang nantinya akan menghasilkan darah mens. Namun, proses ini terjadi tidak dengan mudah—ia justru menimbulkan rasa sakit luar biasa, berupa nyeri dan kram. Beberapa perempuan menggambarkan rasa sakit yang muncul di tubuhnya dengan “seperti baru saja dipukul di seluruh bagian” saking pegalnya.
O, jangan tertawa. Ini benar-benar menyakitkan, kadang-kadang.
Lebih detail lagi, berikut adalah gejala-gejala PMS yang sering dirasakan para perempuan:
1. sakit punggung, paha, dan perut,
2. nyeri payudara (terasa lebih berat dan sakit),
3. vagina kering (terasa sakit saat berhubungan intim),
4. sakit kepala,
5. mendadak ngidam makanan-makanan tertentu,
6. mudah lelah dan malas,
7. perubahan suasana hati.
Poin terakhir—perubahan suasana hati—sering kali mendapat sorotan utama dalam masa-masa PMS. Kenapa perempuan sering menjadi sangat menyebalkan menjelang menstruasi alias saat sedang PMS? Kenapa perempuan yang bahkan biasanya selalu tersenyum dan sabar, tiba-tiba berubah menjadi makhluk paling sensitif sedunia saat sedang PMS???
Nyatanya, proses peluruhan uterus yang telah disebutkan di atas tadi juga memengaruhi ketidakmenentuan emosi perempuan. Tak jarang, keadaan ini memicu sensitivitas perempuan hingga berkali-kali lipat. Stres, perasaan takut, masalah pribadi, hingga depresi, disebut bakal makin memperparah tingkat PMS seseorang.
Ada banyak langkah yang dilakukan perempuan untuk meredam gejala PMS agar tidak berkelanjutan. Dilansir dari banyak sumber dan pengalaman, langkah-langkah ini bisa kita (hah, kita???) coba:
1. berolahraga secara teratur agar memicu denyut jantung lebih cepat,
2. konsumsi karbohidrat pada makanan-makanan seperti jagung dan gandum, agar dapat meningkatkan serotonin dalam tubuh,
3. menghindari minuman berkafein karena dapat memengaruhi sistem syaraf,
4. tidur!
Akhir kata, gejala PMS memang wajar dirasakan oleh perempuan manapun di dunia. Meski terdengar sepele, rasa sakit yang ditimbulkan memang nyata adanya, termasuk soal ketidakmenentuan emosi yang mendadak. Jangankan masalah besar, lah wong masalah-masalah kecil dan sepele saja rasanya bisa sangat mengganggu mood para perempuan yang sedang PMS ini, kok!
Dengan kata lain, kalau kamu lagi PMS tepat di saat sedang bertengkar dengan pacarmu, ya sudah, titip salam semangat aja buat kalian berdua~