Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Penjaskes

5 Kebiasaan Santri yang Bikin Penyakit Gampang Menular di Pondok Pesantren

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
15 Desember 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kenapa Pondok Pesantren merupakan habitat sempurna untuk persebaran penyakit? Ternyata ada lima kebiasaan santri yang membuat hal kayak begini bisa awet kayak formalin.

Baca judul di atas saya tahu apa yang kamu pikirkan. Yaelah, ya iya dong penyakit gampang menular. Lha wong wilayah kayak gettho Yahudi jaman Nazi Jerman gitu. Populasi padat dalam area yang nggak proposional, tentu penyakit gampang menular dong, bijimana seh?

Iya deh iya. Tapi tahu nggak kalau hal semacam itu bukan satu-satunya faktor yang bikin penyakit santri bisa berkembang dan menyebar secara terstruktur, sistematis, dan masif. Ada beberapa sebab spesifik yang membuat penyakit di Pesantren efeknya seperti virus zombie dalam film World War Z—karena saking cepetnya menginfeksi.

Apalagi ada semacam strata penyakit. Kalau cuma kapalan, panuan, mah itu penyakit receh saja. Gudik, udunan, herpes, sampai mata belekan, adalah penyakit-penyakit kelas menengah dan diam-diam bikin si santri merasa senang. Lha kok bisa senang? Ya iya dong, sekolah sama ngajinya bisa libur untuk sementara waktu.

Ketimbang berhenti pada kesimpulan bahwa populasi manusia dalam satu tempat merupakan jalur penyakit gampang menular, sebenarnya ada detail-detail kecil yang bikin semakin masif penyakit menyebar dan sulit ditangani karena beberapa kebiasaan santri seperti berikut ini:

Kena Penyakit Malah Jadi Tanda Santri Kaffah

Ini umum terjadi. Dalam minggu-minggu pertama seorang santri masuk ke pondok pesantren. Penyakit gudik merupakan salah satu stempel non-formal sah atau tidaknya seorang santri disebut santri beneran. Malah kadang ada santri yang bertahun-tahun di Pesantren tidak kena gudik sering kali merasa jiwanya hampa.

Apalagi muncul celetukan-celetukan dari seniornya, “Idih, belum pernah gudiken ya? Wah, kamu belum jadi santri betulan tuh.”

Celetukan bikin perasaan jadi merana, karena seolah-olah kesantriannya dipertanyakan meski sudah hafal kitab Alfiah seribu nazam, khatam At–Tadzhib, sampai Ihya’ Ulumuddin. Ada kehampaan di jiwa terdalam. Seolah-olah penyakit-penyakit ini malah jadi tren kontemporer.

Padahal asal tahu aja, sebenarnya celetukan seperti itu cuma perasaan iri aja sih. “Bedebah, ini bocah dari awal masuk sampai lulus nggak kena gudik, udun, sampai herpes. Ledekin aja ah. Biar menulari diri sendiri.”

Tidur Barengan

Beberapa pesantren memang ada yang sudah menyediakan kasur untuk tiap santri. Fasilitas yang manusiawi. Biasanya pesantren yang sudah punya fasilitas seperti itu merupakan pesantren modern dan biaya SPP-nya mahal.

Meski begitu ada lebih banyak pesantren yang tidak menyediakan fasilitas semewah itu. Kebanyakan santri bahkan tidur menggunakan karpet saja sudah merasakan secuil kenikmatan surgawi, dapat tiker tipis merasa ada di hotel berbintang, bahkan yang cuma tidur di atas sajadah saja sudah merasa seperti di rumah.

Oleh karena itu, ada pembeda jelas antara tidur barengan, dengan tidur pada jam bersamaan. Kalau di pesantren modern dengan fasilitas kasur per santri sendiri-sendiri, maka itu namanya bukan tidur barengan, melainkan tidur bersama pada waktu yang sama. Iya dong, kan tempatnya terpisah-pisah.

Nah, istilah tidur barengan baru bisa layak disematkan jika satu tiker ukuran 4 x 6 meter dipakai oleh 10 santri sampai mlungker-mlungker seperti cacing biar dapat tempat. Ada yang kena cuma pantat doang, kepala doang, bahkan ada yang kena jari telunjuk doang (menggugurkan kewajiban).

Pada situasi tumpang tindih demikian, maka tentu segala macam penyakit akan hijrah dari satu inang ke inang lain dengan cepat. Jangankan penyakit, lha wong kutu rambut saja bisa berhijrah membawa satu bani keluarga untuk pindah dari satu kepala ke kepala yang lain hanya dalam tempo satu malam kok. Dan itu semua terjadi tanpa perlu naik buraq.

Iklan

Celana Dalem Nggak Cuma Side A dan Side B

Dalam tulisan saya sebelumnya, saya sudah pernah sebutkan bahwa salah satu penyakit paling menganggu bagi kalangan santri adalah rasa gatal di selangkangan. Nah, selain sebab-sebab di atas, sebenarnya hal ini bisa terjadi karena sempak alias celana dalam seorang santri minimal baru diganti jika sudah berlangsung selama empat hari. Ebuset.

Memangnya tidak risih ya? Eit, tunggu dulu, santri punya trik khususnya.

Jika anak kos-kosan mahasiswa terbiasa mengenal logika sempak hanya Side A dan Side B, maka seorang santri punya Side C sampai Side D. Jika Side A dan Side B cuma membalik yang tadinya di dalem jadi di luar, Side C dan Side D adalah membalik yang tadinya depan ke belakang. Kalau diibaratkan loyang penggorengan, semua ini dilakukan biar kotornya, eh, matangnya sempurna.

Canggih ya? Canggih, ndasmu.

Bak Mandi Kadang Bisa Jadi Kolam Renang Dadakan

Dalam pesantren, model arsitektur kamar mandi—lumrahnya—merupakan bak mandi panjang yang diselingi bilik-bilik kecil. Desain semacam ini merupakan upaya agar jumlah kuota dua qullah bisa terpenuhi dan air di bak mandi tidak mudah jadi air yang mutanajis karena volumenya yang luar biasa besar.

Dengan demikian, mau kamu jebur-jeburan di dalam bak tersebut, air dalam bak tersebut tidak mudah jadi najis.

Masalahnya, sering kali ada saja santri iseng (biasanya santri yang masih anak-anak) suka berenang dari satu bilik ke bilik lain kamar mandi. Hal yang semakin mudah menyebarkan penyakit, karena air adalah salah satu konduktor sempurna untuk bakteri.

Pakaian Ganti-Gantian

Menjadi seorang santri, apalagi di pesantren tradisional membuat kita kehilangan hak kepemilikan pribadi. Semua barang di dalam kamar adalah milik semua orang. Dari buku, peci, sandal, sepatu,, sarung, kemeja, bahkan seragam sekolah.

Hal ini terjadi karena mencuci adalah peristiwa sakral yang belum tentu bisa kamu lakukan setiap saat. Ya asal kamu tahu aja, kadang jumlah pancuran untuk nyuci begitu penuh saat hari libur sehingga membuat daftar panjangnya antre nyuci melebihi antre sembako murah. Ketimbang antre nyuci, beberapa santri mengandalkan pakaian temannya yang belum kotor-kotor amat.

Itulah yang bikin pakaian sering berganti-ganti kepemilikan. Tergantung pada siapa cepat dia dapat. Maka akan jadi pemandangan lumrah ketika kamu memakai pakaianmu sendiri dan ditegur oleh orang lain, “Eh, kamu pakai punya siapa itu baju?”

Puadahal itu jelas-jelas pakaianmu sendiri. Hal ini menandakan bahwa pakaianmu itu lebih sering dipakai oleh temenmu ketimbang kamu sendiri.

Kombinasi antara baju yang lama tidak dicuci dan dikenakan dengan aroma keringat berbeda-beda inilah yang membuat bakteri jahat dapat berkembang sempurna, penuh gizi, sampai akhirnya koit sendiri karena nggak tahan sama arena jajahan kulit yang beda-beda—lalu digantikan bakteri yang lebih kuat.

Benar-benar ramah lingkungan bakteri ya? Puff, untung aja yang nulis ini udah alumni.

Terakhir diperbarui pada 15 Desember 2018 oleh

Tags: gatalgudikpenyakitPondok Pesantrensantrisempak
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Hal-hal di Luar Nalar yang Dilakukan Gus Yayan untuk LKSA Daarul Muthola'ah dan Keluarga MOJOK.CO
Ragam

Hal-hal di Luar Nalar yang Dilakukan Gus Yayan untuk LKSA Daarul Muthola’ah dan Keluarga

25 November 2025
lksa darussalamah.MOJOK.CO
Ragam

Asrama Kecil di Kudus yang Menumbuhkan Mimpi Besar Anak-Anak

24 November 2025
Al Akrom: pondok pesantren sekaligus LKSA di tengah pedesaan Pati yang menempa anak-anak tak bertuntung jadi tahfiz Al Qur'an melek zaman MOJOK.CO
Ragam

Sebuah Tempat di Tengah Pedesaan Pati yang Menempa Anak-anak Jadi Penghafal Al-Qur’an nan Melek Zaman

24 November 2025
Tayangan Trans7 tentang pesantren memang salah kaprah. Tapi santri juga tetap perlu berbenah MOJOK.CO
Aktual

Trans7 Memang Salah Kaprah, Tapi Polemik Ini Bisa Jadi Momentum Santri untuk “Berbenah”

17 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.