MOJOK.CO – Suami ini gimana sih, dimintai nganter-nganter istri, malas. Disuruh ngajarin istri nyetir biar mandiri, emosi.
Jangankan nyetir mobil, bawa motor aja perempuan, terutama emak-emak, sering dapat cibiran. Sampai keluar meme ekstrem, “Ya Allah, lindungilah hamba dari emak-emak yang bahwa matic.” Yah, perempuan sudah biasa kok dijadikan domba hitam dari kesemrawutan dunia yang patriarkis ini. Tapi, berkat the power of emak-emak, we will survive!
Menurut Barbara dan Allan Pease, otak perempuan memang tidak didesain untuk beraktivitas di luar rumah karena sejak zaman manusia masih hidup berpindah-pindah (zaman batu maksudnya, bukan karena ngontrak), sebagian besar perempuan bertugas menjadi penjaga sarang dan properti keluarga. Sedangkan pria, mereka berburu dan mencari penghidupan.
Duo Pease ini juga menambahkan anjuran kepada perempuan: jangan pernah minta diajari nyetir mobil kepada pasangan lelaki karena potensial mengancam kehidupan percintaan, bahkan bisa mengakibatkan perceraian.
Awalnya saya tidak percaya pada hipotesis mereka. Saya menganggap itu hanya terjadi di pengamatan mereka, di negara setir kiri. Hingga datang masa ketika saya mengalaminya sendiri, dan jadi kaget bukan kepalang: suami yang sudah saya nikahi hampir 5 tahun tetiba menjadi orang yang sama sekali berbeda, begitu mudah marah, dan dunia dalam mobil serasa mirip sinetron Tersanjung musim kedua.
Tidak hanya itu, saya merasa menjadi orang paling bodoh di dunia dan mulai meyakini bahwa perempuan memang tidak ditakdirkan berada di belakang setir bundar. Beberapa kali sesi belajar nyetir bersama suami menjadi masa-masa yang amat menyiksa.
Penderitaan saya berakhir berkat kursus menyetir profesional yang ada di dekat rumah. Meskipun 10 kali pertemuan itu dilakukan dengan mobil baru dan tidak boleh menghidupkan AC (demi penghematan BBM), dunia terasa lebih indah. Masa depan percintaan saya tampak lebih cerah.
Dari pengalaman tersebut, saya sadar belajar nyetir di usia yang tidak muda-muda banget dan dalam posisi sebagai emak-emak rupanya butuh effort lebih.
Katakanlah tentang niat, perlu ada kepentingan yang memang membutuhkan saya-bisa-nyetir agar cobaan demi cobaan saat belajar nyetir bisa tertahankan. Niat itu bisa jadi untuk memudahkan antar jemput anak ke sekolah, pergi ke kantor, kirim katering sehat, atau menyambi jadi sopir taksi online.
Kedua, ketika kita berhasil bisa nyetir karena diajari suami, hampir pasti ia manusia yang sabarnya setengah dewa. Atau suami memang pengelola kursus mengemudi yang mobilnya sudah dimodifikasi, satu mobil ada dua pedal rem.
***
Perempuan secara hormonal, atau bahkan secara budaya, konon tidak memiliki sense of direction yang baik. Itulah sebabnya banyak perempuan yang hanya paham kiri dan kanan, sementara pria bisa menjelaskan arah dengan konsep delapan penjuru mata angin. Menurut penelitian lagi, otak laki-laki bisa mengubah peta menjadi gambar tiga dimensi ketika perempuan sata melihat GPS harus memutar-mutar hapenya sambil tengok kiri kanan dan mencari-cari gardu warna pink yang mirip dengan ciri-ciri lokasi tujuan.
Jika Anda emak-emak yang sedang mengemudi bersama pasangan, jangan biarkan suami menanyakan arah. Karena, bagi pria menanyakan arah sama dengan menyatakan cinta, harga diri adalah taruhannya. Sebaiknya Anda yang berbaik hati turun dan senyum-senyum bertanya arah jalan kepada orang. Meskipun kadang di dalam mobil masih diomeli lagi gegara pak tukang becak menjawab dengan panjang lebar dan menggunakan istilah timur dan barat yang menyesatkan.
Tapi, laki-laki perlu mencatat ini: tidak selamanya perempuan kalah dalam urusan mengemudi. Kenyataannya, kecelakaan roda 4 didominasi oleh pria. Ternyata, meskipun perempuan tidak bisa membaca peta, jangkauan pandang perempuan lebih luas daripada laki-laki.
Meskipun sedang mengemudi, perempuan lebih cepat melihat kendaraan yang datang dan lewat dari sebelah kiri dan kanan daripada lelaki. Itu sebabnya jika ada perempuan cantik di kanan kiri, kita sudah siap sedia menghalang-halangi pandangan para pria sebelum si bohay lewat. Sedangkan pria, tidak bisa curi-curi pandang tanpa sedikit menoleh atau memutar bahu. Maklum, pria konon dibentuk evolusi untuk menjadi pemburu sehingga selalu fokus pada sasaran. Mereka malah lebih susah diminta mencari sisir di belantara bedak dan lipstik kita di meja rias.
Ini adalah pengalaman pribadi dan ringkasan dari beberapa curhatan emak-emak driver R2 dan R4. Saya belum sempat sih mewawancarai perempuan perkasa yang mengemudikan kendaraan roda 8 atau lebih. Saya hanya berharap, janganlah ada lagi meme-meme yang mendiskreditkan emak-emak driver berapa pun rodanya. Kita laki-laki dan perempuan sama-sama membayar pajak dan turut membesarkan generasi bangsa ini.
Emak-emak kan punya problem juga soal bapak-bapak. Entah kalau naruh barang suka lupa atau sampai hilang, nggak terorganisir, nggak bisa bikin rencana perjalanan dengan baik, tapi bapak-bapak nggak sampai kami meme-in kan? Jadi, berhenti nyinyir deh. Paling, cukup ingatkan aja kalau bertemu perempuan nyetir yang pakai baju panjang menjuntai dan terancam terlilit roda atau kejepit pintu. Eh.