Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Apa Salahnya, sih, Kalau FaceApp Punya Wajah Kita?

Muhammad Fauzan Aziz oleh Muhammad Fauzan Aziz
20 Juli 2019
A A
face app
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Lagi seru-serunya main FaceApp aja masih ditakut-takuti. Kenapa emangnya? Nggak rela lihat orang seneng dikit, ya?

Media-media daring ini kayaknya emang nggak pernah berhenti merusak kesenangan orang lain. Baru saja kemarin mereka mengganggu kehidupan privat Salmafina, kini mereka lagi-lagi berulah dengan menakut-nakuti warganet perihal bahaya bermain aplikasi “wajah tua” FaceApp.

Hadeh, warganet ini kan sudah akrab dengan anxiety, harga tanah yang makin mahal, gaji pas-pasan, sampai hilal jodoh yang tidak kunjung terlihat—lah kok perihal main-main saja masih ditakut-takuti?

Mengutip Kompas Tekno, aplikasi gratisan asal Rusia ini diketahui bisa menyebarkan, menyimpan, bahkan menjual foto pengguna untuk tujuan komersil meski foto tersebut telah dihapus. Hal tersebut bisa terjadi karena dalam persetujuan dan ketentuan pemakaian, para pengguna yang setuju akan memberikan aplikasi FaceApp lisensi untuk mengutak-atik foto yang diunggah para pengguna, bahkan seenak jidat aplikasi tersebut, dan kita tidak bisa protes.

Jujur, membaca persetujuan dan ketentuan pemakaian memang buang-buang waktu. Lagi pula, seperti apa yang saya pelajari dulu, klausulanya memang sengaja dibuat dengan kalimat yang berputar-putar dan eksplisit sehingga membuat orang akan malas membacanya. Berdasarkan pengalaman saya yang sedikit ini, jarang sekali ada klausula yang menguntungkan konsumen, bahkan saya bisa bilang tidak ada.

Ambil contoh bisnis parkiran. Ketika saya masuk dan mengambil tiket parkir, secara tidak langsung saya sudah terikat dengan persetujuan dan ketentuan yang dibuat oleh perusahaan parkir tersebut. Semua tentu paham jika bisnis parkiran memiliki klausula yang paling terkenal yakni “segala bentuk kehilangan dan kerusakan kendaraan bukan tanggung jawab pengelola”.

Kalaupun saya tidak setuju, masa saya harus putar balik dan parkir di jalanan? Wah, motor saya bisa diangkut Dishub nanti. Seperti konsumen-konsumen lainnya, tentu saya hanya bisa menggerutu dan tetap memberikan pecahan dua ribu kepada petugas parkir setiap motor saya mau keluar.

Sampai sini, setidaknya kita bisa sepakat, menjadi konsumen di era kapitalisme lanjut berarti harus siap dan rela dirugikan hanya untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Untuk konteks aplikasi “wajah tua” FaceApp, kita tentu sudah rela mengorbankan data pribadi kita untuk mendapatkan kesenangan demi menjawab rasa penasaran bagaimana bentuk wajah kita ketika tua nanti.

Lalu, bukankah data pribadi di ruang siber sudah tidak penting lagi untuk warganet Indonesia? Sebelum ramai aplikasi FaceApp, sebenarnya kita sudah terbiasa memberikan data-data pribadi kita kepada orang lain, tanpa berpikir bagaimana orang tersebut akan mengelola data kita nantinya.

Hebatnya lagi, kita bahkan dengan senang hati akan membongkar data pribadi orang lain, mengumbarnya demi kepuasan pribadi. Wow.

Ketika Dino Patti Djalal memprotes kicauan Rich Brian yang kasar dan tidak pantas ditiru, warganet berbondong-bondong untuk menggali jejak digitalnya. Ternyata setahun lalu, Dino Patti Djalal pernah berniat mengundang Rich Brian untuk hadir di suatu acara diaspora di Amerika.

Tidak hanya Dino Patti Djalal, contoh-contoh lain mengingatkan kita jika ada formula sederhana yang digunakan untuk mempermalukan orang lain di ruang siber: cari saja jejak digitalnya.

Data pribadi, jejak digital, dan privasi di ruang siber memang problematik. Di satu sisi kita tidak ingin percakapan mesum kita dibaca perusahaan WhatsApp, tetapi kita dengan senang hati memberikan alamat rumah, alamat kantor, nomor telepon, slip gaji, nomor rekening, untuk startup fintech baru yang ingin memberikan pinjaman uang dengan syarat minimal. Rene Descartes tentu bahagia karena jargon “aku berpikir, maka aku ada”-nya yang terkenal kini diganti dengan jargon “aku mengonsumsi, maka aku ada”.

Maksud saya, kita semua memahami dan mengalami jika konsep privasi di ruang siber tidak bisa dianggap lagi sebagai bangunan kaku di mana ada batasan-batasan yang jelas antara ruang privat dan ruang publik. Sebaliknya kita menganggap konsep privasi di ruang siber sebagai sesuatu hal yang cair, data pribadi ada dalam kondisi “aman”, tapi hanya dalam batas waktu dan kondisi tertentu saja.

Iklan

Saya pikir, media-media daring yang memberitakan bahaya aplikasi FaceApp ini hanya buang-buang waktu. Tanpa perlu diberitakan pun, para warganet sudah terlebih dahulu pasrah akan bocornya data-data pribadi mereka.

Kalaupun kekeuh ingin tetap diberitakan, coba dong liput topik-topik kebocoran data pribadi yang lebih lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Misalnya, mengapa nomor saya sering mendapat SMS cara mudah dapat uang dan iPhone meski saya tidak kenal nomornya? Apakah nomor saya dijual lagi oleh tukang pulsa langganan saya?

Jelas, ini harus dicari dan ditelusuri karena melibatkan pulsa wong cilik!

Oh, maaf, maaf, saya lupa. Meliput fenomena viral, kan, memang lebih menguntungkan dibanding meliput fenomena yang tidak pernah dibicarakan sama sekali. Hehe.

Terakhir diperbarui pada 20 Juli 2019 oleh

Tags: data pribadidino patti djalalfaceappjejak digitalRich Brian
Muhammad Fauzan Aziz

Muhammad Fauzan Aziz

Penulis lepas. Pemerhati media baru, budaya pop, jejepangan, dan hati kamu.

Artikel Terkait

social spy whatsapp mojok.co
Kilas

Hati-hati Social Spy WhatsApp, Aplikasi Penipuan Berkedok Sadap!

9 Februari 2023
RUU PDP Sudah Disahkan, Data Pribadi akan Lebih Aman Mojok.co
Hukum

RUU PDP Sudah Disahkan, Data Pribadi akan Lebih Aman?

20 September 2022
Bjorka Cap Celeng: Bermain-main dengan “Hantu” Madiun MOJOK.CO
Konter

Bjorka Sukses Telanjangi Kebobrokan Sistem Siber Indonesia dan Kita Semua Menikmatinya

12 September 2022
kebocoran data mojok.co
Kilas

Kebocoran Data Pribadi Terjadi Lagi, Pakar Sebut Hal Ini Perlu Diperbaiki

20 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.