Siasat warga menghindari tumbal pesugihan yang tak bertahan lama
Cara yang dipakai oleh ibu T ternyata ditiru oleh banyak ibu-ibu lain. Sehingga di waktu-waktu berikutnya, Haji N seperti tak mendapat kesempatan untuk merenggut nyawa warga desa. Seandainya dia nekat menjenguk sampai ke desa-desa sebelah, malah akan semakin mencurigakan.
Maka, karena tahu dirinya sudah dicurigai, Haji N pun sempat mengupayakan cara lain guna memberi makan pesugihannya. Kali itu dengan mengincar orang-orang sakit. Orang yang meninggal seolah-olah karena sakit pasti jauh lebih masuk akal. Sehingga meminimalisir kecurigaan warga desa.
Cara itu sempat beberapa kali dilancarkan Haji N dan berhasil. Beberapa kali menjenguk orang sakit, lalu orang-orang yang sakit itu pun akan meninggal.
Akan tetapi, taktik tumbal pesugihan ini tak bertahan lama. Seorang tokoh agama di desa sempat menggagalkan ancaman pesugihan Haji N. Suatu kali, Haji N menjenguk orang sakit yang ternyata masih kerabat dari tokoh agama desa saya tersebut.
Ketika Haji N menjenguk, tokoh agama di desa saya di Rembang mengaku melihat gerandong yang menjulur-julurkan lidah di atas blandar rumah. Setelah dibaca-bacakan doa oleh si tokoh agama desa, gerandong itu pun terpelanting keluar, diikuti oleh Haji N yang memilih pamit dengan raut wajah penuh gelisah.
Sejak saat itu, kondisi desa sempat terasa sedikit lebih aman karena Haji N tak terlihat mencari tumbal pesugihan lagi. Hanya, konon kabarnya, dia justru mencari tumbal dari luar desa dengan cara sengaja membuang beberapa lembar uang di jalanan. Bagi yang menemukannya, dia akan jadi santapan gerandong peliharaan Haji N. Selain itu, Haji N diisukan sengaja menjalin keakraban dengan orang-orang baru yang dia temui. Tidak lain sebagai target mangsa baru.
Mengambil pesugihan dari gunung keramat
Seiring berjalannya waktu, kecurigaan warga desa kepada Haji N semakin menguat. Terutama ketika Mbah D, teman dekat Haji N, secara ngelantur berkoar-koar tentang cerita perjalanannnya dengan Haji N ke sebuah gunung keramat. Entah apa nama dan di mana gunung tersebut, Mbah D tidak menyebutnya secara detail. Dalam lanturannya, dia hanya menyebut “gunung keramat”.
Karena telah lebih dulu merasakan kekayaan secara instan, Haji N berniat mengajak Mbah D untuk ikut dengannya agar bisa menjadi sosok kaya dan disegani. Maka ikut Mbah dengan Haji N ke sebuah gunung keramat. Setelah melakukan ritual, Mbah D bermimpi didatangi sosok hitam besar yang mengajukan tumbal pesugihan nyawa manusia, sekalipun dari anak cucu Mbah D sendiri.
Mbah D yang semula mengira tumbal pesugihan yang diminta hanya sebatas hal-hal kecil seperti ayam cemani atau melakukan ritual-ritual khusus pada malam-malam tertentu, sontak langsung membatalkan niat untuk mengambil pesugihan itu. Akibatnya, Mbah D ternyata jadi setengah tidak waras dengan suka ngomong ngelantur, hingga saat ini. Yang mana di antara hasil omongan ngelantur Mbah D adalah cerita saat dia diajak mengambil pesugihan oleh Haji N di gunung keramat tersebut.
“Di gunung keramat. Demitnya minta nyawa. Aku dan Haji N dijanjikan kaya. Tapi aku nggak mau,” demikian lanturan Mbah D yang coba ditirukan kerabat saya dalam ceritanya.
Kamar berdarah
Kecurigaan warga akan tumbal pesugihan di desa saya di Rembang semakin diperkuat usai terjadi peristiwa ”kamar berdarah” di rumah Haji N. Adalah Kang P, pemuda desa pekerja di toko Haji N yang saya singgung di awal tulisan ini, yang harus meregang nyawa dengan cara sangat mengenaskan.
Beberapa hari sebelum meninggal, Kang P bercerita pada keluarganya bahwa dia sempat melihat sesuatu yang mengerikan di kamar Haji N. Dia yang tengah memindahkan beberapa barang mencium aroma anyir darah dari kamar Haji N. Pak Haji sendiri telah melarang siapa saja masuk ke kamar tersebut, tidak terkecuali Kang P.
Tapi, karena terdorong rasa penasaran, Kang P nekat membuka kamar tersebut. Dia lantas terbelalak ketika melihat kamar Haji N dipenuhi darah dan bulu-bulu hitam. Dia juga melihat sosok gerandong tengah berdiri menatapnya dengan penuh amarah.
Setelah kejadian itu, meski tak cerita ke Haji N, namun Haji N menunjukkan sikap yang berbeda kepada Kang P. Dari yang semula ramah dan mengayomi menjadi sangat dingin. Suatu hari, Haji N meminta Kang P untuk pergi ke pasar membeli beberapa keperluan. Dan siapa nyana, belum juga sampai ke pasar, Kang P yang mengendarai motor tewas terlindas truk.
Bertahun-tahun berlalu, aktivitas Haji N mencari tumbal pesugihan di desa saya memang tak semasif tiga tahun pertamanya. Satu, desas-desusnya dia telah menego ulang jenis tumbal yang akan dipersembahkan untuk si pesugihan. Dua, saat ini dia dicurigai memainkan cara halus. Misalnya, memberi jajan, uang, atau apa saja secara cuma-cuma kepada beberapa orang.
Sayangnya, di kalangan warga desa saya, cara halus itu sama sekali tak mempan. Warga desa yang sudah menaruh kecurigaan sejak lama pasti akan membuang setiap pemberian dari Haji N, sehingga tak akan menjadi sasaran tumbal pesugihan.
BACA JUGA Pesugihan Milik Tetangga Mencari Tumbal, Mengancam Keluarga Saya dan kisah menyeramkan lainnya di rubrik MALAM JUMAT.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Yamadipati Seno