Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Malam Jumat

Nyawa yang Melayang dan Hantu yang Dipeluk Dalam Umpatan Makassar

Ibe S Palogai oleh Ibe S Palogai
4 April 2016
A A
Nyawa yang Melayang dan Hantu yang Dipeluk Dalam Umpatan Makassar

Nyawa yang Melayang dan Hantu yang Dipeluk Dalam Umpatan Makassar

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bagi yang pernah berkunjung atau sekarang menetap di Makassar, carilah apa bagian paling intim dari kota ini. Barangkali kau beranggapan bahwa itu kuliner, pemandangan alam, wanita, atau perpaduaan ketiganya. Makan Pisang Epe’ di Pantai Losari dan ditemani wanita Makassar. Ulala!

Namun ada fakta lain, bersifat arbitrer dan rahasia, tentang Kota Makassar. Karena ini saya anggap penting diketahui banyak orang, kecuali mereka yang masuk pengecualian, maka biarkan saya belajar menjadi Farhat Abbas – membincang apapun di mana hanya dia dan pangeran kodok yang tahu.

Jadi begini, lidah orang Makassar itu terbuat dari paku tindis dan balon ulang tahun. Selalu meriah, mudah meledak, dan keras tapi tidak kasar. Itulah keintiman sekaligus hal yang bisa menimbulkan ketakutan.

Lidah-lidah itu kemudian melahirkan berbagai umpatan. Namun tidak seperti di daerah lain, umpatan yang lahir kemudian memiliki banyak sekali kaitan, mulai dari sejarah, pendidikan, hingga mitos aneh. Berikut beberapa umpatan yang lahir dari lidah-lidah orang Makassar dan kisah mitos horor yang hidup di dalamnya.

Anak Sundala

Umpatan ini juga terkenal di beberapa daerah di Nusantara. Dalam sejarahnya, perlambangan anak haram ini dibawah oleh perompak Makassar yang meninggalkan tanah leluhurnya.

Sangat dahulu, umpatan ini dikenal dengan Anak Kapere, namun seiring kesediaan raja-raja di Sulawesi Selatan untuk bergabung dengan Indonesia, diseraplah istilah yang lebih sa’du terucap: Sundal. Atas nama nasionalisme, generasi selanjutnya memilih istilah ini.

Dari cerita nenek saya, di Benteng Sanrobengi, dulu tinggal I Botto – kacuping yang mengurus kuda raja. Suatu malam, Botto mempersiapkan kuda yang akan ditunggangi raja untuk berburu keesokan paginya. Karena lupa mandi, maka dia didatangi Longga – hantu yang tingginya mencapai pohon kelapa dan suka menyembunyikan anak kecil. Botto lalu mengambil kayu sambil lari terbirit karena ketakutan

“Apa kau Anak Kapere!”

Disebab pekerjaannya belum selesai, beberapa saat kemudian Botto kembali dan menemukan Longga itu jongkok dan menangis.

“Kenapa-ko menangis, Longga?” tanya Botto.

Dengan tersenguk, Longga itu menjawab, “Kenapa kau bilangi-ka Anak Kapere, padahal saya anak baik-baik-ji.”

Suntala.

Konon, kurun waktu 1990-an atau sebelumnya di Makassar, jika seseorang diumpat Anak Sundala, maka badiklah yang harus menebusnya. Namun seiring merayapnya waktu, istilah Anak Sundala mengalami asimilasi menjadi Nassundala, dengan pemaknaan yang telah berbeda. Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa perubahan bunyi ini terjadi, salah satunya adalah karena tidak punya alasan.

Iklan

Pada awal 2000-an kita semakin sering mendengar istilah ini diucapkan sebagai lambang kekerabatan. Nassundala memiliki beberapa varian rasa, Suntili, Suntala, dan Cumpala.

Tai Laso

Laso bagi orang Makassar bukan simbol kejantanan, melainkan simbol kejayaan. Dia tidak untuk dipamerkan, apa lagi ditunjukkan di tempat umum. Ini bagian penghormatan pada mereka yang impoten dan lemah syahwat.

Namun apa yang membuat penyimbolan itu bisa menjadi hinaan? Apapun yang didahului kata tai, pasti berkonotasi buruk. Tai cicak jatuh di wajahmu, buruk. Tai kucing melengket di sepatumu, buruk. Tai kambing bulat-bulat ikut di mangkok baksomu, buruk. Untung par-tai, tainya di belakang. Berarti buruknya tidak terjangkau maaf lagi.

Tai Laso juga mengalami afiliasi menjadi Telaso. Apa yang membuat perubahan bunyi ini terjadi?

Menurut cerita, suatu malam, ketika Daeng Kanang melahirkan, suaminya yang menunggu di kolong rumah mencium bau tidak sedap. Dia kemudian keliling rumah mencari sumber itu, namun betapa kagetnya dia ketika menemukan Parakang – hantu yang melayang dengan hanya membawa organ dalam tubuhnya. Karena takut istri dan anaknya diganggu oleh Parakang ini, dia kemudian mengambil api.

“Wo Tai Laso, apa kau kerja di sana? Jangan-ko ganggu istri dan anakku!” Mendengar itu, Parakang tersebut langsung lemas dan jatuh ke tanah.

Melihat gelagat aneh dari Parakang, calon ayah itu mendekatinya.

“Kenapa-ko jatuh, Parakang?”

Dengan wajah angker yang terseduh, Parakang itu menjawab:

“Kenapa kau bilangi-ka Tai Laso, padahal saya ini Parakang. Tidak ada laso-ku.”

Daeng Kadang yang sedih melihat Parakang itu kemudian memeluknya dan berjanji tidak akan mengucapkan kata itu lagi.

Nah, dalam kurun waktu yang sama dengan Nassundala, dianggap tidak sah persahabatan dua orang lelaki bila di antaranya belum saling sapa menggunakan umpatan ini. Namun karena Makassar mengenal budaya Sipakatau atau saling memanusiakan, istilah yang terdengar sangat maskulin ini kemudian dikembangkan juga ke ranah feminim menjadi Tai Telang dan Tai Combi.

Belakangan, kata ‘Tai’ dua umpatan ini lebih sering dihilangkan, dan Tai Laso menjadi Telaso.

Ka’bulamma

Di antara dua umpatan sebelumnya, Ka’bulampe yang memiliki paling banyak varian tutur.

Ketika jalan-jalan ke Pasar Terong, seorang ibu penjual pakaian cakar mengucapkan umpatan ini. Karena iseng, saya memutuskan bertanya. “Apa arti kata Ka’bulamma itu, Ajji?” Dengan tatapan sinis dan alis yang nyaris bersatu, dia menjawab:

“Dulu, waktu masih kecil, biasa-ka dengar orang tua bilang, Telanna Amma’nu. Dari sanami itu istilah, Cindopang.”

Konon, yang memprakarsai istilah ini adalah para Balanda Le’leng – pribumi yang tunduk dan bekerja di bawah kaki Belanda. Awalnya, ini diperuntukkan kepada keturunan dari wanita yang menjadi korban kekerasan seksual penjajah.

Umpatan ini terus hidup di tengah masyrakat, hingga suatu malam di tahun 1980-an, seorang perempuan ditemukan gantung diri.

Konon, dia salah satu wanita tercantik di kota ini, namun memilih bunuh diri karena hamil setelah diperkosa. Arwahnya gentayangan. Selain senang menakut-nakuti pria berbaju merah, karena menyayangi anaknya, ia juga akan menghadirkan sosoknya ketika ada yang mengucapkan umpatan Ka’bulamma.

Penuturan umpatan ini telah diperbaharui: Ka’bulampe, Blamma, Blampet, Bamma, Bampe, dan Blammake.

Setiap kata pada dasarnya memiliki struktur tulang sendiri. Huruf ‘r’ dalam sebuah kata bisa menimbulkan kesan keras dan kasar. Lalu huruf ‘m’ dan ‘l’ menimbulkan kesan lemah dan lembut. Perhatikanlah umpatan orang Makassar, nyaris tidak memiliki struktur kata yang mengandung tulang keras dan kasar.

Namun demikian, secara fungsi kata-kata dalam bahasa Makassar bisa membuat nyawa melayang dan para hantu bersedih.

Jika kau menemukan orang Makassar yang kasar, bisa jadi dia adalah generasi yang kelahirannya tidak dikarunia kesertaan otak oleh Batara Langi. Karena sejatinya, orang Makassar itu keras tetapi tetap mengedepankan kelembutan dalam tuturan.

Itu tadi buktinya, hantu yang bersedih saja juga ikut dipeluk.

Lidah orang Makassar itu rewa atau dalam tafsiran sederhananya, selalu sinis tapi penyayang. Tampakan ini dipengaruhi oleh keingin mereka untuk berterus terang dan apa adanya. Maka, kalau ada yang mengataimu dengan salah satu umpatan di atas, mungkin karena dia mencintaimu dengan tulus atau memang membencimu dengan serius.

Jika bukan karena dua alasan itu, barangkali kau dianggap hantu olehnya.

Terakhir diperbarui pada 23 Juni 2017 oleh

Tags: #PekanHororMakassarumpatan
Ibe S Palogai

Ibe S Palogai

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
KKN UGM Naik Kapal Pelni MOJOK.CO
Otomojok

Pengalaman KKN UGM Naik Kapal Pelni Menuju Maluku: Tiketnya Murah, Fasilitas Lengkap, Bonus Sarang Kecoak!

21 Juli 2024
Dokter Gigi Muda Terjerat Pinjol untuk Foya-Foya MOJOK.CO
Ragam

Terjerat Pinjol untuk Puaskan Hasrat Foya-Foya, Terpaksa Jual Emas Ibu dan Gadaikan SK ASN hingga Nyaris Bunuh Diri karena Mumet Lunasi Tagihan

9 Mei 2024
Susah-susah Kuliah Jadi Dokter Gigi tapi Berantakan Gara-Gara Bipolar, H-1 Tunangan Dibatalkan karena Calon Mertua Tak Mau Punya Mantu Gangguan Mental MOJOK.CO
Ragam

Susah Payah Kuliah Kedokteran Gigi, Setelah Jadi Dokter Gigi Bergaji Besar Malah Gangguan Jiwa sampai Tunangan Dibatalkan Calon Mertua

3 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.