Pemerintah Kota Semarang gencar melakukan upaya pencegahan stunting, sehingga menempati urutan ke-2 terendah di Jawa Tengah. Stunting menjadi masalah serius karena berdampak permanen pada kognitif anak. Lalu, bagaimana strategi mereka dalam menurunkan prevalensi angka stunting?
Bahaya stunting bila tidak dicegah
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moch Abdul Hakam tak menampik, bukan hal yang mudah untuk menggenjot penurunan angka stunting. Beberapa kali, ia dan tenaga kesehatan mengalami kendala.
“Sebagian ibu belum memahami pentingnya pemeriksaan kehamilan dan manfaat kelas untuk ibu hamil yang disediakan oleh Dinas Kesehatan. Padahal, pemeriksaan dan kelas itu penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin,” kata Hakam saat dihubungi Mojok lewat WhatsApp, Selasa (14/10/2025).
Hakam menegaskan stunting menjadi masalah serius karena mengganggu pertumbuhan yang terjadi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun. Jika tidak ditangani dengan serius sebelum masa itu, stunting bisa berdampak permanen pada kognitif anak.

Masalahnya tidak sampai di situ, stunting juga memengaruhi kesehatan anak di masa dewasa kelak, seperti obesitas yang nantinya berujuk pada penyakit tidak menular. Penyakit itu seperti stroke, diabetes, hipertensi, dan jantung. Dengan begitu kualitas Sumber Daya Manusia di masa depan pun ikut dipertaruhkan.
Orang tua harus rutin periksakan bayi sebelum melihat tanda ini
Hakam menjelaskan pemerintah Kota Semarang punya banyak program untuk mencegah stunting sejak dini hingga ibu balita. Salah satunya adalah program kelas khusus bernama Keluarga Cemara. Program itu untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pencegahan stunting dan masalah gizi terintergrasi.
“Sasarannya adalah remaja, ibu hamil, dan ibu balita,” kata Hakam.
Untuk ibu hamil dan balita, Pemkot Semarang telah menyediakan layanan gratis berupa pemeriksaan rutin dan terjadwal. Pemeriksaan mulai dari Antenatal Care (ANC) minimal 6 kali selama kehamilan (1 kali trimester 1, 2 kali trimester 2, 3 kali trimester 3).
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap bayi yang baru lahir yakni usia satu bulan dan setiap bulan berikutnya. Sementara, balita dipantau setiap bulan di Posyandu untuk penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan skrining tumbuh kembang.

Biasanya, bayi perlu mendapat perhatian atau pemeriksaan lebih lanjut apabila berat badannya tidak naik dalam dua kali penimbangan berturut-turut. Lalu, menolak makan atau lemah saat menyusu, lesu atau tidak aktif, demam tinggi, sesak napas, dan kejang. Tanda fisik dapat dilihat dari kulit, mata, atau kuku yang menguning hingga seluruh tubuh.
Bila terdapat tanda-tanda seperti di atas, Hakam mengimbau agar orang tua baik ibu maupun ayah dapat segera membawa anak mereka ke puskesmas. Bila ditemui faktor risiko tinggi pada ibu hamil, petugas akan memberikan rujukan terintegrasi ke rumah sakit.
Layanan gratis dari Pemkot Semarang untuk ibu hamil dan balita
Pemerintah Kota Semarang sendiri sudah menyediakan berbagai layanan gratis untuk ibu hamil dan balita melalui Puskesmas, Posyandu, dan jejaring layanan. Masyarakat dapat mendaftar langsung di Puskesmas sesuai domisili dengan membawa KTP, Kartu Keluarga sesuai dengan FKTP masing-masing.
Ibu hamil yang belum punya jaminan kesehatan akan didaftarkan UHC oleh petugas Puskesmas. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil adalah ANC dan pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium, imunisasi TT, konseling gizi dan pendampingan ibu hamil.

Sedangkan, program untuk mencegah stunting pada balita ialah Daycare Rumah Pelita, di mana balita dengan masalah gizi diberikan pelayanan dalam bentuk daycare untuk pemenuhan asupan gizi dan pemberian pola asuh yang optimal.
Pendaftaran dilakukan melalui puskesmas di kecamatan yang terdapat Daycare Rumah Pelita untuk di-skrining kesehatan terlebih dahulu. Jika hasil skrining tidak menunjukkan tanda positif TB dan imunisasi sudah lengkap, maka balita bisa diinden atau masuk langsung ke daycare apabila masih terdapat kuota peserta.
“Layanan Daycare Rumah Pelita bersifat gratis dan ditujukan khususnya bagi keluarga kurang mampu dan keluarga dengan balita masalah gizi,” ucap Hakam.
Semarang gaenjot angka stunting sampai terendah di Jawa Tengah
Selain itu, pemerintah Kota Semarang telah berupaya menurunkan angka stunting melalui berbagai program, baik pada intervensi spesifik maupun sensitif dengan mendorong kolaborasi pentahelix.
Program dan inovasi tersebut yakni, Keluarga Cemara, Piterpan, Daycare Rumah Pelita, Kelas BBLR Krisnna, Rumah Gizi Pelangi Nusantara, Sanpisan, Gemilang, Permaisuri, Pansos.
Ada juga program pemberian makanan tambahan, pemberian bantuan permakanan, perbaikan sanitasi dan lingkungan pada rumah tak layak huni, peningkatan kapasitas kader dan penguatan posyandu, serta mempermudah masyarakat terhadap akses layanan kesehatan melalui kesehatan semesta (UHC).
Melalui upaya-upaya di atas, Kota Semarang pun berhasil menurunkan angka stunting dari 15,7 persen di tahun 2023 menjadi 11,2 persen di tahun 2024 menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Bahkan menjadi kota yang menempati urutan ke-2 terendah di Jawa Tengah.
“Meski demikian masalah stunting harus tetap diperhatikan melalui upaya dan kolaborasi bersama sehingga target penurunan stunting menjadi sebesar 5,4 persen pada tahun 2029 berdasarkan RPJMD dapat tercapai,” ujar Hakam.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Sedikitnya Jumlah Dokter Obgyn Perempuan bikin Calon Ibu “Parno”, Lebih-lebih karena Kasus Pelecehan Seksual yang Pernah Terjadi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












