Kondisi ekonomi Indonesia yang lesu membuat masyarakat berpikir ulang untuk pergi wisata di libur lebaran 2025. Namun, pemerintah punya banyak akal untuk menarik kembali minat masyarakat supaya mau berlibur di dalam negeri, khususnya mengunjungi destinasi wisata di Jogja.
Menurunnya daya tarik wisata
Dari sekian banyak orang yang melakukan persiapan mudik, Ines (23) memilih tak pulang saat libur lebaran 2025. Ia mengaku banyak pengeluaran di tahun ini, apalagi ada target yang belum tercapai serta kondisi ekonomi negeri yang sulit.
Maklum, mahasiswa semester akhir tersebut ingin segera menyelesaikan skripsinya. Alih-alih mengeluarkan biaya untuk pulang ke kampung halamannya, Surabaya, ia memilih tinggal di Malang. Tempatnya menempuh pendidikan tinggi hingga sekarang.
“Sebenarnya ya karena lagi menyelesaikan tugas akhir yang pengeluarannya cukup banyak,” ujar Ines kepada Mojok sembari menyertakan emoticon tawa di ujung pesan WhatsApp-nya, Sabtu (22/3/2025).
Selain itu, jika ingin mudik ia harus mempersiapkan uang untuk membeli tiket transportasi. Sementara, untuk membeli tiket yang murah harus jauh-jauh hari dan harus siap untuk war. Terakhir kali mengecek di aplikasi pemesanan tiket kereta api secara online, tiket yang biasa ia beli dari Malang ke Surabaya sudah habis. Alhasil, ia harus membeli tiket yang lebih mahal.
“Ke Surabaya aja tiketnya sudah Rp100 ribu, mending skip dulu,” kata dia.

Apalagi, untuk pergi berwisata. Tidak terbesit sama sekali di benaknya. Begitu pula dengan Rizaldi (35). Bapak satu anak ini berujar tak mengadakan mudik tahun ini, sebab terkendala oleh kondisi keluarga.
“Bapak saya habis operasi. April nanti kontrol lagi ke dokter, sehingga membutuhkan biaya yang lebih,” ujarnya.
Rizaldi khawatir ketika uangnya habis dipakai untuk mudik dan berwisata, ia sudah tidak punya lagi tabungan pasca Ramadan. Belum lagi, berdasarkan pengamatannya, pengeluaran di pertengahan tahun akan semakin berat.
Kondisi di atas membuat Rizaldi dan keluarganya urung untuk pergi berwisata ke destinasi yang mahal. Namun, ia akan mempertimbangkan pergi berlibur ke luar daerah seperti Jogja jika biayanya murah. Lagi-lagi, Rizaldi masih merasa perlu pergi berlibur untuk menghilangkan stres sejenak di bulan Ramadan.
“Yang jelas saat ini masih menata kembali keuangan keluarga bareng istri,” ucapnya.
Pariwisata di Jogja tak pesimis, meski ekonomi lesu
Seolah menjawab keresahan Ines dan Rizaldi, Direktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC), Febrina Intan tak menampik jika destinasi wisata saat ini kurang dilirik, mengingat kondisi ekonomi Republik Indonesia yang tidak baik-baik saja. Misalnya, soal efisiensi anggaran oleh pemerintah bahkan nilai IHSG yang anjlok.
“Memang sekarang ini adalah masa yang tidak semerona tahun lalu. Orang pasti juga akan berpikir untuk datang ke tempat pariwisata, apakah ini adalah saat yang tepat untuk mengeluarkan uang?” ujar Febrina di sekitar kawasan Candi Prambanan, Jogja, Sabtu (22/3/2025).
Namun, ia tak merasa pesimis karena dirinya yakin masih ada orang yang ingin pergi berlibur atau berwisata. Bahkan dengan kondisi ekonomi yang sulit, masyarakat jadi lebih mempertimbangkan untuk liburan di Indonesia, misalnya ke Jogja, ketimbang wisata ke luar negeri.

TWC sendiri menargetkan double digit growth dibandingkan tahun lalu. Memang terlihat ambisius, tapi Febrina percaya strategi TWC untuk menggaet pengunjung bakal berpeluang sukses. Kalaupun tidak mencapai target, masih ada waktu-waktu berikutnya di sepanjang tahun 2025.
“Bulan masih panjang, tahun masih panjang, kami tidak bisa hanya bergantung dengan momen hari raya saja. Masih ada libur anak sekolah dan event-event besar, kami bisa inject,” ujar Febriana.
Sementara itu, Direktur Utama PT Aviasi dan Pariwisata Indonesia InJourney, Maya Watono, mengatakan pihaknya akan membuka konektivitas internasional inbound ke Indonesia. Dengan beitu, akan berdampak besar pada perekonomian RI.
“Sebenarnya setiap 10 juta turis dapat menghasilkan Rp50 triliun untuk produk domestik bruto. Jadi itu adalah kesempatan yang harus kita tangkap,” ujarnya.
Tidak seluruh sekolah melarang study tour ke Jogja
Namun, masalahnya tidak sesederhana itu. Libur anak sekolah memang berpotensi besar meningkatkan kegiatan pariwisata, tapi pemerintah juga menerapkan larangan study tour ke luar daerah bagi beberapa sekolah. Alhasil, sulit bagi pelajar yang berasal dari luar daerah untuk pergi berlibur ke Jogja.
Menanggapi masalah tersebut, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, berujar jika pemerintah sudah bekerjasama dengan para kepala daerah untuk menyusun program yang tepat sasaran. Mereka masih mengkaji lebih lanjut tentang kebijakan tersebut.
“Jadi kalau dibilang melarang, saya luruskan ya, itu sama sekali 100 persen tidak,” ujar Febriana di sekitar kawasan Candi Prambanan, Jogja, Sabtu (22/3/2025).

Lebih dari itu, pemerintah, kata dia, melihat permasalahan tersebut sebagai tantangan sekaligus peluang. Dari sana, pihak pengelola destinasi wisata seperti TWC Prambanan di Jogja harus berpacu untuk kolaborasi membentuk ekonomi kreatif.
“Ada dari seni pertunjukkan, kuliner, kria, handycraft sampai ke games digital, intellectual property, arsitektur, graphic design, product design, itu juga semuanya under ekonomi kreatif,” kata dia.
Di sisi lain, ia juga mengajak masyarakat untuk mencintai Indonesia dan mulai bangga terhadap produk yang dihasilkan dalam negeri. Misalnya dengan datang ke pariwisata, mencicipi kulinernya, bermain di sana, dan sebagainya.
“Sayangnya, orang kita sendiri belum cukup mencintai Indonesia dan belum bangga. Jadi harapan saya, tolong, tolong,tolong, mohon banget, on behalf of pejuang-pejuang parekraf, berikan satu kesempatan,” kata dia.
“Mainkan games-nya, coba baca komik lokalnya, dukung wisatanya dan melihat apa sih yang ada di sana,” lanjut Irene di sekitar kawasan Candi Prambanan, Jogja.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Life Hack Liburan ke Candi dengan Budget Murah dan Nggak Bikin Kamu Bosan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.