Papuana Rosalia Petegau (23) punya keinginan untuk mengembangkan peternakan sapi di Kabupaten Mappi, Papua Selatan usai lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia rela merantau dari desanya ke Jogja untuk belajar memelihara sapi dengan benar.
***
Di desanya, Kabupaten Mappi, Papua Selatan, Papuana resah melihat hewan ternak yang tidak terurus dengan baik. Desanya itu terkenal dengan banyak hewan, seperti babi dan anjing. Namun, masih sedikit yang memelihara sapi. Kalaupun ada, masyarakat masih bingung merawatnya.
Oleh karena itu, Papuana rela merantau dari Papua Selatan ke Jogja untuk berkuliah di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM). Perjuangan itu terbayarkan setelah dirinya lulus dan mendapat gelar sarjana pada Rabu (20/11/2024). Dia bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar UGM, salah satu kampus bergengsi di Indonesia.
Semangat belajarnya tinggi sejak SMA
Sejak di bangku SMA, Papuana sudah semangat mencari ilmu. Dia rela jalan kaki dari rumahnya ke SMA Negeri 1 Edera Bade Mappi yang berjarak 12 kilometer. Hal itu dilakoninya tanpa banyak mengeluh, mengingat kondisi keluarganya yang berasal dari keluarga sederhana.
Ayahnya bekerja sebagai petani. Sementara, ibunya meninggal saat Papuana berusia 5 tahun.
“Ya jalan kaki. Sekolah masuk pukul 07.30 WIB sehingga dari rumah harus berangkat pukul 05.30 WIB,” kenang Papuana.
Demi meringankan beban ayahnya juga, Papuana mulai mencari beasiswa. Kebetulan, pemerintah daerah Kabupaten Mappi, Papua Selatan saat itu membuka pendaftaran beasiswa di tiap distrik khususnya untuk lulusan SMA.
Setelah mendapat informasi itu, Papuana bergegas menyiapkan berkas yang harus dia kirim. Dia tak perlu pergi ke Kota Kabupaten Mappi untuk mendaftar, sebab keluarga dari ibunya tinggal di sana.
Jadi, mereka bisa membantu mengantar formulir dari kantor dinas ke rumah Papuana. Berkat bantuan itu juga, Papuana berhasil mendapatkan beasiswa.
“Kebetulan hanya 2 orang yang dapat beasiswa, dari satu SMA yang sama dengan saya,” kata Papuana.
Memilih Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM)
Sejak awal memilih jurusan kuliah, Papuana sudah memantapkan diri memilih Fakultas Peternakan. Ketika hasil tes jalur Mandiri sudah keluar, pengasuh Papuana sudah mewanti jika nilainya berpeluang masuk UGM.
Saat itu, pengasuhnya menyarankan Papuana agar memilih Fakultas Pertanian atau Fakultas Peternakan jika ingin lolos masuk UGM. Dia pun memilih Fakultas Peternakan karena tertarik dengan cara pemeliharaan ternak yang baik.
Dia mengaku, tinggal di Kabupaten Mappi, Papua Selatan membuatnya terbiasa hidup dengan berbagai macam hewan. Di kampungnya itu, ada banyak kanguru, kuskus, anjing, babi, dan sebagainya. Namun, ternak hewan khususnya sapi tidak terlalu diurus dengan baik.
“Sapi dibiarkan saja tidak diurus dan mencari makan seadanya. Kalau sakit ya akhirnya mati. Untuk itu saya tertantang untuk mencari ilmu bagaimana memelihara sapi dengan benar,” kata dia.
Ayahnya sendiri tidak terlalu ikut campur mengenai jurusan tersebut, yang jelas dia sangat mendukung pilihan Papuana untuk menempuh pendidikan tinggi meski harus jauh dari keluarga.
“Walaupun setiap telepon beliau selalu menangis, tapi juga mengingatkan saya setiap hari agar tak berhenti berdoa setiap pagi dan malam,” ucapnya.
Ayahnya selalu berpesan agar Papuana tidak lupa sembayang di gereja, serta menghormati orang lain. Jika dosen atau orang yang lebih tua berbicara, dia harus mendengarkan.
Menghadapi kehidupan pertama di perantauan
Papuana mengaku harus mengikuti les privat untuk beberapa mata pelajaran, setibanya di Jogja tahun 2019. Dia kesulitan dalam bidang bahasa, terutama Bahasa Jawa.
Untungnya, Papua bukan anak yang pemalu sehingga mudah dalam bergaul. Apalagi, dosen dan teman-temannya baik hati mengajarkannya.
“Saya banyak belajar dari para dosen dan teman-teman di sini,” ujarnya.
Guna bertahan hidup di perantaun, Papuana mengandalkan beasiswa yang dia perolah. Beasiswa itu mencakup biaya kebutuhan hidup sehari-hari, misalnya makan, jajan bulanan, uang saku dan transportasi sudah disisipkan melaui aplikasi ojek online.
“Kalau ada keperluan penting, saya akan membelinya tapi kalau tidak penting ya tidak saya beli,” ucapnya.
Mengelola ternak sapi di Papua usai Lulus di Peternakan UGM
Papuana bersyukur bisa lulus tepat waktu di Fakultas Peternakan di UGM tahun 2024, karena prosesnya tentu tidak mudah. Dia teringat semasa kuliah pernah di tendang sapi sampai layar handphone-nya retak.
“Salah saya waktu itu berdiri lama banget di belakang sapi, jadi di tendang. Terus saya juga kayak ganguin dia, jadi di tendang tiba-tiba. Hp ku di samping saku celana jatuh, kena sudah LCD-nya pecah,” ujarnya.
Namun, kejadian itu tidak membuat Papuana trauma. Dia sempat takut beberapa hari, tapi tidak terlalu lama. Justru sekarang itu menjadi momen yang lucu dan berharga.
Kini selepas lulus kuliah, Papuana ingin kembali ke Papua dan membesarkan daerahnya. Mimpinya, bisa menjadi Kepala Dinas Peternakan di daerahnya kelak.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ahmad Romadhoni Surya Putra pun mendukung impian tersebut. Dia yakin Papuana bisa melakukannya.
Sebab menurutnya, Papuana merupakan mahasiswa yang aktif berorganisasi dan rajin di lapangan, terutama terkait dengan riset sapi potong.
Romadhoni berharap Papuana bisa meraih mimpinya, dengan menerapkan ilmunya untuk mengembangkan peternakan di Papua.
“Fapet UGM terbuka untuk siswa dari daerah 3T. Indonesia Timur adalah lumbung pangan dari hewan masa depan yang sangat terbuka untuk dikembangkan. Semoga Papuana bisa ambil peran di sana nantinya,” ujar Romadhoni.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Jalan Hidup Lulusan S2 Filsafat UGM yang Kini Menjadi Penjual Cilok Berkostum Power Rangers
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News