Orang tua cari utangan gara-gara ancaman sekolah
Apa yang Tikah keluhkan sebenarnya mengaca pada masa sekolahnya dulu. Saat masih SMP, Tikah sempat nyaris tak bisa ikut study tour. Alasannya bisa ditebak. Bapak Tikah yang sehari-hari hanya seorang petani tak ada biaya untuk bayar iuran.
Seingat Tikah, waktu itu SMP-nya mengadakan study tour ke Bromo, Jawa Timur. Tikah lupa berapa persisnya iuran yang harus ia bayar. Yang jelas cukup besar untuk ukuran Bapak Tikah.
“Waktu itu memang aku sendiri pengin ikut. Tapi satu sisi kami (para siswa) ditakut-takuti sama guru. Intinya study tour itu agenda wajib, harus ikut. Kalau nggak ikut nilainya dikurangi,” ucap Tikah.
Sebagai bocah, Tikah pun tentu merasa takut. Jadi ia mendesak sang bapak agar mau membiayainya ikut study tour. Kalau mengingat itu, Tikah terheran-heran, memang apa hubungannya study tour dengan nilai?
Tikah pada akhirnya memang berangkat. Dan pada akhirnya pula ia tahu kalau untuk membayar iruan study tour-nya itu, bapak Tikah harus utang ke saudara. Hal itu baru ia tahu di tahun-tahu belakangan saat adiknya juga mengalami hal serupa: mendapat tuntuan wajib ikut study tour oleh pihak sekolah. Lalu bapak Tikah pun untuk kesekian kali harus utang ke saudaranya.
“Adikku juga di SMP yang sama seperti aku. Tapi dia study tour ke Jogja,” kata Tikah.
Aku setelah lulus SMP full nyantri. Jadi udah nggak ada beban study tour SMA. Tapi seandainya aku SMA, mungkin aja aku ikut study tour lagi kalau guru-guru pakai cara “mengancam”,” sambung ibu dua anak itu.
Maka ketika mendengar adanya larangan study tour keluar kota, orang tua pas-pasan seperti Tikah tentu malah lega. Kalau anaknya kelak tumbuh besar (SMP-SMA), ia malah ingin melatih sang anak untuk kerja keras sejak dini: mengisi waktu liburan dengan membantu bapaknya isi ulang galon. Biar tidak tumbuh jadi anak manja yang apa-apa harus keturutan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.