Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kuliah di Jurusan Pariwisata Tak Semenyenangkan Kelihatannya, Niat Santai Malah Terbantai

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
3 Juli 2025
A A
jurusan pariwisata. mojok.co

Ilustrasi jurusan pariwisata (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kuliah di Jurusan Pariwisata sering dianggap santai. Sialnya, anggapan itu tidak sepenuhnya benar. 

Memang ada beberapa aspek yang mungkin terlihat lebih fleksibel atau menyenangkan kalau dibandingkan jurusan lain. Namun, kenyataannya, jurusan ini menuntut kerja keras, profesionalisme tinggi, serta kesinambungan antara teori dan praktik.

Mojok pun menggali realitas di balik anggapan “santai” ini, langsung dari mereka yang menjalaninya.

Kuliah di Jurusan Pariwisata, niat santai, malah terbantai

Di Indonesia sendiri, Jurusan Pariwisata telah berkembang pesat. Hal ini seiring dengan fokus pengembangan pariwisata dalam negeri yang terus digenjot. Sehingga, pengembangan sumber daya manusia untuk menunjangnya pun terus diupayakan. 

Alhasil, banyak perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, menawarkan program studi di bidang ini. Mulai dari tingkat diploma, bahkan pascasarjana. 

Sebut saja kampus-kampus besar seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Udayana, Universitas Brawijaya (UB), hingga Politeknik Pariwisata NHI Bandung dan Institut Pariwisata Trisakti. 

Semua kampus ini aktif mencetak tenaga profesional pariwisata, menunjukkan betapa seriusnya komitmen negara dalam mengembangkan sektor pariwisata.

“Dulu sih mikirnya ini jurusan santai, biar bisa jalan-jalan gratis. Seru-seruan,” ucap Arya, seorang mahasiswa semester enam Jurusan Pariwisata dari salah satu PTS di Jogja, kepada Mojok, Kamis (3/7/2025) pagi.

“Tapi ternyata, beban akademik sama praktikumnya itu gila-gilaan, Mas. Niat santai malah terbantai.”

Teori bikin pusing, praktiknya lebih njelimet

Ketika memutuskan untuk kuliah di Jurusan Pariwisata, awalnya Arya mengira akan banyak bergelut dengan praktik. Baginya ini bakal menyenangkan, karena ia tipikal orang yang lebih senang “learning by doing”.

Sialnya, sebelum terjun untuk praktik langsung, ia sudah dijejali banyak teori. Seabrek. Kudu ia hafal dan pahami semua.

“Jadi di semester-semester awal, isinya teori semua. Banyak banget yang nggak cuma kita harus hafalin, tapi juga pahami,” ujarnya.

“Misalnya, di mata kuliah hotel operations, selain belajar struktur organisasi hotel, kita kudu mecahin case sulit. Kayak kalau ada tamu nakal pura-pura barangnya ketinggalan, kita harus mikir cepat gimana nanganinnya tanpa bikin dia marah, tapi hotel juga nggak rugi. Pusing nggak tuh?”

Selesai bergelut dengan teori-teori yang bikin pusing, Arya masih dituntut buat mengimplementasikannya secara presisi di lapangan. Baginya, praktik lapangan ini bikin lebih berkeringat dingin lagi.

Iklan

“Kalau pas teori terus kita salah, paling akibatnya nggak fatal-fatal banget. Tapi pas praktik terus kita bikin kesalahan, karier taruhannya, Bro.”

Salah sebut nama candi, bikin malu

Soal bikin kesalahan saat praktik, mahasiswa Jurusan Pariwisata ini jadi teringat ketika ia menjalani simulasi tour guiding ke sebuah candi. Meski namanya simulasi, tapi klien yang dia hadapi adalah turis beneran.

“Nah, kita tuh awalnya disuruh belajar dulu soal sejarah destinasinya, budaya lokal, sampai mitos-mitos yang ada. Terus, harus bisa bikin narasi yang menarik biar wisatawan nggak bosan,” ungkap Arya.

“Gara-gara aku nggak menguasai materi, jadi penjelasannya rada ngawur. Bahkan, itu candi kana namanya kedengaran jorok. Jadi pas aku jelasin mereka ketawa, aku ikut ketawa. Yang ada bukan menjelaskan budayanya, malah yang ada lempar-lemparan jokes seksis.”

Setelah praktik itu, Arya disemprot habis-habisan oleh dosennya. Ia dibilang kalau caranya nge-guide tidak etis. Bayangkan, kalau itu terjadi di dunia kerja sungguhan, pasti dirinya sudah kena pecat.

“Jadi di Jurusan Pariwisata, istilah ‘mulutmu harimaumu’ itu nyata adanya. Salah ngomong, kelar itu karier.”

Waktu nongkrong mahasiswa Jurusan Pariwisata habis buat magang

Arya menambahkan, porsi terbesar yang menguras tenaga, waktu, dan bahkan waktu nongkrong mahasiswa Jurusan Pariwisata adalah program magang. Ini bukan magang biasa yang cuma sebulan dua bulan untuk memenuhi syarat kelulusan. 

Di banyak Jurusan Pariwisata, magang adalah bagian integral dari kurikulum yang berlangsung dalam durasi panjang; seringkali enam bulan penuh. Dan, tak jarang dilakukan di luar kota atau luar pulau.

“Magang itu wajib dan durasinya lama banget. Ada yang sampai enam bulan penuh, bahkan lebih. Dan lokasinya itu nggak bisa milih sembarangan, bisa di mana aja tergantung penempatan,” cerita Arya. 

“Aku sendiri magang di Bali. Jangan bayangin itu asyik karena bisa jalan-jalan. Nggak banget! Waktu kita abis buat kerja,” kata dia.

Pengalaman Arya dibenarkan oleh Kartika (30), alumni Jurusan Pariwisata yang kini berprofesi sebagai event manager sebuah EO. Baginya, magang di hotel semasa kuliah adalah “reality check” pertama sebelum akhirnya benar-benar terjun ke dunia kerja.

“Dengan magang kita jadi sadar, kalau industri pariwisata nggak kenal tanggal merah, harus siap di mana saja dan kapan saja. Itu yang kalau nggak kuat, bikin mental ambruk,” kenang Kartika, Kamis (3/7/2025) siang. 

“Ingat banget waktu magang, harus siap-siap beres-beres ballroom sampai jam 2 pagi setelah acara selesai. Kaki pegal, mata perih, tapi nggak boleh kelihatan capek.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kuliah di Jurusan “Kebal Pengangguran”, Begitu Lulus Malah Susah Cari Kerja karena Ijazahnya Dianggap Tak Laku atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 3 Juli 2025 oleh

Tags: jurusan pariwisatakampus pariwisatakuliah di jurusan pariwisatapariwisataprospek kerja jurusan pariwisata
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

makanan study tour.MOJOK.CO
Ragam

Alasan Makanan Study Tour Sering Terasa Hambar di Lidah Wisatawan

7 Januari 2025
‘Anak Bali Ilang Baline’ - Bagaimana Pariwisata Mencabut Akar Budaya dan Identitas Masyarakat Adat Pulau Dewata?.MOJOK.CO
Ragam

‘Anak Bali Ilang Baline’ – Bagaimana Pariwisata Mencabut Akar Budaya dan Identitas Masyarakat Adat Pulau Dewata?

3 Januari 2025
Apakah Sudah Waktunya Pariwisata di Jogja Direm?
Video

Apakah Sudah Waktunya Pariwisata di Jogja Direm?

20 Mei 2024
Sedikit Orang Jogja yang Kuliah di Kampus Pariwisata Jogja: Danais Harusnya Bisa untuk Subsidi MOJOK.CO
Ragam

Jadi Kota Pariwisata, tapi Sedikit Orang Jogja yang Kuliah di Kampus Pariwisata: Danais Harusnya Bisa untuk Subsidi

23 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.