Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Pengalaman Nekat dan Penuh Siasat Naik Kereta Api, Modal Rp3 Ribu buat ke Berbagai Kota Tanpa Diusir

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
21 Mei 2025
A A
Modal uang Rp3 ribu bisa naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta MOJOK.CO

Ilustrasi - Modal uang Rp3 ribu bisa naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Belakangan, tiap naik kereta api, Dedi (40) selalu terpental ke masa lalu. Ingatan-ingatan masa mudanya saling berkelindan seiring dengan perasaan ingin menyudahi kehidupannya di perantauan demi menghabiskan sisa hidup di kampung halaman. Termasuk di antara kenangan itu adalah: naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta dengan tiket kereta seharga Rp3 ribu saja.

Harapan hidup lebih baik di Jakarta

Saya bertemu Dedi dalam perjalanan arus balik Lebaran pada Senin (7/4/2025). Kami duduk berhadapan di sebuah gerbong KA Pasundan Lebaran rute Surabaya-Kiaracondong.

Dari bertegur sapa, kami lantas berbincang banyak hal. Dedi lebih banyak bercerita perihal perjalanan hidupnya. Saya menyimaknya dengan seksama.

Dari ceritanya, sejak remaja Dedi memang sudah akrab dengan kereta api. Setiap perjalanan merantau ke luar daerah, moda transportasi darat itulah yang selalu dia pakai hingga sekarang.

Sebenarnya tujuan perantauan Dedi beragam. Dari Surabaya, Jogja, hingga Jakarta. Namun, baginya, Jakarta selalu menjadi pilihan utama. Sebab, sejak dulu Jakarta memang menjanjikan iming-iming hidup yang lebih baik. Terutama bagi orang-orang kampung kelas menengah bawah.

“Saya pernah ikut jualan pakaian di Tanah Abang. Pernah juga jadi satpam bank. Setelah itu sempat ke Taiwan, tapi balik lagi ke Jakarta jadi ojol,” ujar pria asal Ponorogo, Jawa Timur itu.

Naik kereta api modal uang Rp3 ribu

Dedi sempat mengalihkan pandangan agak lama ketika ada seorang ibu-ibu cekcok dengan penumpang lain. Persoalannya: si ibu-ibu tidak duduk sesuai nomor tiketnya, tapi mengambil kursi penumpang lain yang harusnya duduk di nomor tersebut.

Kegaduhan kecil itu sampai harus dilerai oleh petugas. Si ibu-ibu jelas saja mendapat teguran agar tertib: minimal duduk sesuai nomor tiket. Tapi entah kenapa, ibu-ibu itu tetap merasa tidak bersalah. Malah ngedumel tak habis-habis.

“Sekarang kereta api makin ketat. Kalau dulu ya, Mas, saya malah lebih ngawur lagi,” ujar Dedi. “Saya modal uang Rp3 ribu buat nebus tiket kereta saja bisa ke tujuan manapun.”

Masa muda Dedi memang penuh kenekatan. Kalau hendak bepergian, dia akan mengukur harga perjarak. Misalnya, dari Madiun (karena Ponorogo tidak ada stasiun, maka Dedi akan naik dari Stasiun Madiun) ke Ngawi berapa ribu rupiah. Nah, harga itulah yang akan dia beli.

Siasat bertahan di kereta api tanpa ketahuan

Kalau mau ke arah Surabaya, Dedi akan mengukur jarak stasiun Madiun ke stasiun terdekat (Kertosono). Kalau mau ke arah Jogja hingga Jakarta, juga berlaku demikian (yang terdekat Ngawi).

Di tahun-tahun sekitar 2006-2007-an, harga tiket Madiun-Ngawi kata Dedi bisa di angka Rp3 ribu. Mentok-mentok dia merogoh biaya tiket sebesar Rp5 ribu. Jika sudah berada di dalam kereta api, sisanya adalah bersiasat mengelabuhi petugas.

“Dulu kan petugas yang ngecek perstasiun beda orang. Jadi setelah dari Ngawi, pas ada pengecekan di Sragen, bilang aja udah dicek sambil nodongin lipatan tiket,” beber Dedi.

“Nanti pas sampai Solo Jebres atau Solo Balapan ya begitu lagi. Aman lagi. Begitu terus siasatnya,” sambungnya.

Iklan

Berkali-kali Dedi menggunakan siasat tersebut. Anehnya dia selalu bisa lolos dari pengecekan mendetail. Alhasil, uang Rp3 ribu hingga Rp5 ribunya itu selalu bisa mengantarnya ke jarak terjauh sekalipun.

Padahal, ada saja orang dengan siasat yang sama yang ketahuan. Sehingga diturunkan di stasiun berikutnya.

“Dulu itu kan cuma bukti karcis. Nggak ada ketentuan tempat duduk. Jadi bisa nyempil-nyempil,” sambung Dedi.

Moda transportasi ternyaman

Ketika sistem kereta api menjadi lebih ketat seiring waktu, Dedi tentu tidak bisa lagi menggunakan siasat tersebut. Harus tertib sesuai sistem.

Namun, baginya, kereta api adalah moda transportasi ternyaman untuk orang kelas bawah sepertinya. Dia tidak bisa berpaling darinya.

“Ya meskipun kursi ekonomi kita sama-sama tahu ya, sesak dan bikin sakit punggung, tapi ketimbang bus, lebih nyaman,” tutur Dedi. “Jadi ke manapaun, walaupun sekarang nggak bisa bersiasat kayak dulu lagi, ya tetep pakai kereta api.”

“Penomoran kursi duduk juga memudahkan penumpang. Jadi penumpang lebih tahu harus duduk di mana. Nggak kayak dulu asal serobot,” sambungnya.

Hanya memang, masih ada saja orang-orang seperti ibu-ibu yang disinggung di awal tulisan: tidak tertib pada nomor tiket kereta dan suka merebut kursi orang lain.

“Ini juga sih, yang bikin kereta api zaman dulu unik itu karena ada pedagang asongan masuk. Dulu bisa jajan ke mereka. Sekarang jajannya kan ke pihak kereta langsung. Wah tapi mahal, Mas, jadi kalau pergi-pergi sering bawa bekal sendiri,” beber Dedi.

Sembari berbincang, Dedi mengeluarkan kotak makanan yang dia bawa dari Ponorogo. Kotak makan berisi nasi dan ayam gulai yang dia santap dengan lahap bersama putrinya yang duduk di sampingnya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Pertama Kali Naik Kereta Api Eksekutif: Sok Kaya Berujung Norak dan Malu-maluin, Kena Tegur karena Gondol Selimut KAI atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

Terakhir diperbarui pada 21 Mei 2025 oleh

Tags: jakartakeretakereta apikereta api jogja-jakartakereta api surabaya jakartapilihan redaksi
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.