Tak tahan dengan pedihnya menjadi anak yatim piatu membuat seorang perempuan asal Jakarta ingin membuka jasa sewa orang tua. Ia berniat mengakomodir anak-anak yatim piatu yang ingin sekadar merasakan kembali bagaimana rasanya masih memiliki orang tua, Entah untuk menemani jalan bareng atau sekadar agar bisa menyebut panggilan “bapak” dan “ibuk” lagi.
***
Seperti judul buku terbitan Buku Mojok; Rumah Ini Tak Lagi Sama, kira-kira begitulah yang Sisil (29) rasakan tiap pulang ke rumah. Dalam dua tahun terakhir, ia hanya menemukan kesunyian yang menyeruak di sudut-sudut rumahnya di Jakarta.
Pulang kerja menjadi jam-jam paling menyiksa bagi Sisil. Bukan karena harus menghadapi kemacetan Ibu Kota yang tak masuk akal. Tapi karena harus kembali merasakan sesak dan nyeri di dada sebab kangen yang tak terkendali. Siklus yang terus berulang dari hari ke hari dalam kurun dua tahun terakhir ini.
Siklus tersebut sampai membuat Sisil menimbang-nimbang untuk menggunakan jasa sewa orang tua dan bahkan membuka jasa tersebut untuk anak-anak yatim piatu lain yang senasib.
“Dua tahun lalu kedua orang tuaku meninggal karena sakit. Ibu meninggal lebih dulu karena kanker,” ujar Sisil kepada Mojok, Kamis (9/5/2024) siang WIB.
“Lalu satu tahun kemudian, ayah menyusul (meninggal) karena serangan jantung,” sambung perempuan yang bekerja sebagai social media strategist di sebuah perusahaan di Jakarta itu.
Beratnya hidup sebagai anak yatim piatu
Sendirian di rumah membuat Sisil masih sering terbayang masa-masa ketika kedua orang tuanya masih hidup, sebelum ia menjadi anak yatim piatu.
Ia terbilang sebagai anak yang dimanjakan oleh bapak dan ibunya. Kata perempuan asal Jakarta itu, apapun yang ia minta pasti keturutan. orang tuanya nyaris tidak pernah berkata “tidak” atas apa yang Sisil inginkan.
Selain itu, dalam banyak hal sisil juga mengaku kalau ia mengandalkan orang tuanya. Ia terbilang jarang mengerjakan segala sesuatunya seorang diri. Misalnya, untuk kebutuhan rumah seperti bayar listrik, bayar sewa rumah, bayar pajak kendaraaan dan lain-lain.
Termasuk juga urusan masak. Dulu tiap pulang kuliah hingga kemudian pulang kerja, Sisil langsung disambut dengan masakan ibu di meja makan. Kini meja makan itu kosong. Tak ada yang mendesaknya untuk segera makan. Kalau lapar ya beli atau masak-masak sendiri.
Ada sesal juga kenapa saat ibunya masih hidup ia tak pernah mencatat resep masakan sang ibu. Karena sekarang ketika masak sendiri, ia menilai masakan-masakannya terasa hambar.
Ya walaupun di satu sisi ia menyadari, kalau toh ibunya punya catatan resep masakan yang ditinggal dan ia terapkan, masakannya pun bisa saja tetap terasa hambar. Karena yang enak pada dasarnya adalah masakan ibu, yang dimasak dengan tangan ibu sendiri.
“Mangkanya pas sekarang harus survive sendiri kerasa banget sih jadinya,” tutur perempuan Jakarta yang pengin buka jasa sewa orang tua tersebut.
Tak heran pula jika Sisil juga sempat terbist pikiran untuk sewa orang tua, untuk sekadar dimasakin. Ia pengin merasakan kembali bagaimana rasanya menjadi anak yang diam menunggu masakan matang dan siap disajikan. Lalu orang tua akan memanggil dengan teriakan lembut setengah memaksa agar si anak lekas keluar dari kamarnya untuk makan.
“Kebetulan aku juga belum punya pasangan (suami). Aku juga memang nggak mau mengandalkan atau merepotkan orang lain. Jadi apa-apa sekarang harus kuusahakan sendiri,” beber Sisil.
Pengin sewa orang tua buat menemani jalan-jalan
Manakala Sisil sudah bisa kerja dan menghasilkan uang sendiri, ia punya kebiasaan mengajak orang tuanya jalan-jalan. Bisa sekadar makan-makan, belanja di mal, atau jalan-jalan ke tempat-tempat tertentu.
Sayangnya, bagi perempuan asal Jakarta itu momen-momen tersebut terjadi begitu singkat. Karena tak lama kemudian kedua orang tuanya mengidap sakit serius.
“Kalau sembuh, aku pengin sih ngajak jalan-jalan lagi. Tapi malah kedua-duanya dipanggil Tuhan,” ucap Sisil getir.
Saat ibunya meninggal pada 2022, Sisil sendiri sudah merasa ada sebagian dari dirinya yang hilang dan terasa sangat kosong. Namun, perempuan asal Jakarta itu tak merasa kesepian-kesepian amat karena masih ada sang bapak.
Akan tetapi, saat bapaknya menyusul pada 2023, Sisil merasa kehidupannya pun turut berakhir. Itulah kenapa ia menjalani hari demi hari tanpa gairah. Terlebih saat harus pulang ke rumah.
“Aku sempat pengin sewa orang tua. Ya buat sekadar nemenin aku seneng-seneng, jalan-jalan gitu. Karena aku merasa belum puas ngajak ayah dan ibu jalan jalan,” kata sisil.
Pengin buka jasa sewa orang tua buat anak-anak yatim piatu
“Aku sangat dekat sama orang tuaku. Setiap ada masalah aku selalu lari ke mereka,” ucap perempuan Asal Jakarta itu.
“Tapi sekarang kalau aku sedih atau kecewa nggak ada lagi orang yang selalu ada di sampingku, karena aku bukan orang yang mudah cerita sama siapapun,” lanjut Sisil
Didorong dengan perasaan tersebut, Sisil sampai-sampai punya pikiran untuk membuka jasa sewa orang tua di Jakarta. Pasarnya tentu untuk anak-anak yatim piatu yang punya case seperti Sisil: pengin ngerasain punya orang tua lagi. Sekadar untuk menemani jalan-jalan, temani wisuda, atau juga bisa sebagai tempat berkeluh kesah.
“Juju saja masih suka iri kalau lihat orang yang masih bisa jalan sama ayah dan ibunya, bisa cerita bareng mereka,” keluh Sisil.
Perihal ide membuka jasa sewa orang tua di Jakarta tersebut, Sisil masih menimbang-nimbangnya. Kalau ia sudah mantap, bukan tidak mungkin jasa sewa orang tua milik Sisil itu akan benar-benar terealisasi.
Untuk saat ini Sisil masih mencoba berdamai dengan keadaan, membiasakan diri dengan kondisi rumah yang tak lagi sama sejak dua tahun terakhir. Saya secara khusus meminta Sisil untuk mengabari kalau jasa sewa orang tua yang ia bayangkan benar-benar terwujud. Ia setuju.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.