Jika mengingat masa beberapa tahu silam, Razan (26) merasa geli sendiri, walau juga ada nelangsanya. Yakni masa-masa ketika dia pertama kali memiliki hp android Redmi 4X.
Pertama kali memiliki hp android dari sebelumnya hanya hp “tulalit” jelas saja membuat Razan merasa bisa bergaya. Namun sialnya, ternyata penderitaan lah yang harus dia alami di waktu-waktu setelahnya.
Iri sama teman yang bisa berfoto hingga main Facebook
Razan menghabiskan sepanjang SMP-SMA di sebuah pesantren di Rembang, Jawa Tengah. Pesantren tempat Razan bermukim sebenarnya tidak ketat-ketat amat. Membolehkan santri membawa alat elektronik seperti hp.
Sayangnya, Razan memang tertinggal dari teman-temannya yang berasal dari keluarga berduit. Gambarannya begini: di masa SMP, ketika banyak temannya menggunakan Blackberry, Razan tetap bersetia dengan hp tulalit pemberian orangtuanya.
Begitu juga ketika masa SMA. Ketika banyak temannya sudah beralih ke hp android, hp Razan masih tetap sama: tulalit. Hanya bisa untuk kebutuhan SMS dan telepon.
“Pas masa SMA itu irinya kerasa, sih. Karena dengan hp android teman-teman bisa kan foto-foto. Terus diunggah di Facebook. Aku nggak bisa,” ujar Razan, Minggu (17/8/2025).
Pinjam hp android teman untuk main Facebook
Di masa SMA-nya, tren warnet sudah tak sekencang ketika di masa SMP. Di masa SMP dulu, Razan kerap berang teman-teman pesantrennya keluar untuk main di warnet. Sekadar nonton YouTube, main game, atau main Facebook.
Akan tetapi, saat akhirnya beberapa teman pesantrennya sudah memiliki hp android, Razan jadi merasa sendiri. Itu membuatnya tak sering lagi ke warnet. Tak asyik kalau ke warnet sendirian.
“Tapi ya untungnya ada teman yang baik. Jadi kalau aku butuh cek-cek Facebook, aku pinjam hp android-nya. Biasanya kalau di jam-jam istirahat sekolah aku pinjamnya. Ya cuma sebentar,” ungkap Razan.
Di titik itu, Razan merasa agak sedih karena merasa tertinggal. Sementara dia tidak punya keberanian untuk meminta dibelikan oleh orangtuanya.
Pertama kali punya hp android Redmi 4X merasa bisa bergaya
Razan baru punya keberanian meminta dibelikan hp android menjelang lulus SMA. Sebab, hp akan menjadi perangkat penting yang bakal dia bawa saat kuliah.
Atas kebutuhan itu, orangtua Razan pun tak keberatan untuk membelikan. Hanya saja, Razan tak punya kekuasaan untuk memilih.
“Tiba-tiba aja suatu hari ibu ngasih dusbook hp. Mereknya Redmi 4X. Aku buta soal hp waktu itu. Jadi kupikir apapaun mereknya, yang penting android,” kata Razan.
Apalagi itu dibeli dengan penuh ketulusan dan kerja keras orangtuanya. Harga Redmi 4X itu Rp2 jutaan. Murah bagi orang berduit, tapi tentu mahal bagi orangtua Razan.
Dengan hp tersebut, Razan merasa akhirnya bisa bergaya. Dia kelewat sering update status di Facebook, sering juga unggah foto di Instagram. Pokoknya dia merasa tidak tidak teringgal lagi dan siap menyongsong masa kuliah di kota dengan penuh percaya diri karena tidak lagi memakai hp tulalit.
Redmi 4X malah bikin insecure
Tapi momen bergaya itu hanya sesaat. Pasalnya, sejak pertama kuliah di Semarang pada 2017, ternyata piranti teman-temannya sudah jauh lebih modern dan keren. Bisa dibilang Redmi 4X Razan adalah hp android paling tertinggal di antara teman-temannya. Alhasil, bukannya bergaya, Razan malah kerap merasa insecure.
“Kalau ada foto-foto, tentu pakai hp teman yang kameranya lebih jernih. Kameraku terlalu burik,” tutur Razan.
“Terus nggak kuat juga buat main Mobile Legends. Sementara saat itu teman-teman selalu mabar. Jadi kalau mereka mabar, aku cuma bisa scroll-scroll Instagram,” sambungnya. Kentang sekali lah.
Memori penuh terus hingga layar mati separuh
Titik paling sial bagi Razan adalah ketika memasuki 2020. Hp android miliknya sudah menemui titik afkir.
Entah kenapa, memori Redmi 4X-nya tersebut selalu memberi notifikasi “memori penuh”. Razan sudah berupaya menghapus beberapa aplikasi, bahkan aplikasi penting sekalipun.
Foto hingga lagu di hp-nya juga dia hapus habis. Tapi tidak membuahkan hasil. Notifikasi “memori penuh” terus saja meneror Razan. Notifikasi itu tidak sekadar notifikasi. Karena juga sangat mengganggu performa hp.
“Lemotnya minta ampun. Jadi menderita banget lah pakai hp itu,” tutur Razan.
Yang paling lucu adalah, tiba-tiba saja layarnya mati separuh. Jadi sebagian layar Redmi 4X-nya tidak bisa dipencet. Ini agak menyulitkannya misalnya ketika hendak mengetik sesuatu: mengirim pesan, searching di Google, atau mengetik di note.
“Yang mati sisi kiri. Nah, tombol-tombol abjad yang ada di sisi kiri akhirnya kan nggak bisa diketik,” katanya.
Razan mensiasatinya dengan cara merotasi layar hp. Sehingga kalau mau ngetik, maka hp android-nya tersebut harus dalam posisi miring, seperti orang mabar.
Tentu saja hal itu jadi olok-olok teman-temannya. Lagaknya seperti orang mabar, eh ternyata cuma mau kirim pesan saja sampai harus miring-miringin hp.
Razan sempat membawanya ke servis hp untuk diperbaiki. Tapi tak ada hasilnya. Hanya bertahan beberapa hari, setelah itu layarnya mati separuh lagi. Ditambah baterai yang borosnya minta ampun alias sering mati karena kehabisan baterai yang tersedot terus meski hp dalam kondisi off.
Dibanting hingga hancur berkeping-keping
Sampai suatu ketika, layarnya tidak hanya mati separuh. Tapi mati keseluruhan. Tidak bisa dipencet sama sekali.
Barangkali karena sudah muak dan capai, Razan refleks membanting Redmi 4X-nya tersebut hingga hancur berkeping-keping.
“Walaupun setelahnya ada rasa menyesal ya. Karena kan bagaimanapun itu hp pemberian orangtua, nggak seharusnya dibegitukan,” ucap Razan.
***
Masa-masa itu telah berlalu. Pada 2020 itu, dengan tabungannya, Razan bisa membeli hp android yang lebih baik. Kinipun setelah bekerja, dia juga bisa memberi hp android yang sedikit lebih mahal.
Setiap kali melihat hp-nya yang sekarang, Razan kerap tersenyum-senyum sendiri kalau mengingat masa-masa lampau. Betapa menderitanya dia dengan hp android pertamanya tersebut.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Maksa Beli iPhone demi Gaya sampai Diamkan Bapak Berhari-hari, iPhone 14 Pro Terbeli tapi Hidup Jadi Berantakan dan Menderita atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












