Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Petualangan Lulusan UGM ke Antartika, Hadapi Cuaca Ekstrem Selama 6 Bulan untuk Buktikan Teori Bumi Itu Datar

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
25 Maret 2025
A A
Perjalanan alumnus UGM ke luar negeri alias Rusia untuk meneliti Bumi. MOJOK.CO

ilustrasi - seorang alumnus S3 yang berkelana dari Rusia ke Antartika. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Gerry Utama (31) tak pernah menyangka bisa menginjakkan kakinya di belahan Bumi selatan: Antartika. Benua terdingin dan paling sedikit penduduknya di dunia. Pemuda lulusan UGM itu menjadi orang Indonesia sekaligus orang ASEAN pertama yang membawa “misi khusus” dari Pemerintah Rusia.

Dari UGM ke Rusia hingga Benua Antartika

Gerry merupakan alumnus Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia mulai kuliah pada tahun 2011 dan lulus di tahun 2017. Setelah lulus, ia tidak serta merta melanjutkan kuliah.

Laki-laki asal Palembang itu memilih menghabiskan waktunya untuk berkarier sebagai praktisi dengan latar belakang yang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya sebagai sarjana. Barulah pada tahun 2022, Gerry memutuskan untuk melanjutkan studi S2 di bidang Quaternary Paleogeography di Institute of Earth Sciences Saint Petersburg State University dengan dukungan dari Pemerintah Rusia. 

“Bagi saya menempuh pendidikan sangat penting untuk melengkapi keilmuan saya yang masih kurang,” kata alumnus UGM tersebut.

Antariksa 1. MOJOK.CO
Perjalanan dari Rusia ke Antartika. (Dok.pribadi)

Selain itu, ia ingin memperluas spektrum kesempatannya untuk membangun peradaban yang lebih baik. Tak hanya itu, dengan menempuh pendidikan tinggi, Gerry dapat membangun relasinya serta membentuk karakter, cara pandang, serta inspirasi untuk melangkah ke depan.

Tentu saja perbedaan bahasa membuat ia kebingungan pada mulanya. Walaupun bidang studi yang ia ambil tidak jauh berbeda dengan materi yang ia terima saat kuliah S1, tapi banyak istilah kebumian yang kurang ia pahami dengan Bahasa Rusia.

“Itu menjadi hal terberat, tapi bisa saya lalui dengan tuntas,” ujar Gerry. 

Salah satu motivasi yang ia pegang sampai sekarang adalah kutipan dari penulis Andrea Hirata: Jika bisa hidup di Rusia, maka bisa hidup di mana pun di belahan dunia.

“Namun dalam versi saya, ‘apabila bisa berprestasi di Rusia, maka bisa menguasai dunia,’” ujar alumnus UGM tersebut.

Kini, Gerry sedang menjalani pendidikan S3-nya di Rusia. Dari sanalah Gerry mendapatkan kesempatan untuk menginjakkan kaki di Antartika. Ia terpilih menjadi salah satu peneliti yang mengikuti program Russian Antarctica Expedition (RAE) ke-69. Pengalaman tersebut membawa namanya dikenal sebagai peneliti Indonesia termuda.

“Saya termuda dalam sejarah misi Antartika yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, bukan termuda dalam sejarah dunia ya,” tegasnya.

Bertahan di luar negeri dengan suhu ekstrem

Sebelum tiba di Antartika, Gerry harus mengikuti pelatihan intensif yakni, cara menggunakan peralatan salju, pelatihan bertahan hidup di kondisi darurat, mendirikan tenda, cara memasak, buang air, bahkan tata cara berpakaian. Di sana, ia harus menggunakan pakaian khusus yang desainnya tahan dengan temperatur ekstrem.

Tak bisa dipungkiri, Antartika berbeda dengan kondisi Bumi biasanya. Gerry harus menahan suhu ekstrem Antartika yang dinginnya bisa mencapai minus 40 derajat celcius. Belum lagi terpaan angin yang sangat keras, harus membuatnya was-was.

Perjalanan di Antartika. MOJOK.CO
Perjalanan Gerry saat ekspedisi di Antartika. (Dok.Pribadi)

“Ini pengalaman pertama saya sebagai orang yang tinggal di wilayah tropis. Saya tak pernah membayangkan harus bekerja dengan kondisi temperatur yang sangat dingin,” ujar alumnus UGM tersebut.

Iklan

Selain itu, Gerry mengaku kesulitaan terhadap perbedaan waktu. Sebagai seorang muslim, ia harus teliti betul mengecek waktu ibadah. Biasanya, dia akan menyesuaikan waktu salat dengan mengamati matahari terbit dan terbenam dengan melihat langit. 

Pada Februari 2024, Gerry bersama tim RAE akhirnya berlayar dari Kota Saint Petersburg, Rusia ke Antartika selama tiga minggu dengan satu kali transit di Cape Town, Afrika Selatan. Mereka menempuh perjalanan sekitar satu bulan menggunakan kapal riset Akademik Turoshnikov milik Rusia.

Ahli pembaca radar dari UGM

Gerry sendiri mangkal di Stasiun Mirny, salah satu stasiun pemantauan tertua di Antartika. Sebagai ahli di bidang geomorfologi–ilmu yang mempelajari bentuk permukaan Bumi, Gerry punya kemampuan bagus membaca radar. 

Oleh karena itu, alasan utamanya menginjakkan kaki di Antartika adalah untuk menyusun atlas Pulau King George, sebuah pintu gerbang bagi peneliti yang tiba di Antartika. Konon, peta geomorfologi yang menggambarkan area Pulau King George tersebut belum pernah dipetakan oleh peneliti manapun.

“Profesor saya pernah berkata jika peta geomorfologi ini baru. Belum ada yang mendetailkan atau membuat informasinya,” kata Gerry.

Antartika. MOJOK.CO
Suasana Antartika. (Dok.Pribadi)

Dari ekspedisinya bersama para peneliti Rusia tersebut, Gerry berhasil menemukan fosil kayu berusia 130 juta tahun. Temuan itu membuktikan bahwa dulunya Antartika pernah ditutupi tanaman hijau seperti bagian Bumi lainnya. 

Di sela-sela penelitiannya tersebut, Gerry juga berhasil membuktikan teori lama yang sering menjadi perdebatan: benarkah Bumi itu datar? Nyatanya, tidak. Ia mendebat betul konsepsi lama yang menyatakan bahwa Bumi berbentuk datar. Ia meyakini bahwa Bumi berbentuk bulat. Lebih tepatnya elipsolid.

“Selama penelitian di Antartika saya melihat frekuensi, di mana pada malam hari mata hari tetap terlihat bersinar. Begitu juga pada siang hari, kondisinya tampak seperti malam hari. Ini menjadi bukti bahwa sesungguhnya Bumi berbentuk melengkung dan berotasi,” ujar alumnus UGM tersebut.

Bagi Gerry, Antartika layaknya flash disk yang beku. Di dalamnya terdapat data soal proses geologi dan geomorfologi yang pernah terjadi di muka Bumi. Pengalamannya di Antartika akan selalu terekam dalam ingatan pemuda asal Palembang tersebut.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Perjuangkan Mimpi dari Unesa hingga Kuliah S2 di Boston Amerika, meski Berat usai Ayah Pergi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 26 Maret 2025 oleh

Tags: Antartikakerja di luar negerikuliah di UGMlulusan S3rusia
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Doktor termuda di UGM, Jogja ingin jadi presiden. MOJOK.CO
Sosok

Doktor Termuda UGM Usia 25 Tahun Ingin Jadi Presiden RI, Meneruskan Sepak Terjang BJ Habibie di Bidang Eksakta

6 November 2025
Menyarankan Pengangguran Kerja di Luar Negeri Itu selain Lucu, Juga Membuka Borok Sendiri
Pojokan

Menyarankan Pengangguran Kerja di Luar Negeri Itu selain Lucu, Juga Membuka Borok Sendiri

28 Juni 2025
kuliah di ugm.MOJOK.CO
Kampus

4 Tahun Pura-pura Jadi Mahasiswa UGM demi Bahagiakan Ortu, padahal Kuliah di Kampus Tak Terkenal Jogja

10 Juni 2025
Melbourne, Australia lebih baik timbang Bordertown. MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Pertama Orang Indonesia Pindah ke Bordertown, Malah bikin Syok karena Melbourne Lebih Menjanjikan

20 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.