Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
12 Juni 2025
A A
ngopi di jogja, coffee shop jogja, mahasiswa baru.MOJOK.CO

Ilustrasi Satu -Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Mahasiswa baru di Jogja kaget saat pertama ngopi di coffee shop. Harganya nggak ngotak; segelas kopi setara biaya dua kali makan. Niatnya cuma nugas, malah berakhir boncos dan malu.

***

Sebagai mahasiswa baru di Jogja, ekspektasi Ridho (18) soal biaya hidup dan skena per-kopi-an setinggi langit. Maklum, dari cerita seniornya yang sudah lebih dulu merantau, Jogja itu murah. 

Dari yang dia dengar, biaya kos nggak semahal di Jakarta atau Surabaya. Harga makanan masih ramah di kantong. Modal Rp10 ribu, kata Ridho mengulangi kata-kata seniornya, sudah bisa kenyang.

“Makanya aku mutusin buat kuliah di Jogja, ketimbang Surabaya,” kata mahasiswa salah satu PTS ini saat dihubungi Mojok, Kamis (12/5/2025).

Tak cuma uang makan dan kos. Konon juga, biaya ngopi di Jogja masih sangat terjangkau. Bagi Ridho, ini menjadi pertimbangan serius mengingat di kota asalnya, Tulungagung, budaya ngopi sangat kental.

“Istilah kata, di kotaku itu tiada hari tanpa ngopi,” ujarnya.

coffee shop.MOJOK.CO
Ilustrasi – Di Tulungagung dikenal dengan budaya ngopi “nyethe”. Di Jogja, lekat dengan budaya ngopi di coffee shop.(Mojok.co)

Tulungagung memang dijuluki “kota seribu warung kopi”. Kata Ridho, di sana terkenal dengan budaya “nyethe”, yakni membalurkan ampas kopi ke batang rokok. Konon itu bakal menambah citarasa rokok yang diisap menjadi lebih nikmat.

Awal kuliah, merasa Jogja memang semurah itu

Ridho menjadi mahasiswa baru di Jogja pada pertengahan 2024. Ia bercerita, apa yang dibilang seniornya soal “biaya hidup di Jogja murah” itu benar adanya.

Ia mendapatkan kos murah di kawasan Sleman bagian tengah, dekat Ringroad Utara. Harganya cuma Rp450 ribu per bulan.

Di sekitaran kosnya pun juga menjamur warmindo dan rumah makan yang harga menunya masih terjangkau. Bahkan dengan uang Rp10-15 ribu saja, ia mengaku sudah bisa kenyang.

“Awal kuliah di sini ngerasa banget kalau Jogja memang semurah itu. Sebelas dua belas dengan Tulungagung lah.”

Selain itu, banyak juga dijumpai coffee shop dengan berbagai tipe. Ada yang besar, ada juga yang kecil tapi estetik. Jujur saja, Ridho malah belum pernah mengunjunginya.

Kaget, biaya ngopi di coffee shop setara biaya dua kali makan

Kendati apa-apa serba murah, ada satu hal yang sampai saat ini masih mengganjal di hati Ridho. Ya, biaya ngopi di Jogja sangat mahal. Bahkan bagi Ridho, untuk segelas kopinya saja setara dua kali jatah makannya.

Iklan

Sebagai mahasiswa baru di Jogja, ada satu tradisi yang tak mungkin ia lewatkan: nugas di coffee shop. Sebagaimana mahasiswa lainnya, coffee shop yang dipilih pun biasanya yang estetik dan Instagramable.

Bermodal keyakinan biaya ngopi di Jogja murah, Ridho pun berangkat ke coffee shop dengan kepala tegak. Ia juga penasaran dengan budaya ngopi di Jogja, apakah sama dengan yang ada di kotanya.

Sebagai “anak desa”, jujur Ridho merasa kaget. Kekagetan pertama, ternyata di Jogja, ngopi itu adalah bahasa lain dengan adu outfit.

“Pada nugas ke coffee shop pada macak cakep-cakep, dandan niat, pakai sepatu. Sementara aku cuma sandalan. Jujur karena itu pengalaman pertama, sih, ada rasa malu,” ungkapnya.

Kekagetan kedua, mahasiswa baru ini merasa harga kopi di coffee shop itu nggak ngotak. Mahal-mahal. Rata-rata di atas Rp25 ribu. Belum termasuk menu tambahan seperti cemilan dan makan berat yang lebih mahal.

Ngide pesan yang paling murah, berujung malu karena nggak tahu espresso

Tak cuma kultur dan harga ngopi yang bikin kaget, mahasiswa baru di Jogja ini lebih kaget lagi karena menu di coffee shop amat asing. Di kota asalnya, Tulungagung, kalau ingin pesan kopi, nama-namanya masih umum. Kopi tubruk, kopi encer manis, atau paling mentok kopi susu.

“Sementara di sini namanya aneh-aneh. Pakai bahasa Inggris. Kalau boleh jujur, aku bingung tapi kalau mau nanya kok malu,” ujarnya.

Karena asing dengan nama-namanya, Ridho pun pesan dengan cara ngasal. Ia memilih menu yang paling murah: espresso–yang seingatnya Rp15 ribu.

“Aku pesan karena paling murah dan namanya keren aja,” kata Ridho.

Sialnya, saat pesanan datang, ia malah lebih malu lagi. Ternyata yang dia pesan cuma segelas mungil kopi kental yang rasanya amat pahit. Kata Ridho, malahan itu lebih pantas disebut sloki alih-alih gelas saking kecilnya.

Memang tak ada yang menertawakannya. Namun, tetap saja ada rasa malu karena dianggap tak tahu apa-apa soal kopi, padahal dirinya berasal dari “kota seribu warung kopi”, Tulungagung.

“Akhirnya aku pesan lagi, menu es kopi yang lebih normal. Harganya 30-an ribu. Itu kalau ditotal, rasanya boncos banget cuma buat segelas kopi aja.”

Sejak saat itu, Ridho mengaku lebih selektif lagi dalam memilih coffee shop. Sebelum mengiyakan ajakan ngopi, biasanya dia akan tanya-tanya dulu soal harga kopi di sana.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Apes Awal ke Jogja: Makan Nasi Goreng Nggak Enak di Malioboro Rp35 Ribu hingga Mie Ayam Rp120 Ribu, Pengin Seneng-seneng Berujung Linglung atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 12 Juni 2025 oleh

Tags: biaya hidup jogjacoffee shopCoffee shop Jogjaharga kopi di jogjamahasiswa baru jogjaMahasiswa Jogjangopi di jogjapilihan redaksi
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.