Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
19 Desember 2025
A A
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

ilustrasi - gen z menemukan jalan hidup di Pasar Petamburan Jakarta. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Berjualan di pasar sudah menjadi bakat Ega Oktavian (22) sejak kecil. Saat usia 8 tahun, dia suka menjual macam-macam di sekitar area rumahnya. Hingga ia tertarik berjualan ke Pasar Grogol Petamburan, Jakarta Barat, bahkan menekuninya setelah lulus SMA.

Membantu pedagang lain tanpa upah

Sepulang sekolah, Ega kecil akan sering absen jika teman-temannya mengajak bermain. Ia lebih suka nongkrong di pasar untuk melihat orang jualan. Orang tuanya pun tak pernah melarang, asal Ega tetap sekolah.

“Rumahku sebetulnya jauh dari Pasar Grogol Petamburan, Jakarta Barat tapi dari kecil aku sudah suka sekali jualan es mambo sampai mainan anak-anak. Jadi waktu main ke pasar, aku semakin tertarik,” ucap Ega kepada Mojok, Selasa (16/12/2025).

Karena sering ke Pasar Grogol Petamburan, Jakarta Barat untuk mengamati, Ega malah akrab dengan pedagang-pedagang di sana. Alih-alih diusir, Ega malah dipersilahkan “nongkrong” di salah satu lapak pedagang sendok.

Tak hanya nongkrong, Ega biasanya turut membantu pedagang tersebut untuk menjual sendok-sendoknya. Jujur saja, saat pertama kali mencoba, Ega sebetulnya masih malu-malu untuk menawarkan barang dagangan, tapi ia berhasil memberanikan dirinya sampai lihai menggaet pembeli. 

Melihat hal itu, pedagang sendok tak sampai hati membiarkan Ega menjual barang dagangannya tanpa upah. Apalagi, usianya masih anak-anak. Di mana seharusnya, ia lebih banyak belajar dan bermain. 

“Akhirnya beliau buat semacam perjanjian. Jadi aku hanya boleh berdagang sendok di Pasar Grogol Petamburan, setiap libur sekolah dan digaji Rp50 ribu setiap aku datang,” jelas Ega.

Menemukan jalan hidup di Pasar Petamburan Jakarta

Bagi Ega yang masih berusia 8 tahun, uang Rp50 ribu adalah iming-iming yang tak terelakkan. Lebih dari cukup sebagai uang jajan. Namun, hal itu bukan tujuan utamanya. Sebab uang tersebut justru ia jadikan modal untuk membuat usahanya sendiri di Jakarta.

“Aku rajin jualan setiap weekend, terus upah yang aku terima, aku puter lagi buat jualan nasi goreng dan nasi kuning di sekolah,” kata Ega.

Menginjak remaja, Ega mulai mencoba jualan berbagai macam kuliner seperti seperti es buah, es alpukat, burger, dan sebagainya. Setiap gaji yang Ega kumpulkan selalu ia putar kembali untuk modal usaha.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Egaoktavian (@egaoktavian_)

Iklan

Hal itu Ega lakukan sebab selama ini ia memang jarang mendapatkan uang jajan dari orang tuanya. Oleh karena itu, Ega berusaha memutar otak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berjualan di Pasar Petamburan, Jakarta Barat bahkan sampai lulus SMA.

“Sejak kecil aku sudah jauh dari orang tua saat mereka pisah. Aku tinggal bareng kakak lalu pindah tempat buat bertahan hidup. Orang tua pun tahu kalau aku berjualan dari kecil,” tutur Ega.

Kondisi itu yang membuat Ega harus lebih dewasa ketimbang anak-anak usianya. Sejak kecil ia sudah menempa diri untuk belajar bertanggung jawab dan mandiri. Jalan hidup yang terjal membuatnya dituntut untuk menemukan tujuan hidup sejak dini.

“Mangkanya, aku mau kerja apapun yang aku bisa karena aku saat itu harus membiayai hidup sendiri. Sebisa mungkin, setiap margin yang aku punya nggak aku belikan apapun. Aku gunakan uang itu untuk modal usaha hingga bayar sekolah dari SD hingga lulus SMA,” kata Ega.

Alasan untuk tetap berjuang

Setelah lulus SMA, Ega tak punya mimpi yang muluk-muluk. Ia hanya ingin menjadi pembisnis walaupun saat ini bisnis yang ia lakoni masih kecil-kecilan. Ega pun tak malu sebagai lulusan SMA. Bagi dia, kerja apapun bakal digeluti asal halal.

Kini, ia masih fokus berdagang di Pasar Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Dari banyaknya pengalaman yang pernah ia coba, Ega memutuskan berjualan sendok dan perabotan rumah tangga lainnya. 

Dari pukul 03.30 WIB, Ega sudah siap mengendarai motor ke Pasar Grogol Petamburan. Untuk melawan kantuk, ia sering berhenti di jalan untuk mencuci mukanya dengan air dingin. Sesampainya di lapak, Ega langsung mengeluarkan barang-barangnya dari karung dan mengurutkan posisinya. 

Untuk menarik pengunjung yang berlalu-lalang di jalan, Ega biasanya berteriak. 

“Ayo Bu, ayo Bu, sendoknya buat makan Bu!”

Dan benar saja, teknik itu sering berhasil. Jika pelanggan ramai, Ega biasanya bisa mendapat upah sekitar Rp8 juta hingga Rp15 juta selama sebulan. Namun lebih dari itu, bagi Ega yang menggeluti dunia bisnis, pelanggan jauh lebih penting ketimbang uang. 

“Kalau misalnya ada orang yang hari ini nggak beli atau cuman lihat-lihat doang, itu nggak masalah. Malah aku buat bercanda, karena menurutku selain uang, membangun hubungan dengan pelanggan juga penting,” kata Ega.

Sejauh ini, Ega hanya berharap bisa mendapat pelanggan setia, dan yang senang menggunakan barang dagangannya. Ia pun mulai aktif membuat konten di instagram pribadinya tentang kegiatannya saat berdagang.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Lulusan SMA Dihina: Masih Muda tapi Cuman Jadi Pedagang Pasar. Tak Peduli yang Penting Bukan Beban Keluarga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 19 Desember 2025 oleh

Tags: jakartaJakarta Baratlulusan smapasar grogol petamburanpasar petamburanpedagang pasar
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO
Kampus

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Jadi omongan saudara karena sarjana nganggur. MOJOK.CO

Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur

12 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.