Bulan Ramadan justru menjadi bulan yang membuat was-was para penghuni kos Surabaya. Pasalnya, bulan Ramadan—lebih-lebih di 10 hari terakhir menjelang lebaran—maling motor marak berkeliaran di Surabaya. Sialnya, parkiran banyak kos di Surabaya seolah-olah memang sangat terbuka lebar pagi para maling motor tersebut.
***
Sejauh pengalaman saya tiga kali pindah kos di Surabaya, tiga-tiganya memiliki catatan mengkhawatirkan perihal parkiran. Dua di antaranya parkirannya outdoor, benar-banar tidak ada pintu gerbangnya, parkir di halaman kos-kosan.
Sementara satunya memang indoor, hanya saja sangat sempit sehingga berjejalan. Jaminan motor lecet lah kalau parkir di kos saya yang satu ini. Kalau lagi sial dan lokasi parkir di dalam gerbang sedang penuh, maka terpaksa harus parkir di area luar yang tentu bikin was-was.
Hal tersebut ternyata tidak hanya terjadi di tiga kos yang pernah saya tempati. Kos di Surabaya memang rata-rata demikian. Si pemilik kos hanya fokus memperbanyak kamar kosan tanpa mempertimbangkan lahan parkiran.
Alhasil, lantaran lahan parkir tak terlalu dipikirkan, kasus pencurian motor (curanmor) di Surabaya pun cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Polrestabes Surabaya, sepanjang 2023 tercatat sebanyak 544 kasus di Surabaya. Naik dari tahun 2022 yang mencatatkan angka 484 kasus. Jumlah tersebut masih belum ketambahan dengan kasus-kasus curanmor yang tak tercatat.
Maling motor Surabaya beraksi di siang bolong
Selain lahan parkir yang sangat terbuka, beberapa kos di Surabaya juga kurang aware dengan kamera CCTV. Hal ini tentu menjadi kombinasi menggiurkan untuk para maling motor. Lila (26) pernah menjadi korbannya pada 2018, saat ia masih kuliah semester 2 di UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA).
Lila sendiri sebenarnya bukan anak kosan. Ia tinggal di salah satu pondok pesantren mahasiswa di Surabaya. Hanya saja, di sela-sela jam kuliah yang cukup renggang, Lila kerap numpang istirahat di kos temannya di Gang IAIN, Wonocolo, Surabaya.
Hingga hari sial itu datang pada suatu siang di tahun 2018. Lila kehilangan motor Honda BeAT 2016 warna merah yang ia parkir di halaman kos temannya, yang sebenarnya juga sering menjadi parkiran motor.
“Padahal kutinggal masuk cuma sebentar. Lima menit nggak sampai. Pas keluar sudah nggak ada. Aku langsung pingsan waktu itu,” ungkap Lila, Minggu (24/3/2024).
Padahal, di depan kos temannya tersebut merupakan jalan setapak untuk lalu-lalang warga setempat. Tapi si maling tetap bisa beraksi dengan sangat mulus.
Seingat Lila, kejadian itu terjadi di tengah-tengah bulan Ramadan, yang kemudian ia tahu bahwa bulan Ramadan memang menjadi bulan paling rawan curanmor di Surabaya.
Motor tergembok tetap hilang
Jangankan kasus seperti Lila, motor tergembok saja di Surabaya bisa raib dengan mudah. Hal itu seperti yang terjadi di kos yang saya tempati pada 2021-2022 di Gang Diwitayah, Wonocolo, Surabaya.
Kos yang saya tempati ini adalah jenis kos yang parkirnya memang indoor, ada pintu gerbangnya. Sayangnya, ruang parkir di dalam tidak muat jika ditempati oleh seluruh penghuni kos. Jadi kalau mau parkir di dalam, maka harus dulu-duluan dengan penghuni kos yang lain.
Saya termasuk yang paling sering tak mendapat ruang untuk parkir. Alhasil, saya sering kali nitip motor ke pondok pesantren mahasiswa tempat teman saya tinggal. Daripada parkir di area luar, tentu sangat berisiko.
Akan tetapi, meskipun memang dapat parkir di dalam, tapi potensi kemalingan masih sangat besar. Seperti yang terjadi dengan tetangga kamar saya, Idwan, pada Desember 2022.
Selepas azan Subuh, suasana kos tiba-tiba riuh ketika Idwan menyeru panik lantaran motornya tak ada di parkiran. Anak-anak kos yang lain pun langsung berhambur dari kamar masing-masing, termasuk saya.
“Sudah kugembok dan kunci kanan. Tapi kita tetap kalah pinter dari maling,” ujar Idwan saat saya konfirmasi kembali baru-baru ini.
Idwan sendiri baru saja balik dari ngopi pada jam tiga dini hari. Ia melihat ada space satu motor yang bisa masuk. Tapi memang berada di paling belakang. Artinya jika ingin muat, maka harus ada sebagian pintu gerbang yang dibuka. Toh pintu gerbang kos memang selama ini tidak pernah ada gemboknya.
Tapi setelah azan Subuh itu, saat ia keluar kamar untuk ke kamar mandi, syok lah Idwan setelah melihat motornya sudah raib.
“Sebenarnya beberapa hari sebelumnya aku sudah dapat wanti-wanti dari pemilik kos putri samping kos, kalau belakangan (di Desember 2022) ada orang bergelagat mencurigakan sering riwa-riwi. Padahal sudah kuniatkan hati-hati, tapi namanya nasib ya,” tutur.
Lantaran sudah mulai tak nyaman dengan kondisi parkir dan disusul kasus kemalingan itu, saya pun akhirnya pindah kos pada Januari 2023 di Jl. Pabrik Kulit, Wonocolo, Surabaya. Kondisinya malah lebih nemen, parkirnya di halaman kos, tanpa ada pintu gerbang.
Sering kali saya was-was. Tapi sering kali pula teman-teman baru di kos tersebut meyakinkan bahwa parkiran kos tersebut aman, karena setiap malam ada tetangga kos yang pasti bergadang. Sepertinya untuk menjaga motornya pula yang sepanjang malam ia parkir di luar. Namanya juga kos di gang sempit.
Motor hilang di Surabaya, jangan harap ketemu
Kasus serupa juga pernah terjadi pada mbak sepupu saya, Wulan (28) pada awal 2019 lalu. Kasusnya mirip dengan yang Idwan alami: motor sudah tergembok dan berada di dalam kos dengan pagar tertutup. Tapi setelah salat Subuh, motor sudah menghilang.
Wulan sendiri saat itu langsung membuat laporan di kepolisian. Namun, kata Wulan, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap motor yang hilang di Surabaya pasti tidak akan pernah ketemu lagi.
“Beberapa tetangga kosku waktu itu bilang, kalau sudah hilang nggak bakal ketemu lagi Mbak. Ya sudah, mau gimana lagi,” ujar Wulan.
Di Desember 2023, sebelum saya pindah ke Jogja, saya saja sudah mendengar dua kasus kemalingan motor dari orang-orang yang saya kenal. Pertama, dari adik tingkat pacar saya. Motornya hilang saat parkir di halaman kos, persis seperti kejadian yang Lila alami.
Sementara yang kedua adalah teman dari teman saya. Motornya hilang di kosan dengan kondisi yang sama persis dengan Idwan dan Wulan. Maklum menjelang tahun baru (2024).
Jadi memang sudah bisa ditandai, menjelang lebaran dan tahun baru adalah bulan-bulan maraknya aksi curanmor di Surabaya. Sialnya, entah kenapa kejadian-kejadin kemalingan motor di Surabaya selalu sulit diantisipasi, terus berulang, dan bahkan selalu bertambah setiap tahunnya.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.