Meski sangat sederhana, angkringan Pak Marto menjadi penolong para pekerja Pakuwon Mall yang butuh makan. Bagi mereka, makanan murah seperti angkringan ini sangat berharga. Mengingat kalau kudu beli makan di dalam mal, uang mereka tak cukup.
“Kadang ada yang ngutang, ‘berhitungnya [melunasi] pas sudah gajian ya, Pak’,” kata Marto (40) sang pemilik angkringan, menirukan kalimat pembelinya. “Karena sudah langganan, ya nggak apa-apa, Mas, saya kasih aja.”
Siang itu, di angkringan Pak Marto, saya berbincang dengan Lita (20), perempuan yang menjadi pekerja salah satu tenant di Pakuwon Mall. Lita mengaku sedang makan siang. Jatah istirahat 30 menit itu ia habiskan buat menyantap dua nasi kucing, segelas es teh, dan sebatang rokok.
“Buat ngelepas stres karena toko ramai banget, Mas,” kata Lita siang itu.
“Tiap hari, Mas, makan di angkringan. Nggak nyampai 10 ribu dah kenyang. Ya kita ini di Pakuwon mah kerja doang di sana, tapi nggak bisa nikmatin mall-nya.”
Pakuwon Mall Jogja dan cerita para pekerjanya yang bergaji underpaid
Mojok sendiri beberapa kali mengangkat uneg-uneg para pekerja Pakuwon Mall Jogja yang sudah kerja keras bagai kuda, tapi gajinya tak seberapa.
Dalam liputan berjudul “Dukuh Sanggrahan, Daerah Termaju di Condongcatur yang Jadi Saksi Muramnya Nasib Para Pekerja Pakuwon Mall Jogja“, misalnya, Mojok mewawancarai Thoriq (23).
Ia merupakan seorang pekerja FnB di Pakuwon Mall Jogja. Sudah dua tahun kerja, statusnya masih freelance. Gajinya pun masih dihitung per shift.
“Sekarang 85 ribu per shift. Dulu awal-awal sampai hampir setahun cuma 60 ribuan,” kata pekerja yang sudah dua tahun ngekos di Sanggrahan, Condongcatur ini kepada Mojok.
Sialnya, meski digaji amat kecil, jam kerjanya kerap overtime. Paling parah terjadi pada bulan puasa lalu. Ia mengaku, saat itu ia bekerja dari pukul 11 siang sampai pukul 10 malam tanpa mengenal istilah “lembur”.
Cerita lain juga Mojok dengar dari Devi (21) dan suaminya. Pasutri muda ini sama-sama bekerja di kedai makan di mal tersebut. Sialnya, meski sudah digabung sekalipun, gaji keduanya tak sampai Rp5 juta.
Saking struggle-nya, Devi bahkan sempat declare ingin childfree karena tak tega jika anaknya lahir di kondisi ekonominya yang masih kacau.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News