Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Jogja (Nggak) Istimewa karena Ada Banyak Lansia yang Makan, Tidur, dan Mati di dalam Becaknya

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
18 Februari 2025
A A
tukang becak, jogja.MOJOK.CO

Ilustrasi - Jogja (Nggak) Istimewa karena Ada Banyak Lansia yang Makan, Tidur, dan Mati di dalam Becaknya (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bagi banyak orang, Jogja memang istimewa. Namun, itu tak berlaku bagi tukang becak yang mengadu nasib di jalanan. Sebab, mereka tidur dan makan di dalam becaknya, serta bisa mati kapan saja.

***

Tubuhnya sudah kaku saat satu per satu orang berlalu lalang di Jalan Diponegoro, Jetis, Kota Jogja, Rabu (5/2/2025) malam. Dalam keramaian, tak satupun yang menyadari kalau di dalam becak kayuh yang tertutup plastik itu, ada jasad tak bernyawa.

“Waktu sore, kami sudah lihat ada becak ngetem di depan kantor Perwita, kami kira nunggu penumpang. Sampai jam 8 kok nggak gerak-gerak, langsung ramai pada nyamperin,” kata Heri, pemilik angkringan yang berjualan tak jauh dari tempat kejadian, saat ditemui Mojok, Jumat (14/2/2025) malam.

Benar saja, orang yang ada di dalam becak itu sudah meninggal dalam posisi duduk. Warga setempat yang panik langsung mendatangi satpam BRI Jalan Diponegoro untuk meminta bantuan.

“Nggak lama setelah itu ambulans sama polisi langsung datang dan membawa jenazah tukang becak itu,” sambung Heri, yang menyaksikan kejadian naas tersebut secara langsung.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Merapi Uncover (@merapi_uncover)


Hingga tulisan ini ditayangkan, belum ada konfirmasi dari pihak berwenang menyangkut identitas tukang becak yang meninggal itu. Kasi Humas Polresta Jogja, AKP Sujarwo, sementara ini mengidentifikasi korban sebagai “mister X”.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, mister X dinyatakan meninggal dunia tanpa tanda-tanda kekerasan. 

Banyak mister X lain di Jogja, tanpa rumah dan tanpa keluarga

Tukang becak meninggal di jalanan bukan persoalan anyar di Jogja. Sebelum kejadian dua minggu kemarin, kasus serupa juga pernah terjadi. Bahkan, lokasinya pun tak jauh dari TKP teranyar, yakni di Jalan Margo Utomo.

Sebagai informasi, Jalan Margo Utomo letaknya tak jauh dari ikon Jogja, Malioboro. Jalan ini juga masuk ke dalam Sumbu Filosofi yang baru saja ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya.

Tukang becak yang meninggal di Jalan Diponegoro dan Jalan Margo Utomo memiliki kesamaan. Mereka sama-sama ditemukan tanpa identitas: tak ada KTP atau kartu pengenal lain yang ditemukan di TKP.

Iklan

Bedanya, tukang becak yang pertama sudah dipulangkan setelah ada keluarga yang mengaku sebagai anggota keluarga. Ia diketahui bernama ER dan beralamat di Jogja. Sementara identitas mister X masih belum diketahui.

Mojok sendiri juga beberapa kali mewawancarai tukang becak yang sering mangkal di beberapa titik. Termasuk di Jalan Margo Utomo, Jalan Sawendanan (dekat Puro Pakualaman), hingga di Alun-Alun Utara Jogja. Kebanyakan dari mereka mengaku tak memiliki tempat tinggal. Kalaupun ada yang punya rumah, biasanya lokasinya amat jauh dari tempat mangkal.

Tukang becak, Jalan Sewandanan, Jogja.MOJOK.CO
Sudarmo, salah satu tukang becak senior, tiga hari tanpa penghasilan dan mengaku siap mati kapan saja. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

“Berhari-hari tidur dan makan di dalam becak ini, Mas. Pulang kalau kira-kira sudah dapat uang, bisa dua minggu sekali,” kata Sulasto, tukang becak asal Bantul berusia sekitar 70 tahun yang ditemui Mojok di sekitar Jalan Margo Utomo.

Makan, tidur, dan mati di dalam becak

“Kalau dapat makanan, kami ya makan di sini (dalam becak). Tidur ya di sini. Mati pun mungkin kami nanti juga di sini,” ucap Sulasto. Kalimat itu muncul diikuti dengan tawa, seolah-olah “mati di jalanan” Jogja bukan hal menakutkan bagi tukang becak yang satu ini.

“Nggak ada lagi yang mau saya dikejar,” kata dia, sambil mengunyah ubi rebus yang sempat jatuh ke atas aspal. Sambil membersihkan ubinya, “mau ngejar harta nggak bisa, berharap sejahtera mau berharap ke siapa?”.

Sudah sejak 1985 Sulasto bekerja sebagai tukang becak. Dulu, ia bercerita, profesi ini cukup buat menghidupi keluarganya. Namun, kira-kira sejak 10 tahun terakhir, ia tak bisa berharap banyak.

“Sudah banyak yang pakai listrik (becak motor, becak listrik). Kami yang tradisional ditinggalkan,” ujarnya.

“Makanya, buat makan kalau nggak minta-minta, kami juga mulung sampah buat dijual.”

Tak ada data pasti yang merujuk soal jumlah tukang becak di Jogja. Data Dinas Perhubungan Kota Jogja 2018 lalu menyebut ada 3.325 orang, tapi jumlahnya diprediksi terus berkurang seiring berjalannya waktu.

Mati kelaparan di jalanan bukan hal menakutkan bagi tukang becak

Ada banyak alasan mengapa tukang becak seperti Sulasto memilih pasrah dengan nasib kelamnya. Penghasilan tak menentu jadi faktor terkuat.

“Kalau ada penghasilan, nggak mungkin kami mengemis, Mas. Sekarang aja sudah untung dapat satu penumpang per hari,” kata Sulasto.

Mojok sendiri pernah memuat liputan berjudul “Nestapa Tukang Becak di Sumbu Filosofi Jogja, Bertahan Hidup Tanpa Penumpang Berhari-hari” pada 15 Agustus 2023 lalu. Dalam liputan tersebut, ada cerita Ngatiyo (74), tukang becak di Jalan Margo Utomo yang kerap tak mendapat penumpang 3-4 hari.

Alhasil, untuk makan sehari-hari, ia hanya bisa berharap derma dari orang-orang yang melintas.

Dalam liputan “Jalan Sewandanan Jogja Memotret Kepiluan Tukang Becak yang Siap Mati Kelaparan di Dekat Pura Pakualaman”, tukang becak bernama Sudarmo mengaku sudah tiga hari tak dapat penumpang. Situasi demikian jamak terjadi. Menurut lansia berusia 60-an tahun ini, hal itulah yang bikin banyak tukang becak “berguguran”.

Kata Sudarmo, “gugur” yang dimaksud punya makna harafiah. Yakni meninggal karena kelaparan.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Nasib Petani dan Burung Kuntul yang Sama-sama Terpinggirkan karena Perampasan Lahan di Jogja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2025 oleh

Tags: Jogjapilihan redaksisumbu filosofitukang becaktukang becak meninggal
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Kampus

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.