Omah Ilmu Arek Suroboyo merekam cerita anak-anak miskin Surabaya yang kini bisa melangkah mengejar mimpinya. Seperti seorang anak yang kabur karena masalah keluarga hingga akhirnya bisa kuliah di Universitas Airlangga (Unair).
***
Omah Ilmu Arek Suroboyo menjadi ruang bagi anak-anak miskin Surabaya agar tetap bisa melanjutkan pendidikan tinggi, tanpa bayang-bayang kekhawatiran atas kondisi ekonomi.
Omah Ilmu Arek Suroboyo diinisiasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sejak Agustus 2024 lalu. Program ini menjadi ejawantah dari konsep “Sekolah Rakyat” yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
Melalui program ini, Pemkot Surabaya menyatakan komitmennya dalam menyediakan akses pendidikan gratis bagi anak-anak berprestasi tapi tidak memiliki biaya untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Alias memberikan kesempatan kuliah gratis.
Anak pelayan toko Surabaya kejar mimpi jadi perawat
Zadvara Dima Al Dzaky adalah salah satu anak muda Surabaya yang terdampak program Omah Ilmu Arek Suroboyo.
Zaky sebenarnya anak beprestasi. Hanya saja, bayangan bisa lanjut pendidikan hingga ke jenjang lebih tinggi terasa agak sulit karena kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan. Dia hanya anak seorang pelayan toko.
Namun, melalui program ”1 Keluarga Miskin 1 Sarjana” dalam Omah Ilmu Arek Suroboyo, dia mendapat tawaran beasiswa kuliah jurusan Keperawatan D3 di Universitas Hang Tuah Surabaya oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya.
“Perasaan saya waktu itu, sangat bersyukur dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang. Saya yakin pendidikan ini akan sangat berguna untuk masa depan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (25/4/2025).
Kini Zaky pun berani bermimpi lebih jauh. Setelah lulus, dia berencana mengabdikan diri di bidang kesehatan dan membantu masyarakat agar senantiasa sehat.
“Saya sangat termotivasi dan memiliki harapan besar untuk membantu perekonomian keluarga dan mengangkat derajat orang tua lewat program sekolah bibit unggul,” tuturnya.
Asah keterampilan di Omah Ilmu Arek Suroboyo
Optimisme terhadap masa depan tersebut tentu bukan tanpa alasan. Pasalnya, di Omah Ilmu Arek Suroboyo, Zaky merasa mendapat pendidikan secara komprehensif.
Selain kesempatan kuliah gratis, anak-anak di Omah Ilmu Arek Suroboyo juga mendapatkan pendidikan sosial, mental, hingga pengembangan diri melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler, seperti kursus Bahasa Inggris, boxing, fotografi, melukis, musik hingga olahraga tinju.
“Di sini saya tidak hanya kuliah, tapi juga mengikuti kegiatan setelahnya untuk mengasah kemampuan saya di bidang lain,” ungkap Zaky.
Anak miskin sulit membayangkan kuliah di Surabaya
Cerita serupa diungkapkan oleh Retno Ayu Maharani (19), alumni SMKN 20 Surabaya. Dia kini sedang menempuh pendidikan D3 Keperawatan di Universitas Hang Tuah Surabaya.
Retno berasal dari keluarga sederhana di daerah Klampis Ngasem dengan pendapatan tidak menentu. Maka, kuliah adalah sesuatu yang dulu sulit terbayang dalam benaknya.
“Awalnya sulit sekali membayangkan bisa kuliah. Sebelumnya saya sudah mencoba banyak tes masuk perguruan tinggi tapi tidak berhasil. Mendapatkan kesempatan ini benar-benar membuat saya kaget dan sangat senang,” ujar Retno.
Tak hanya itu, kehidupan di Omah Ilmu Arek Suroboyo di Asrama Kalijudan juga teramat nyaman bagi Retno. Orang-orang yang tinggal di sana mendapat fasilitas memedai.
Misalnya, ada transportasi antar jemput untuk berangkat dan pulang kuliah. Fasilitas belajar di asrama dilengkapi komputer, printer, dan ruang belajar yang nyaman.
“Kami bisa menggunakannya setiap saat untuk menunjang perkuliahan. Awal masuk kuliah dulu, juga mendapatkan seragam dan semua perlengkapan dari sini (Omah Ilmu Arek Suroboyo),” beber Retno.
Kabur dari rumah hingga akhirnya bisa kuliah Unair
Sementara cerita agak unik dibeberkan oleh Rizky Saputra Subroto (19) yang baru akan kuliah pada Agustus 2025 mendatang.
Sejak usia 7 tahun, Rizky kabur dari rumah karena masalah keluarga. Saat itu dia sempat menumpang di rumah temannya hingga sampai di Kampung Anak Negeri Wonorejo, tempat tinggal untuk anak-anak bermasalah sosial (di bawah asuhan Pemkot Surabaya).
“Saya sudah sekolah dan tinggal di Kampung Anak Negeri sejak usia 7 tahun. Karena saya akan kuliah, jadi waktu Omah Ilmu Arek Suroboyo diresmikan, saya pindah ke sini bersama teman-teman sebaya,” tutur Rizky.
Rizky yang merupakan alumni SMK Negeri 10 itu diterima di jurusan S1 Ekonomi Syariah Universitas Airlangga (Unair) melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
“Jadi saya memang sudah mencari-cari cara sejak kelas 10 bagaimana bisa masuk Unair. Alhamdulilah, saya dinyatakan lulus SNBP sesuai jurusan yang saya inginkan,” ungkapnya.
Rizky berharap, melalui program Omah Ilmu Arek Suroboyo, akan semakin banyak anak-anak yang bermasalah sosial bisa terbantu seperti dirinya.
Sekolah gratis untuk SD-SMA sedang dipikirkan
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menjelaskan, inisiasi Omah Ilmu Arek Suroboyo merupakan alternatif atas keterbatasan lahan di Surabaya untuk membangun Sekolah Rakyat.
Maka, tercetuslah program Omah Ilmu Arek Suroboyo yang berlokasi di Asrama Kalijudan.
Untuk saat ini, program ini masih menyasar kalangan mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Sementara terkait jenjang pendidikan SD hingga SMA, Eri menyebut Pemkot Surabaya masih menyusun konsep yang sesuai dengan kondisi keterbatasan lahan di perkotaan.
“Jadi yang untuk SD, SMP dan SMA, kami lagi membentuk pola, karena kami tidak mungkin ada lahan yang minimal 7 hektare, 5 hektare (di kota sepadat Surabaya). Sehingga kemarin kami sampaikan juga ke Pak Menteri Sosial (Mensos), apakah dimungkinkan sekolah (rakyat) yang dilakukan di kota-kota itu berbeda,” jelas Eri.
Eri juga menyebut, Pemkot Surabaya telah menyampaikan gagasan alternatif lain kepada Mensos agar ada kebijakan yang memungkinkan model pendidikan Sekolah Rakyat untuk SD hingga SMA yang tetap bisa diselenggarakan meski tanpa lahan besar.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Jurusan Pengobat Tradisional di Unair, Kuliahnya Nggak Hanya Bikin Jamu atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan