Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kapok Berurusan dengan PSHT: Dihajar “Tanpa Ampun” saat Latihan, Babak Belur Dikeroyok Gara-gara Hal Sepele

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
27 Mei 2025
A A
Kapok berurusan dengan perguruan pencak silat PSHT, dihajar saat latihan, babak belur dikeroyok karena masalah sepele MOJOK.CO

Ilustrasi - Kapok berurusan dengan perguruan pencak silat PSHT, dihajar saat latihan, babak belur dikeroyok karena masalah sepele. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Video di X menunjukkan ketika seorang gadis bertubuh kecil mengikuti pelatihan pencak silat. Dari logonya, perguruan silatnya adalah PSHT.

Setelah menerima beberapa kali tendangan—dan mungkin pukulan—si gadis tampak engap-engapan dan merintih kesakitan. Namun, alih-alih memberi pertolongan, sang pelatih justru membentak-membentaknya dengan kalimat yang bikin ngilu.

“Kenapa? Sakit? Mati, mati, aja.” Begitu diulang-ulang. Video itu lantas diikuti oleh rentetan video lain dengan konteks serupa.

Penganiayaan berkedok latihan silat.

Tolong dong adilin orang ini, satu murid meninggal usai di tendang di bagian dada!! pic.twitter.com/7R4JRYVKEc

— Berita Viral 24 Jam (@GasMedsos) May 25, 2025

Nyawa melayang saat latihan pencak silat

Video tersebut muncul di X sebagai respons atas peristiwa nahas yang baru saja terjadi: latihan rutin perguruan pencak silat PSHT di Boyolali, Jawa Tengah merenggut korban jiwa.

Hal itu sebagai gambaran bahwa latihan dengan model kekerasan ala salah satu peguruan silat tertua di Indonesia ini rentan mencelakakan orang. Baik orang lain di luar perguruan atau bahkan orang di dalam perguruan sendiri.

Merujuk keterangan Polres Boyolali, peristiwa nahas itu terjadi pada Rabu (21/5/2025) malam WIB di Desa Karangkepoh, Kecamatan Karanggede.

Dalam momen latihan rutin, seorang remaja berinisial MPS (17) menerima dua kali tendangan dari dua seniornya. Tendangan yang teramat keras, apalagi dilakukan sembari melayang.

MPS langsung pingsan di tempat. Ketika tengah dalam perjalanan ke rumah sakit, MPS dinyatakan meninggal dunia.

Ikut latihan PSHT jadi suka miting tangan orang

Ketertarikan Rofal (16) pada pencak silat PSHT adalah sejak masih duduk di bangku SMP. Waktu itu beberapa teman desanya di Rembang, Jawa Tengah, memang ada yang sudah ikut latihan.

Dari pengamatan Rofal, setiap temannya yang sudah bergabung latihan, berubah menjadi sosok yang tidak kenal takut (sekaligus menjadi agak sok jagoan). Mungkin karena sudah dibekali dengan kekuatan bela diri, jadi merasa jago melawan siapa saja.

“Kalau lagi main bareng, sering tiba-tiba suka miting tangan teman lain. Atau kadang dia sok ngajari, kalau dipukul orang, gimana cara menangkisnya,” ujar Rofal berbagi cerita, Senin (26/5/2025) malam WIB.

Rofal kerap menjadi bahan uji coba mereka untuk mengaplikasian jurus-jurus yang didapat dari latihan pencak silat PSHT. Karena merasa “tertinggal”, Rofal pun memutuskan ikut latihan.

Fisik dan mental babak belur

Orangtua Rofal menentang betul ketika tahu anaknya ikut latihan di perguruan pencak silat PSHT. Pertama, takut Rofal jadi urakan dan suka berkelahi. Sebab, orangtua Rofal melek belaka, kalau ada berita tawuran atau pengeroyokan, sering kali melibatkan perguruan silat tersebut.

Iklan

Tapi Rofal bergeming. Dia tetap mengikuti beberapa kali latihan. Di titik itulah dia tahu, ternyata selama ini temannya hanya sok jagoan.

“Bukan latihan bela diri. Tapi anak-anak kayak jadi pelampiasan. Dipukul, ditendang, sekeras-kerasnya,” tutur Rofal.

“Alasannya, biar tangguh kalau berhadapan dengan musuh. Temenku ada yang sampai nangis sampai merintih kesakitan. Tapi tendangan nggak bakal berhenti ke perutnya. Malah dibilang, ‘Gitu aja nangis? Gitu aja kesakitan. Jangan lembek. PSHT nggak boleh lembek!’,” sambungnya mencoba menirukan ucapan si pelatih.

Rofal sendiri merasa tubuhnya babak belur setelah beberapa kali mengikuti latihan. Kakinya sempat keseleo hingga bengkak. Alhasil harus disembuhkan di tukang pijat.

Setelahnya, Rofal memutuskan mengikuti kata ibunya: tidak lagi-lagi ikut latihan PSHT. Satu persatu temannya pun mreteli. Tidak melanjutkan.

Iri dengan latihan karate

Seiring itu, Rofal tahu ada pusat pelatihan karate di pusat kecamatan. Dia dan beberapa temannya beberapa kali datang untuk melihat latihan.

Latihannya tampak penuh disiplin tinggi. Itupun di sore hari, tidak di tengah malam seperti latihan PSHT. Selain itu, tidak ada kesan “kekerasan” dan “pelampiasan” di sana, kendati nuansanya penuh ketegasan.

“Nah, setahuku, kalau karate ini kan memang sering masuk turnamen. Kalau pencak silat terbagi dua. Kalau di sekolah tujuannya memang ikut lomba. Tapi kalau di desa, latihan silat kayak hanya buat biar bisa gelut,” beber Rofal.

Rofal sempat tertarik mengikuti latihan karate. Apalagi cabang bela diri ini memang jauh dari citra tukang onar. Sayangnya, orangtua Rofal sudah trauma dengan momen saat Rofal ikut latihan PSHT. Alhasil, dia tidak boleh mengikuti latihan bela diri apapun kalau ujung-ujungnya mencelakakan diri sendiri.

“Sekarang ya nggak masalah nggak ikut. Tapi lucunya, ada anak di sekolahku yang dikenal sangar karena aktif PSHT. Tapi pas momen senggel (satu lawan satu), ternyata jurus-jurus silatnya nggak bisa digunakan i,” kata Rofal. “Ujung-ujungnya main keroyokan karena manggil teman sesama perguruan.”

Kapok berurusan dengan PSHT (1)

Melengkapi cerita Rofal, Habib, teman di sekolahnya yang pernah berurusan dengan PSHT menceritakan kejadian tersebut.

Siswa anggota pencak silat PSHT itu, bagi Habib, memang petentang-petenteng. Singkat cerita, terjadilah momen adu jotos itu tidak jauh dari gerbang sekolah.

“Dikerubungi banyak orang waktu itu,” ungkap Habib.

Masalahnya sepele. Hanya karena Habib menatap sinis si siswa yang petentang-petenteng itu, dia langsung ditantang adu jotos.

Habib tidak punya basic bela diri dari perguruan manapun. Dia hanya tahu, kalau berantem ya tinggal layangkan pukulan secara gesit dan terukur. Dan itulah yang dia lakukan.

Si siswa anggota PSHT itu tersungkur berkali-kali. Pada momen ketika Habib memukulinya ketika sudah terkapar, seorang guru datang melerai.

Kapok berurusan dengan PSHT (2)

Habib pikir persoalan itu selesai. Tapi ternyata si siswa anggota pencak silat PSHT itu masih menyimpan dendam.

“Di sekolah, dia nantang senggel lagi. Tapi dia minta jauh dari sekolah. Biar nggak ramai-ramai. Aku ladeni. Siapa takut,” kata Habib.

Habib datang ke sebuah lapangan sepi, tempat lokasi yang disepakati. Dia hanya datang dengan dua orang teman sekelasnya sebagai saksi untuk pertarungan itu.

Lalu tiba-tiba si siswa yang menantangnya datang dengan segerombolan orang. Beberapa di antaranya mengenakan kaos PSHT. Habib tak gentar, tapi dia sudah berfirasat buruk.

“Awalnya senggel satu lawan satu. Pas aku mukul berkali-kali kena wajah anak itu, tiba-tiba aku dan dua temanku langsung dikeroyok teman-teman lawanku itu. Babak belurlah jadinya,” bebernya.

Kejadian itu membuat Habib kapok berurusan dengan perguruan pencak silat tersebut. Bukan kapok karena takut kalah gelut. Tapi takut dijebak dalam situasi tidak fair seperti itu.

“Katanya senggel (satu lawan satu), tapi malah keroyokan. Jelas menangnya kalau begitu,” tutup Habib.

Dihajar habis-habisan oleh pelatih, kenapa ya?

Mojok menemukan tulisan menarik di laman resmi perguruan pencak silat PSHT.

Judulnya “Dihajar Habis-Habisan oleh Pelatih PSHT, Kenapa Ya?”. Ditulis oleh Rijal Mumazziq Z, warga PSHT Pengesahan 2002 Rayon Mojorejo, Jetis, Ponorogo yang juga dikenal sebagai akademisi.

“Tingkat kepahamaan tentang hakikat ke-SH-an, juga dipengaruhi oleh circle. Kalau yang mendidik dan berada di sekelilingnya itu orang-orang yang hanya berpikir gelut dan betah dalam lingkaran kekerasan jadinya ya begitu,” tulis Rijal.

“Jika yang ada di sekelilingnya orang-orang yang senantiasa berpikir positif, menjunjung marwah organisasi, dan bagaimana memanfaatkan persaudaraan untuk kemanfaatan, insyaAllah, jadinya ya baik-baik saja,” sambungnya.

Dalam tulisan tersebut, Rijal juga mengutip buku “Markesot Bertutur” dari Emha Ainun Nadjib (Cak Nun).

Dalam buku itu, ada bagian ketika Markesot belajar silat pada pendekar Mataram. Alih-alih diajari ilmu menggunakan tombak, dia malah dicekoki ilmu filosofi tombak.

“Semakin panjang tombak seseorang,” kata pendekar itu, “berarti makin rendah ilmunya.

Orang yang lemah memerlukan alat yang panjang, sepanjang mungkin untuk melindunginya. Sementara orang yang agak sakti, cukup pendek saja tombak pelindungnya. Sedangkan orang rang yang top kesaktiannya, tak memerlukan senjata. Ia cukup hidup dengan tangan kosong.

Tangan kosong adalah tangan yang jujur dan apa adanya. Tangan yang tak menggenggam apa-apa, tak memiliki apa-apa, tak dibebani apa-apa. Justru karena itu, pendekar tangan kosong malah disegani, karena ia telah menyelesaikan urusan dengan dirinya, dengan egonya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Keresahan Anggota Silat SH Winongo, Cuma Ingin Damai tapi Terpancing Rusuh dengan PSHT yang Mengaku Setia Hati Paling Tua atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 27 Mei 2025 oleh

Tags: bela dirilatihan pshtpencak silatperguruan pencak silatperguruan silatPSHTsh terate
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Jadi manusia paling apes dan ironis: Punya kakak PSHT fanatik dan bapak kru sound horeg sampai batin tertekan MOJOK.CO
Ragam

Nasib Jadi Manusia Paling Apes dan Ironis: Punya Kakak Fanatik PSHT dan Bapak Kru Karnaval Sound Horeg, Hari-hari Batin Tersiksa

15 Agustus 2025
4 Sisi Terang PSHT: Ternyata Ada, Sebelumnya Terkubur Dosa MOJOK.CO
Esai

Dosa PSHT Memang Banyak, Bahkan Saya Pernah Mereka Ancam, tapi Selesai dengan Baik Bukti Ada Juga Sisi Terang Organisasi Silat Ini

1 Agustus 2025
PSHT vs Tapak Suci. MOJOK.CO
Ragam

PSHT dan Tapak Suci, Sama-sama Ajarkan Budi Pekerti Luhur tapi Satu Dikenal Biang Rusuh dan Satu Lagi Anti Tawur

29 Juli 2025
Madiun Kota Pendekar tapi ulah PSHT bikin malu. MOJOK.CO
Ragam

Derita Orang Madiun, Mau Sombong ke Daerah Lain tapi Kena Cap Jelek karena Ulah PSHT hingga Dicap Sarang PKI

28 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.