Mental rusak karena jam kerja yang tak jelas
Selain itu, perbedaan waktu antara Dubai dan Gunungkidul juga menjadi tantangan tersendiri bagi Irsyad. Walaupun selisihnya hanya tiga jam, tapi itu cukup memengaruhi rutinitasnya. Jika orang bisa tidur mulai dari jam 21.00 WIB hingga 23.00 WIB, Irsyad harus tidur di atas jam itu.
Segala kegiatannya pun jadi acakadut, berbeda dengan aktivitas orang selainnya. Dan perlu diingat, pekerjaan itu ia lakoni sembari mengerjakan tugas skripsi. Alhasil, Irsyad jadi sering menunda tugas utamanya sebagai mahasiswa.
Melihat pola aktivitas yang demikian, orang tuanya tak tinggal diam. Mereka tak ingin Irsyad melupakan kewajiban utamanya yakni lulus tepat waktu. Maka dari itu, Irsyad terpaksa melepas pekerjaan tersebut.
“Waktu itu pekerjaan dari perusahaan di Dubai cukup sibuk. Belum lagi ada tekanan keluarga untuk segera menyelesaikan skripsi, sehingga membuat mental saya cukup terganggu dan akhirnya harus merelakan salah satu hal,” tutur Irsyad.
Pengorbanan itu akhirnya tak sia-sia, sebab Irsyad berhasil menyelesaikan skripsinya di ujung tahun 2024. Ia pun baru diwisuda tahun 2025 ini dan sudah bekerja di sebuah perusahaan di Jogja dengan gaji berkisar Rp6 juta sebagai junior UI/UX.
Melepas kerja dari Dubai dan slow living di Jogja
Tak ada penyesalan bagi Irsyad saat melepas pekerjaan remotenya dari Dubai. Justru ia masih bersyukur bisa kerja di Gunungkidul dengan gaji di atas UMK Jogja. Minimal, gaji tersebut bisa ia tabung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Toh ia mengaku bukan pemuda yang muluk-muluk dengan gaya hidup fancy. Paling-paling, ia hanya mengeluarkan uang untuk menunjang pekerjaanya seperti membeli kuota internet, work from coffeeshop saat sedang bosan, dan subscribe tools.
Sedangkan untuk kebutuhan lainnya maksimal berkisar antara Rp1,5 juta hingga Rp2 juta perbulan.
“Nah, kalau untuk jangka panjang dan hidup berkeluarga, sepertinya perlu meningkatkan pendapatan,” kata dia.
Sebagai lompatan kariernya, besar kemungkinan Irsyad tak pindah ke luar kota. Toh, kata dia, gajinya akan sama saja. Lain soal jika ia mendapatkan kesempatan kerja lagi di luar negeri seperti Dubai pada saat itu.
“Jika melihat dari segi efisiensi produktivitas dan ekonominya, justru lebih baik bekerja secara work from home ketimbang merantau ke kota lain. Sedangkan, investasi terbaik menurut saya adalah kerja di luar negeri dan berada di kantor sehingga cukup untuk tabungan pribadi dan keluarga di masa depan,” tutur Irsyad.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Cerita Orang Kudus 20 Tahun Menjadi Sopir di Arab Saudi, Punya Tugas Khusus Cari Jemaah Haji Nyasar atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












