Penolakan pertama di masa SMA
Tahun 2011, saat saya sudah masuk MTs, saya akhirnya mendapat izin dari ibu untuk belajar naik motor.
Namun, ya sekadar bisa-bisaan saja. Karena meskipun bisa naik motor, saya saat itu belum sempat jajal riwa-riwi. Sebab, tak lama setelah bisa naik motor, saya sudah masuk ke pesantren. Alhasil, motornya tetap tak terpakai.
Baru setelah masuk SMA, kira-kira pada tahun 2014-an, saya mendapat izin untuk membawa motor sendiri ke manapun. Termasuk membawanya ke sekolah.
Di masa-masa MOS, saat kebetulan saya berada di rumah (belum balik ke pesantren), saya coba bawa Jupiter MX Komeng itu ke sekolah.
Saat momen MOS itu, entah bagaimana mulanya saya kok tertarik pada salah satu mbak-mbak pengurus OSIS yang mendampingi. Singkat cerita, kami sempat berkenalan. Lalu kami sempat sering ngobrol-ngobrol di sela-sela acara.
Bahkan suatu hari sepulang sekolah, saya sengaja menunggu mbak-mbak OSIS itu untuk menawari memboncengnya untuk pulang bareng.
Entah kenapa waktu itu saya kelewat percaya diri. Dan entah kenapa pula saya kok merasa agak keren karena bisa mengendarai motor kopling. Sungguh sangat-sangat konyol.
Namun, sayang sungguh sayang, tawaran saya ditolak. Malah tak hanya tawaran memboncengnya saja yang tertolak. Di kemudian hari, perasaan saya pun juga tertolak.
Penolakan pertama di masa SMA. Penolakan yang sebenarnya sudah saya terima bahkan sebelum saya menembak.
Jupiter MX bapak jual demi ibu
Tahun 2014 itu pula jadi tahun terakhir Jupiter MX biru itu parkir di rumah kami.
Saat bapak pulang dari Malaysia, saya sebenarnya tak mendengar ada rencana kalau Jupiter MX itu bakal ia jual..
Lalu pada satu bulan terakhir keberadaan bapak di rumah sebelum balik lagi ke Malaysia, bapak memutuskan menjual Jupiter MX impiannya tersebut.
Saya bahkan tak tahu kapan bapak menjual motor itu. Suatu hari, saat saya pulang dari pesantren, tahu-tahu di rumah sudah tidak ada lagi Jupiter MX. Adanya Honda BeAT warna putih.
Barulah saya tahu kalau Jupiter MX telah bapak jual ke tetangga dusun. Lalu uang hasil penjualannya bapak tambahi untuk membeli BeAT tersebut.
Tujuannya, agar ibu bisa ikut belajar naik motor. Karena kalau motor matic, tentu akan lebih mudah. Agar saat bapak balik lagi ke Malaysia, ibu di rumah masih bisa ke mana-mana dengan BeAT itu.
Begitulah hingga kemudian BeAT putih itu menemani kami bertahun-tahun hingga saat ini. Sementara Jupiter MX Komeng itu kini jadi kendaraan tempur untuk cari ramban bagi pemilik barunya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News