Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) harus mengawali Maret 2024 dengan kabar tak menyenangkan. Yakni perihal kasus kemalingan di loker Perpustakaan UINSA yang membuat uang sebesar Rp1,8 juta milih seorang mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) lenyap.
Aisyah selaku korban sampai melontarkan beberapa kritik dan kekecawaannya terhadap Perpustakaan UINSA melalui teman-teman dari LPM Solidaritas UINSA.
Terkait kasus kemalingan dan kritik-kritik yang tertuju pada Perpustakaan UINSA, pihak perpustakaan memberi klarifikasi sekaligus meluruskan beberapa persepsi minor terkait Perpustakaan UINSA. Khususnya untuk perpustakaan di Kampus A. Yani, lokasi hilangnya dompet Aisyah.
Upaya pencegahan agar tidak kemalingan
Evi Fatimatur Rusydiyah selaku Kepala Perpustakaan UINSA Surabaya menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak menganggap sepele kasus kemalingan yang terjadi.
“Kami tentu tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Untuk itu, beberapa upaya preventif sudah kami lakukan,” ujar Evi dalam rilis yang Mojok terima, Rabu (13/2/2024).
Beberapa upaya preventif yang Evi makud antara lain, memberikan loker berkunci di samping juga ada loker terbuka.
“Lalu saat sebagian kunci loker dan CCTV tidak berfungsi kami juga telah melakukan upaya antisipasi berupa tulisan imbauan agar tidak meninggalkan barang berharga di dalam tas,” terang Evi.
Selain itu, Evi menyebut bahwa Perpustakaan UINSA Surabaya telah menyiapkan layanan Si Patas (Layanan Pinjam Tas) yang dapat mahasiswa pinjam di petugas yang berjaga. Layanan tersebut memungkinkan barang berharga seperti dompet, hp, dan laptop bisa terbawa masuk ke dalam perpustakaan.
Koleksi di Perpustakaan UINSA Surabaya tak bisa dibandingkan dengan Perpusda
Evi lantas merespon terkait kasus mahasiswa yang memilih meminjam buku ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) Surabaya gara-gara menganggap koleksi di Perpustakaan UINSA tak lengkap.
“Jika perbandingannya dengan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Timur tentu tidak apple to apple,” tutur Evi.
“Karena Perpustakaan Daerah settingnya untuk masyarakat umum, di mana novel dan buku anak-anak masuk. Sementara kami Perpustakaan UINSA Surabaya fokus di penunjang pembelajaran, terutama dalam khazanah ke-Islaman,” sambungnya.
Evi membeberkan, Perpustakaan UINSA sendiri saat ini memiliki koleksi cetak berjumlah jumlah 110.859 eksemplar dengan 37.531 judul dan ribuan koleksi digital berlangganan, mulai dari scopus, springer link, Wiley, Taylor and Francis, Ebsco, Proquest, Cambridge Core, dan Kubuku UINSA.
Semua koleksi tersebut dapat terakses oleh mahasiswa dan masyarakat umum yang ke UINSA.
Secara lebih lengkap koleksi Perpustakaan UINSA terdiri dari delapan jenis koleksi plus tujuh Corner. Jumlah tersebut dengan rincian koleksi Umum, Referensi, Tugas Akhir, Tandon dan Serial, Repository, E-Book, E-Journal, E-Library Kubuku UINSA, dan tujuh Corner (Gus Dur, Santri Sunan Ampel, Language, Islamic Indonesia, Kids, Bank Indonesia, Gender dan Inklusi)
“Dan kami terus menambah koleksi dengan melibatkan dosen dan mahasiswa bisa mengusulkan tambahan koleksi melalui survei yang setiap tahun kami lakukan,” ucap Evi.
Sebagai tambahan, Perpustakaan UINSA pun saat ini terletak di dua tempat di lahan seluas 4.277 M2 untuk kampus UINSA Jl. A. Yani dan 3.354 M2 untuk perpustakaan di kampus UINSA Jl. Gunung Anyar.
Menurut pemaparan Evi, Perpustakaan UINSA Surabaya mendapat kunjungan sebanyak 7.052 pengunjung per bulan atau 352 orang per hari.
“Sistem perpustakaan kami sudah terintegrasi yang artinya para mahasiswa bisa mengakses perpustakaan kami secara fisik atau bisa mengunjungi layanan digital kami dari manapun pengunjung berada,” papar Evi.
Lanjut Evi, hingga liputan ini tayang, peminjaman koleksi Perpustakaan UINSA Surabaya mencapai 21.106 eksemplar. Akses koleksi digilib Perpustakaan UINSA di digilib.uinsa.ac.id mencapai 1.668.976 unduhan dan data e-resources springer link sebanyak 27.373 kali view.
“Kami juga mendapat akreditasi oleh Lembaga Akreditasi Perpustakaan sebagai perpustakaan terakreditasi A sejak tahun 2015,” tegas Evi.
Intrsopeksi untuk petugas yang tak ramah
Terkait kenyamanan, Evi tak bisa menampik bahwa setiap orang punya imajinasi atau persepsi soal kenyamanan yang berbeda satu sama lain.
Hanya saja, yang jelas, Evi menegaskan bahwa pihak Perpustakaan UINSA Surabaya mencoba untuk memperhatikan aspek tersebut dengan mempertimbangkan berbagai standar. Tak hanya standar nasional, tapi juga internasional. Tidak lain adalah untuk menciptakan ruang senyaman-nyamannya bagi pengunjung.
“Bisa cek bagaimana ruang baca kami yang kami beri kesan santai dan homie, lengkap dengan ruang berpendingin ruangan yang sejuk,” jelas Evi.
“Kecuali bagi perokok, tentu ruangan kami sangat tidak ramah karena kami menerapkan zero smoking zone di area perpustakaan,” tambahnya.
Selain itu, Evi menjamin akan berbenah dengan menghadirkan para petugas yang friendly dengan sapaan dan wajah penuh senyum.
“Kami sudah menerapkan tentang standar pelayanan perpustakaan bagi para petugas front office kami. Bukti yang bisa kami berikan adalah pencapaian akreditasi kami di ISO 9001: 2015 Management Quality,” tegas Evi.
Bahwa jika dalam praktiknya masih ada satu atau dua kekurangan, Evi menegaskan bahwa Perpustakaan UINSA Surabaya memiliki komitmen untuk terus berbenah.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Royal Plaza Surabaya, Mal Tempat Orang Kaya Tertawa di Atas Penderitaan Orang Miskin
Cek berita dan artikel lainnya di Google News