Kehidupan desa di Jombang—termasuk di Kecamatan Ngoro—terasa jauh dari rasa tenang. Meski sepintas, banyak desa di Jombang menjadi gambaran ideal untuk menua, karena tetangga yang guyub, ladang subur nan hijau, serta kekhasan suasana kota santri.
Teror maling di Ngoro, Jombang
Saya baru saja memejamkan mata sebelum kemudian tergeragap bangun karena teriakan histeris ibu-ibu dari luar jendela kamar pada pukul 01.00 WIB pada Sabtu (7/6/2025). “Maling, tolong, maling,” begitu berulang-ulang.
Saya lalu berlari keluar rumah, menuju kompleks rumah warga di belakang rumah mertua, sebuah desa di Ngoro, Jombang. Di sana, ibu-ibu masih menjerit-jerit. Sementara bapak-bapak berlari ke persawahan belakang: mengejar maling yang beberapa detik sebelumnya meloloskan diri setelah berhasil menggondol satu ponsel dan sebungkus rokok milik seorang warga desa di Ngoro, Jombang.
Tak lama berselang, bapak-bapak kembali dengan tangan hampa. Maling tak terkejar karena menyibak hamparan kebun dan sawah yang terlampau luas.
“Malingnya masuk kamar, melangkahi kami yang tertidur. Saya kebangun, malingnya langsung lari, di tangannya bawa arit,” ungkap Maslikatin (40-an), perempuan yang rumahnya baru saja dibobol maling. Sementara sang suami tampak ngos-ngosan usai melakukan pengejaran.
Tak hanya mencuri, tapi juga mengancam nyawa
Tidak ada yang langsung kembali ke rumah masing-masing meski maling gagal ditangkap. Orang-orang masih bergidik ngeri.
Pasalnya, pertama, dua bulan terakhir, maling yang mengincar desa di Ngoro, Jombang, tidak hanya mengincar ternak di kebun-kebun warga. Tapi sudah mulai menjamah isi rumah.
Setelah lebaran lalu, rumah tetangga Maslikatin juga disatroni maling. Membobol pintu belakang rumah yang rapat, si maling berhasil menyelinap hingga masuk ke kamar-kamar.
Untungnya tidak ada uang tunai yang tercecer di kamar dan sudut rumah. Si maling hanya bisa menggondol uang sebesar Rp50 ribu.
Kedua, si maling tidak datang dengan tangan kosong. Tapi membawa arit dan batu. Dua benda itu diduga tidak hanya untuk membobol pintu, melainkan juga untuk menyerang pemilik rumah atau warga yang berupaya menggagalkan aksinya.
Baca halaman selanjutnya…
Di rumah jadi kawan, di jalan jadi lawan












