Tidak ada alasan untuk sombong dan jumawa
Menyambut Milad Tapak Suci ke 61, Suprapto Ketua Pimda 070 Tapak Suci Kabupaten Kendal menulis untaian rasa syukur yang begitu menggugah yang termuat dalam laman resmi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal.
Sejak lahir pada 31 Juli 1963, Tapak Suci memang menorehkan banyak prestasi dalam ranah beladiri, baik tingkat nasional bahkan internasional. TS melahirkan atlet-atlet pencak silat legendaris nasional seperti Abas Akbar, Indro Catur Haryono, Ronny Syaifullah, Iqbal Candra, dan lain-lain.
“Namun lebih dari itu semua, setiap anggota Tapak Suci wajib bersyukur kepada Allah dan bangga, bahwa Tapak Suci adalah perguruan pencak silat yang mengajarkan kepada anggotanya untuk menjaga akidah, menjunjung tinggi akhlak serta nilai-nilai Islam,” tulis Suprapto.
“Sebagai perguruan pencak silat yang menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai Islam, Tapak Suci terbukti minim dengan berita-berita miring,” sambungnya.
Lebih lanjut, Suprapto menyebut, organisasi pencak silat Muhammadiyah tersebut punya kehebatan bisa mempersaudarakan anggotanya tanpa memusuhi yang lain. Memenangkan dengan tetap menghormati dan merangkul semua lawannya. Benar-benar menjauhi perselisihan dan permusuhan.
Suprapto menegaskan, para pesilat Tapak Suci tidak punya alasan untuk sombong dan jumawa. Sekalipun mereka punya deretan prestasi. Sebab, kesombongan menjadi awal dari bentrok antar perguruan silat. Karena yang kerap terjadi, bentrok antar pesilat dipicu oleh gengsi dan kesombongan primordial.
Lebih dari itu, sudah tertanam doktrin “Dengan iman dan akhlak saya menjadi kuat, tanpa iman dan akhlak saya menjadi lemah” dalam hati dan pikiran para pesilat TS. Kekuatan hanya datang jika beriman. Oleh karena itu, alih-alih menyombongkan diri, jika pesilat TS berprestasi, maka yang terjadi justru makin meningkatkan kualitas iman dan akhlaknya.
“Ibadah kepada Allah semakin berkualitas. Kepada orang tua semakin hormat, dan kepada teman semakin bersahabat,” tutur Suprapto.
Catatan untuk perguruan silat lain yang masih suka rusuh
Dari komitmen dan nilai-nilai Tapak Suci di atas, saya merangkumnya menjadi setidaknya tiga poin. Barangkali bisa jadi tamparan sekaligus percontohan bagi perguruan silat lain yang oknum pendekarnya kerap terlibat kerusuhan:
- Fokus meningkatkan prestasi
- Menguatkan akidah, intelektual dan akhlak Islamiyah
- Menanamkam kesadaran untuk tidak sombong dan senantiasa menghormati yang lain
Dengan begitu, keterampilan pencak silat tidak membuat seseorang merasa sok jago dan sok hebat di jalan. Keterampilan silat justru menjadi kontrol diri agar tidak sembarangan dalam bertindak. Ada dorongan motivasi pula untuk menjadi contoh/teladan yang baik. Bentrok antar pesilat adalah tradisi usang yang perlahan-lahan harus ditinggalkan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.