Lupakan skripsi untuk jadi penjaga Warung Madura
Sejak menjadi penjaga Warung Madura milik saudaranya itu, Faruq makin melupakan skripsinya. Benar-benar tak tersentuh, meski dosen pembimbing berkali-kali menagih progresnya.
Lebih-lebih dia disodori banyak pemberitaan dan teman-temannya sendiri yang lulus cepat: bahwa bergelar sarjana nyatanya tetap susah cari kerja.
“Aku awal-awal jadi penjaga Warung Madura, 2,5 bulan sudah mengantongi Rp7 juta. Hariannya gede ternyata,” tutur Faruq. Terlampau gede untuk jenis pekerjaan yang menurut Faruq ringan.
“Ringan kan cuma melayani pembeli. Memastikan stok barang aman. Kalau bergadang semalaman, nggak ngantuk karena aku sudah biasa. Kalau jaga malam malah full mabar Mobile Legends,” beber Faruq.
Sebenarnya ada celah waktu untuk mengerjakan skripsi sambil tetap menjaga warung. Namun, Faruq sudah kelewat malas. Dia malah berpikir untuk DO saja. Tidak usah repot-repot mengerjakan skripsi. Toh kalau lulus ijazah S1-nya tidak menjamin apapun.
Tuntas kuliah tetap jadi penjaga Warung Madura
Di semester 13, Faruq mendapat wanti-wanti betul dari dua pihak: dosen pembimbing dan orangtua Faruq. Gara-gara itu, dia denga susah payah melawan kemalasan.
“Jadi kalau sambil jaga aku kurangin mabarnya. Pinjam laptop teman buat menyelesaikan skripsi. Ijazah S1 mau bisa buat cari kerja atau tidak, itu nanti. Yang penting lulus dulu biar ibu tidak nanya melulu,” kata Faruq.
Faruq akhirnya lulus dan wisuda pada 2024 lalu. Tidak seperti kebanyakan mahasiswa fresh graduate yang berlomba-lomba mencari loker mentereng, Faruq tetap memutuskan menjadi penjaga Warung Madura.
Toh soal kerja, orangtua Faruq sudah membebaskan. Pokoknya yang penting lulus dulu.
“Tidak mungkin orangtua nuntut aku kerja macam-macam. Karena dari gaji menjaga warung saja aku bisa memberi uang mereka kok,” lanjut Faruq.
Saling support untuk sejahtera bersama
Kini Faruq tidak hanya sekadar menjaga. Dia bertekad menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari saudaranya perihal waralaba kelontong lokal ini. Sambil tipis-tipis mengumpulkan modal.
Sebab, Warung Madura memberi gambaran cerah perihal masa depan. Lupakan ijazah S1. Apa itu gelar sarjana? Tidak penting lagi bagi Faruq. Pokoknya dia bertekad bakal membuka Warung Maduranya sendiri.
Apalagi untuk urusan semacam ini, orang Madura biasanya tidak akan saling menyelengkat satu sama lain. Yang ada malah solidaritas untuk sejahtera bersama.
“Orang Madura punya keyakinan rezeki sudah diatur Allah. Jadi misalnya aku berhenti dari Warung Madura milik saudara buat membuat sendiri. Saudara nggak akan tersinggung atau merasa tersaingi. Tapi malah mendukung penuh,” tandas Faruq.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Halaman dan Parkiran Indomaret Menguji Kesabaran, Isinya 4 Hal Menyebalkan sekaligus Merepotkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












