Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Esok Cerah Tak Kunjung Datang dan Upaya Warga Bantaran Kali Gajahwong Jogja Menyalakan Harapan

Melvinda Eliana oleh Melvinda Eliana
13 Agustus 2025
A A
Esok cerah tak kunjung datang dan upaya warga bantaran kali Gajahwong, Kampung Ledhok Timoho, Jogja menyalakan harapan MOJOK.CO

Ilustrasi - Esok cerah tak kunjung datang dan upaya warga bantaran kali Gajahwong, Kampung Ledhok Timoho, Jogja menyalakan harapan. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

“Kami kan daerah miskin yang terjepit di antara orang kaya. Udah gitu tempatnya sangat di bawah standar dibandingin sama daerah sekitarnya. Mau ngebangun bagus pun tanah belum milik pribadi.” – Dian, warga kampung Ledhok Timoho di bantaran Sungai Gajahwong, Jogja.

***

Kurang lebih sejak 20 tahun yang lalu, suatu kampung menggeliat di bantaran Sungai Gajahwong, Jogja. Kampung ini sempat dijuluki sebagai “Kampung Pemulung”. Sebab, dahulu mayoritas warganya sempat bermata pencaharian demikian.

Berawal dari rumah-rumah berbahan anyaman bambu dan papan triplek, seiring waktu menjadi rumah-rumah tembok yang berjejalan, lalu terbentuklah kampung Ledhok Timoho.

Secara geografis kampung ini berada di Kelurahan Muja-Muju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Jogja. Kendati begitu, rupanya kampung Ledhok Timoho belum diakui sepenuhnya oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja.

Kampung Ledhok Timoho, Gajahwong, Jogja MOJOK.CO
Kampung Ledhok Timoho, Gajahwong, Jogja. (Melvinda Eliana/Mojok.co)

Nasib abu-abu warga kampung Ledhok Timoho, Jogja

Dian, salah satu warga kampung Ledhok Timoho, seolah tidak kehabisan energi untuk bolak-balik ke Pemkot Jogja. Salah satu misinya adalah memperjuangkan KTP warga Ledhok Timoho.

Mayoritas warganya memang pendatang dari berbagai daerah. Oleh karena itu, bagi Dian, setidaknya KTP mereka sebagai warga Ledhok Timoho diakui terlebih dulu, meski kepemilikan tanah kampung masih abu-abu.

“Status tanahnya masih belum hak milik kami, tapi kami terus mengusahakan itu ke Pemkot Jogja biar selamanya kami nggak gondal-gandul, nggak jelas gini,” seru Dian saat berbincang dengan Mojok pada Jumat (8/8/2025).

Rasa khawatir kampung mereka bakal digusur Pemkot Jogja sering mampir. Tapi Dian dan warga lainnya punya semangat memperjuangkan ruang hidup yang sudah mereka tempati bertahun-tahun itu.

Dian percaya, dengan 20 tahun menempati tanah, dapat menjadi syarat untuk memiliki sertifikat tanah. Terlebih, di beberapa titik kampung toh sudah ada yang bersertifikat.

Rumah-rumah di Kampung Ledhok Timoho, Gajahwong, Jogja MOJOK.CO
Rumah-rumah di Kampung Ledhok Timoho, Gajahwong, Jogja. (Melvinda Eliana/Mojok.co)

Esok cerah tak kunjung datang bagi warga Ledhok Timoho, Jogja

Kata Dian, kampung Ledhok Timoho, Jogja, tak jarang disambangi oleh para calon pejabat. Memberi harapan bahwa hari esok akan cerah: mendapat pengakuan hukum dan sertifikat tanah. Tapi nyatanya hari itu tak kunjung datang juga.

Alih-alih mendapat realisasi janji manis tersebut, warga bantaran Sungai Gajahwong itu malah lebih sering dapat kiriman sampah lewat sungai–entah dari mana.

Sepenuturan Dian, warga Kampung Ledhok Timoho justru terbilang disiplin perihal sampah. Tidak membuang sampah sembarangan. Bahkan mereka membentuk sistem pengolahan sampahnya sendiri.

Gotong royong: upaya berdaya tanpa pemerintah

Warga Ledhok Timoho, Jogja, mengaku tidak lagi berharap penuh pada Pemkot Jogja. Untungnya, kata Dian, mereka kerap terbantu gotong royong dari pihak non-pemerintah.

Seperti mahasiswa yang memberi bantuan barang milik bersama hingga ajakan membuat bazar. Memang sederhana. Tapi Dian merasa dampaknya cukup signifikan. Selain mahasiswa, warga setempat juga mendapat dorongan dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), misalnya Solidaritas Perempuan (SP) Kinasih dan BMT Bina Ihsanul Fikri.

Iklan

Warga Ledhok Timoho punya semangat untuk berdaya, setidaknya itulah yang dipandang oleh SP Kinasih. Ia mendorong warga untuk bangkit dan tidak sepenuhnya berharap pada pemerintah.

Kelas-kelas pemberdayaan warga

Sejak Juli 2025 lalu. SP Kinasih mengajak warga setempat untuk mengikuti kelas pengembangan dan pengajaran. Kelas tersebut bukan hanya soal pemberdayaan praktis, melainkan juga pembekalan isu-isu hari ini.

Seperti yang diungkapkan Suparmi, juga warga Kampung Ledhok Timoho, pertemuan tersebut membahas ragam isu mulai dari gender hingga perubahan iklim.

Sebenarnya bukan kali pertama kegiatan komunitas di Ledhok Timoho berlangsung. Menurut Suparmi, sebelumnya SP Kinasih juga mendorong komunitas lansia di kampung ini selama bertahun-tahun.

Kegiatannya dari bercocok tanam atau berkebun yang hasil sayurnya sempat diperjualbelikan. Juga pengolahan kolam ikan yang kemudian dapat dinikmati warga setempat.

Membangun kembali hal-hal baik yang telah redup

Sayang, hal-hal baik itu kini hanya bercecer kenang. Komunitas lansia itu disebut Suparmi sudah mogok. Maka dari itu, SP Kinasih berupaya mengajak ibu-ibu Ledhok Timoho, Jogja, untuk kembali membangun komunitas di Ledhok Timoho. Rencananya, komunitas yang diinisiasi warga dan SP Kinasih ini akan memulai fokus pada penghijauan kampung.

Dalam proses pembentukan kembali komunitas ini, Suparmi mengaku mahasiswa banyak membersamai SP Kinasih dan warga Ledhok Timoho. Ia merasa banyak unsur mahasiswa yang selama ini telah terlibat dalam perjalanan warga.

Bahkan dalam komunitas Posyandu, mahasiswa memberikan bantuan aset seperti timbangan. Hal ini, bagi Suparmi, sangat bermanfaat sebab Posyandu Ledhok Timoho berdiri mandiri nonpemerintah.

Tidak ada PKK, warga Ledhok Timoho memang asyik membentuk komunitas lingkar dalam yang menurut mereka lebih bermanfaat.

Jimpitan yang memberi “nyala”

Suami Dian, Rama, bukan nama sebenarnya, mengamini bahwasanya pemerintah tidak banyak melibatkan diri di Kampung Ledhok Timoho.

Akhirnya, mereka mengupayakan kesejahteraan dengan serba gotong royong, misalnya sesederhana lewat “jimpitan”. Rama menyampaikan bahwa lewat cara itu, kini hampir seluruh Kampung Ledhok Timoho punya aliran listrik dan MCK.

“Begitu cara awal kami bertahan di sini (kampung Ledhok Timoho), apapun dibahas dan digotong bersama. Siapa yang belum punya kamar mandi, perlahan dibuat ganti-gantian,” jelas Rama.

Selain Posyandu dan gotong royong, warga setempat punya komunitas yang lebih aktif di sisi relijiusitas, yakni komunitas Istiqomah. Komunitas ini aktif mengadakan pertemuan untuk mengaji, yasinan, dan kegiatan relijius lainnya. Lewat ini pula, mereka didorong BMT Bina Ihsanul Fikri untuk mendapatkan bantuan kambing dari Dinas Pemkot Jogja.

Parmi, warga setempat yang tiap harinya disibukkan bekerja di warung makan, merasa senang mengikuti kegiatan-kegiatan relijius tersebut. Ia bersyukur setelah kegiatan sehari-hari yang cukup padat, ia tetap mendapatkan ruang spiritual.

“Pun tempat kegiatannya bergiliran, tapi ya beginilah ‘gubuk’ kami, kalau tidak cukup ruang ya di musala kampung,” tutur Parmi.

Musala di Rumah-rumah di Kampung Ledhok Timoho, Gajahwong, Jogja MOJOK.CO
Musala di Rumah-rumah di Kampung Ledhok Timoho, Gajahwong, Jogja. (Melvinda Eliana/Mojok.co)

Bahagia di balik gang kecil di bantaran Gajahwong, Jogja

Warga di bantaran kali Gajahwong, Jogja tersebut memang hidup di balik gang kecil yang mungkin hanya bisa dijangkau menggunakan motor atau jalan kaki.

Namun, semangatnya untuk tumbuh, terus berkecamuk meski lewat resah maupun suka. Dengan nasi-nasi kering yang mereka jemur di depan rumah, jadi simbol harapan: masih ada hari esok untuk dijalani.

Entah disebut kelompok, komunitas, atau keluarga, kebersamaan menuju kesejahteraan yang utama. Seperti ungkapan Dian dalam gelitik tawanya, bahwa tidak ada yang mengalahkan rasa bahagia daripada sekadar hasil.

“Tidak mau kalau cuma mementingkan hasil dari komunitas, apalah arti kalau prosesnya kita tidak bahagia?” Pungkas Dian.

Tulisan ini diproduksi oleh mahasiswa program Sekolah Vokasi Mojok periode Juli-Septmber 2025. 

Penulis: Melvinda Eliana
Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kali Code Jogja Tak Menawarkan Kemewahan, Tapi Memberi Harapan Para Perantau untuk Bertahan Hidup atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2025 oleh

Tags: gajahwongJogjaledhok timohopilihan redaksi
Melvinda Eliana

Melvinda Eliana

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.