Guru pencak silat muda suka semena-mena
Belum satu tahun bergabung, Hamza (25) memutuskan untuk keluar dari perguruan silat tempatnya menimba ilmu bela diri, Ki Ageng Pandan Alas, di Rembang, Jawa Tengah. Saat itu ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP.
Hamza mengaku tak tahan dengan kelakuan si guru silatnya (sesama anak kelas 3 SMP) yang cenderung semena-mena.
“Saat itu aku gabung karena tertarik. Di Rembang kebanyakan PSHT. Nah, Ki Ageng Pandan Alas ini kayak baru ada. Terus dari narasi temenku yang jadi warga itu ajarannya dari Sunan Kalijaga. Aku tertarik di situ,” beber Hamza mengenang momen-momen tersebut pada Rabu, (31/7/2024) petang WIB.
Teman Hamza disahkan menjadi warga untuk perguruan silat Ki Ageng Pandan Alas sudah sejak kelas dua SMP. Hal itu tentu membuatnya kagum, karena umur muda sudah berada di posisi prestisius.
Sayangnya, kekaguman itu tak bertahan lama ketika si warga tersebut mulai semena-mena. Masalah-masalah di luar lapangan kerap ia bawa di dalam lapangan. Begitu juga sebaliknya.
“Misalnya, saat di sekolah, kami ada gesekan. Nah, waktu latihan itu kelihatan banget aku jadi pelampiasan emosi. Aku kan nggak bisa apa-apa, sebagai siswa aku hanya manut saja,” tutur Hamza.
Lalu misalnya lagi, ketika di sekolah Hamza kerap disuruh-suruh. Entah untuk beli jajan di kantin atau lain-lain. Jika Hamza menolak, ia akan diancam tak bakal mendapat tambahan jurus saat ikut latihan. Atau ancaman untuk sparing dengan siswa lebih senior yang terkenal jago dalam bab baku hantam.
“Itu terjadi beberapa kali. Akhirnya aku memutuskan keluar. Waktu aku keluar pun sebenarnya baik-baik. Tapi ia responnya nggak enak dan bahkan nggak pernah ngajak omong aku lagi sampai sekarang,” ujar Hamza disertai tawa getir.
Seiring waktu sejak keluar itu, Hamza mulai perlahan-lahan memahami bahwa ada yang keliru dengan warga silat yang masih muda itu: mental yang belum matang.
Hamza memang sudah lama tidak update dengan perguruan silat tempatnya pernah menimba ilmu bela diri tersebut. Namun, ia masih kerap menjumpai beberapa perguruan silat yang mengangkat warga di umur-umur SMP. Baginya, senada dengan Adri, model pengangkatan tersebut patut dievaluasi demi menjaga marwah perguruan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.