Selingan mencari hiburan di Kediri
Di sudut lain, saya lalu berbincang dengan Barri (32). Malam itu ia mengajak istri, anak, ibu dan adiknya main-main di Alun-alun Jombang dengan niat sebagai selingan.
Barri berasal dari Ngoro. Hanya saja sehari-hari ia tinggal di Sidoarjo. Karena ia bekerja dan telah membangun rumah di sana.
Barri dan anak istrinya biasanya akan menyempatkan pulang ke Jombang setiap dua pekan sekali. Di momen pulang itu, ia lantas akan mengajak keluarganya di Ngoro untuk keluar bersama-sama: muter-muter dengan mobil.
“Paling sering malah ke Simpang Lima Gumul, Kediri. Secara jaraknya juga dekat kalau dari Ngoro. Kalau ke Gumul kan pasti ramai suasana di sana. Jadi nuansa jalan-jalannya kerasa,” tutur Barri ramah, sembari menyesap-embuskan asap rokoknya.
Kalau membandingkan antara Simpang Lima Gumul Kediri dengan Alun-alun Jombang, jelas Jombang tak ada apa-apanya. Wong cuma hamparan lapangan hijau yang dikelilingi lampu-lampu remang.
Kata Barri, beruntung di sana ada play ground. Sehingga setidaknya kalau ke Alun-alun Jombang anak-anak masih bisa main. Tak sekadar ngaplo.
“Kalau kamu tanya, kebanyakan yang datang lak malah orang-orang dari desa-desa yang cukup jauh dari kota,” ucap Barri.
Sebab, di pelosok-pelosok desa di Kota Santri itu tidak ada ruang hiburan yang segemerlap di bagiajn kota. Oleh karena itu, setidak menarik-menariknya Alun-alun Jombang, tempat itu masih bisa memberi kebahagian bagi mereka: orang-orang desa yang ingin piknik atau jalan-jalan malam.
Penulis
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.