Warung Bu Sri sebenarnya sudah sangat baik pada anak-anak kos di Jogja. Tak hanya memberi harga murah, warung di Condongcatur, Jogja, tersebut juga tak masalah jadi tempat ngutang anak-anak kos setiap akhir bulan. Sayangnya, kebaikan itu justru dibalas dengan tak semestinya. Ada saja yang makan tapi tak mau bayar.
***
Seorang ibu-ibu berusia menjelang 40-an tahun tengah duduk sendiri di salah satu bangku di dalam warung. Matanya lekat menatap layar ponsel. Sambil sesekali tangannya mencomot potongan papaya yang terhidang di piring di hadapannya. Ia lah Bu Sri, pemilik Warung Bu Sri, Jogja.
“Monggo, Mas. Ngersakke napa? (Silakan, Mas. Menghendaki apa?,” tanya Bu Sri menyambut saya, sebagai satu-satunya pembeli di warungnya sore itu, Kamis (16/5/2024) pukul 16.34 WIB.
Bu Sri lantas mempersilakan saya mengambil sendiri nasi dan lauk yang tersaji di etalase warung. Ternyata sistemnya prasmanan. Saya pun lalu menyendok nasi secukupnya, sayur lodeh, bihun goreng, telur ceplok balado, dan satu tempe. Tak lupa saya memesan es teh, minuman andalan saya setiap di warung makan.
Warung Bu Sri, Jogja, sendiri terbilang agak nyelempit. Persisnya di Jl. Gumuk Indah No. 3, Dabag, Condongcatur. Lokasinya dikelilingi oleh kos-kosan. Berupa sebuah bangunan berdinding triplek yang depannya berderet beberapa tanaman.
“Yang makan di sini rata-rata anak kos belakang sini,” ujar perempuan asal Klaten, Jawa Tengah tersebut menunjuk sebuah bangunan kos di samping warungnya.
Warung Bu Sri Jogja “terpaksa” di tempat nyelempit
Warung Bu Sri, Jogja, sebenarnya sudah buka sejak 2015, tapi tidak langsung berlokasi di Dabag, Condongcatur. Bu Sri menyebut satu titik. Saya hanya manggut-manggut karena saya tak tahu persis titik yang perempuan ramah itu sebut. Wong saya baru empat bulan di Jogja.
Lalu pada 2017, Warung Bu Sri pindah ke lokasi yang ia tempati saat ini. Mengontrak satu bangunan kecil yang selain untuk buka warung juga untuk tempat tinggal.
“Karena 2015 itu antara warung dengan kontrakan pisah, Mas. Jaraknya jauh. Jadi lama-lama capek. Akhirnya cari tempat yang bisa buat buka warung dan tempat tinggal,” ujar Bu Sri.
“Tapi kok malah cari tempat yang agak blusuk, Bu?,” tanya saya penasaran. Karena kalau untuk keperluan buka warung, harusnya ia mencari tempat yang lebih strategis.
Ternyata Warung Bu Sri, Jogja, buka di tempat nyelempit tersebut dengan “setengah terpaksa”. Karena lokasi yang ditempati saat ini biaya sewanya jauh lebih murah dari tempat-tempat lain yang sudah ia dan suami cari. Sehingga mau tak mau pilihannya ya tinggal satu lokasi di Dabag itu.
Jual makanan murah untuk tolong anak kos
Di tengah-tengah obrolan, saya sengaja bertanya pada Bu Sri berapa harga yang harus saya bayar untuk seporsi makanan yang saya santap sore itu? Pemilik Warung Bu Sri, Jogja, itu menyebut nominal: Rp13 ribu, dengan rincian nasi telur Rp9 ribu, tempe Rp1 ribu, dan es teh Rp3 ribu.
“Kalau nasi ayam Rp10 ribu. Kalau kata anak-anak kos sini sudah cukup murah lah,” jelas Bu Sri diiringi dengan tawa.
Niat Bu Sri sederhana. Karena buka di sekitar kos, Warung Bu Sri memang ingin membantu anak-anak kos Jogja yang pengin makan kenyang tapi uangnya pas-pasan. Itulah kenapa Warung Bru Sri, Jogja, memakai sistem prasmanan.
“Karena berjalannya waktu jadi akrab sama anak-anak kos sekitar sini, saya jadi tahu kondisi mereka. Rata-rata kan masih mengandalkan kiriman orang tua. Nah kirimannya kadang pas-pasan, kadang telat. Saya kasihan,” ungkap Bu Sri.
Bu Sri lantas menyebut beberapa nama anak kos. Ia bahkan sampai tahu latar belakang dari nama-nama anak kos yang ia sebut itu.
Baca halaman selanjutnya…
Anak kos ngutang tapi nggak mau bayar