Nganggur tentu menjadi momok yang tak ingin dialami oleh anak-anak muda. Baik yang tidak sampai menyentuh pendidikan tinggi, apalagi bagi para sarjana. Terkhusus bagi para sarjana, pengangguran adalah aib. Karena sekolah tinggi-tinggi, habis uang banyak, tapi ujung-ujungnya tetap saja jadi beban orang tua. Hal inilah yang coba dicari solusinya oleh mahasiswa UNAIR Surabaya.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Indonesia (Sasindo) Fakultas Ilum Budaya (FIB) UNAIR Surabaya, Dwiki Achmad Thoriq mencoba mengurai masalah kenapa anak-anak muda, terutama Gen Z, terjebak menjadi pengangguran.
Merujuk data BPS per Juni 2024, diketahui fakta bahwa ada sebanyak 9,9 juta Gen Z di Indonesia yang tidak kuliah dan tidak bekerja alias nganggur. Hal tersebut tentu sangat mengkhawatirkan.
Rencana karier jadi sorotan mahasiswa UNAIR Surabaya
Thoriq merumuskan masalah-masalah penyebab banyaknya Genz Z—termasuk di dalamnya kalangan calon sarjana—yang menjadi pengangguran melalui esai berjudul “Tantangan Generasi Z pada Era Modern: Membentuk Rencana Karier dalam Rangka Menakan Tingginya Angka Pengangguran”.
Esai tersebut ia presentasikan dalam ajang National Education Essay Festival 2024 (NES-Fest) oleh PT Education Impact Nusantara bertajuk “2024 Era Progresif Indonesia Generasi Muda”.
Festival tersebut sebenarnya sudah berlangsung secara daring sejak Jumat (12/1/2024) hingga Rabu (20/3/2024). Lalu puncak awarding-nya berlangsung pada Jumat (29/3/2024).
Esai dari Thoriq selaku wakil dari UNAIR Surabaya ternyata meraih juara 1, seperti termuat dalam dokumentasi di laman resmi UNAIR Surabaya. Pasalnya, isu yang ia angkat dianggap sangat krusial bagi masa depan Gen Z di Indonesia.
Dalam esainya, Thoriq membeber bahwa perencanaan karier bukan berhenti pada level wacana belaka: kelak mau kerja apa atau mau jadi apa. Tapi lebih fundamental mengenai persiapan apa yang sudah dilakukan oleh Gen Z untuk mencapai karier tersebut.
Kalau kasusnya mahasiswa, sedari kuliah sudah mempersiapkan apa agar kelak setelah lulus dan menjadi sarjana tidak lantas menjadi pengangguran. Sehingga tidak serta merta menyalahkan kampus atas kondisi (nganggur) yang dialami.
Minimnya minat Gen Z pada keterampilan
”Masalah utamanya bukan hanya kurang pendidikan, tetapi juga minimnya minat terhadap pentingnya keterampilan,” ujar Thoriq.
Mahasiswa UNAIR Surabaya itu menyebut, ada beberapa masalah utama yang menyebabkan banyak Gen Z menjadi pengangguran.
Selain minimnya minat terhadap pentingnya keterampilan yang ia sebut di atas, menurut Thoriq Gen Z juga kurang persiapan dalam menghadapi tekanan dalam dunia kerja. Hal itu kemudian berpengaruh pada kondisi mental Gen Z: cenderung tak punya gairah untuk bekerja.
“Eksposur terhadap konten media sosial yang kurang mengedukasi juga dapat memengaruhi daya tangkap dan kemampuan berpikir kritis,” sambung Thoriq.
Oleh karena itu, mahasiswa UNAIR Surabaya itu menyarankan agar Gen Z lebih banyak menonton konten edukatif yang sesuai dengan kompetensinya.
Mahasiswa UNAIR Surabaya itu juga menggagas beberapa langkah strategis dalam esainya. Di antaranya, Gen Z atau para calon sarjana perlu menyadari potensi diri, memahami kondisi kerja saat ini, dan memperkuat mental sebelum bekerja.
Tips agar tidak jadi pengangguran ala UNAIR Surabaya
Mungkin terdengar klise. Tapi dari studi kasus yang Thoriq temui di lapangan, tips atau solusi untuk mengatasi pengangguran di kalangan Gen Z berikut rasa-rasanya menjadi sangat penting.
Sebab, dari temuan Thoriq, nyatanya memang ada saja Gen Z yang mulai abai dengan aspek-aspek berikut sebagai persiapan untuk terjun di dunia kerja. Alhasil, banyak Gen Z atau bahkan sarjana yang ketika lulus sangat tidak siap untuk terjun ke industri. Entah karena mental yang kurang siap, atau yang lebih parah adalah tidak punya kompetensi atau keterampilan yang menjadi daya tawar diri bagi perusahaan.
Dalam esai mahasiswa UNAIR Surabaya tersebut, setidaknya ada empat tips atau solusi praktis sebagai persiapan Gen Z atau para calon sarjana sebelum terjun ke dunia kerja, antara lain:
- Memilih akun-akun media sosial yang memberikan konten edukatif dan inspiratif.
- Meluangkan waktu setiap hari untuk belajar keterampilan baru yang relevan dengan dunia kerja.
- Terlibat aktif dalam organisasi atau komunitas yang mendukung pengembangan diri.
- Menyeimbangkan waktu antara kegiatan produktif dan istirahat agar tetap menjaga kesehatan mental dan fisik.
“Tujuan saya adalah agar mahasiswa (calon sarjana) dapat mencegah tingginya angka pengangguran dengan meningkatkan kemampuan diri,” ujar Thoriq menjelaskan kenapa memilih tema “Tantangan Generasi Z pada Era Modern: Membentuk Rencana Karier dalam Rangka Menakan Tingginya Angka Pengangguran” untuk esainya.
“Saya berharap semua mahasiswa termotivasi untuk mengembangkan potensi diri dan tidak mudah menyerah menghadapi realitas saat ini,” tutup mahasiswa UNAIR Surabaya tersebut.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.