Kisah lain datang dari Doni* (21), mahasiswa UNY yang juga berjuang di tengah kondisi keluarga yang ekonominya sulit. Mahasiswa asal Boyolali ini bercerita kalau orang tuanya sampai menjual sapi supaya ia bisa masuk kuliah.
Ia masuk kuliah pada 2020, bertepatan dengan situasi pandemi. Kedua orang tuanya cukup terdampak situasi pandemi. Bapaknya merupakan pedagang angkringan dan sang ibu menjadi buruh pabrik.
“Dulu saat pandemi, dagangannya bapak sepi. Sisa banyak setiap hari. Sedangkan ibu, banyak mendapat potongan gaji. Padahal gaji ibu saja hanya UMR Boyolali,” paparnya.
Mimpi kedua orang tua untuk menjadikan anaknya sarjana, membuat sapi yang jadi tabungan keluarga dijual. Menurut Doni, sapi yang masih berumur satu tahun itu dijual seharga sekitar Rp10 juta.
Doni lolos seleksi UNY lewat jalur mandiri. Di awal masuk selain harus bayar UKT sebesar Rp4,2 juta per semester, jalur mandiri juga dikenakan semacam uang pangkal.
“Jadi dulu dengan uang pangkal itu, total bayar awal Rp4,7 juta,” paparnya.
Keringanan dari UNY yang tidak ringan
Sebenarnya, Doni masuk bertepatan dengan berlakunya mekanisme keringanan biaya kuliah akibat penurunan kondisi ekonomi akibat pandemi. Ada potongan biaya sebesar 50 persen bagi yang mengalami kendala ekonomi. Namun, pengumuman potongan baru muncul setelah tenggat pembayaran UKT.
“Dan saat itu tidak ada mekanisme pengembalian uang yang sudah dibayarkan dengan jelas. Sehingga orang tua tetap bayar full,” paparnya saat dihubungi Mojok.
Peliknya kondisi ekonomi, membuat Doni berinisiatif untuk bekerja saat proses pembelajaran masih berlangsung secara daring. Ia berjualan es tebu di pinggiran jalan Boyolali. Hal itu ia lakoni demi memenuhi kebutuhan pribadi dan perkuliahan di luar UKT.
Saat menginjak semester kedua, ia berhasil mendapat keringanan potongan UKT sebesar Rp500 ribu. Namun, itu hanya bertahan sampai ia semester empat. Setelah itu biaya UKT kembali normal.
Pembelajaran yang mulai luring ditambah sejumlah praktikum, membuat Doni harus ke Jogja. Sampai saat ini, ia terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kuliah di UNY dengan uang terbatas. Bukan perkara mudah, namun inilah yang segelintir mahasiswa hadapi demi bisa tetap kuliah.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News