“Saya belajar bahwa yang membuat seseorang kuat bukan karena ia tidak pernah jatuh, tapi karena ia selalu memilih untuk bangkit.” Begitu kata Aliya Eka Listiyanti, mahasiswa beasiswa KIP Kuliah yang baru saja lulus sebagai sarjana cumlaude di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya).
Ibu Aliya meninggal kala ia masih berjuang mengejar mimpi. Namun, situasi yang semulia menjadi titik terendahnya itu, ia jadikan sebagai dorongan untuk menyalakan harapan baru.
Ditolong kerabat demi bisa sekolah SMA
Aliyah lahir dari keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas. Ayahnya bekerja serabutah (buruh dan tukang ojek). Sementara ibunya awalnya adalah ibu rumah tangga biasa.
Alhasil, ada banyak hal yang tidak bisa serta-merta dia dapatkan dengan mudah. Sekali pun itu urusan sekolah.
Misalnya, kala hendak melanjutkan SMA, Aliya mengaku nyaris putus sekolah karena tak ada biaya. Beruntung, saat itu seorang kerabat jauh bersedia menanggung biaya SMA Aliyah. Bahkan juga memberinya tempat tinggal.
“Kalau tidak karena kebaikan Mas Eko dan keluarganya (kerabat yang dimaksud), mungkin saya tidak akan bisa sekolah lagi,” tutur Aliya, seperti dimuat di siaran UMSurabaya.
Mendapat kesempatan tersebut, tentu saja Aliya tak mau menyia-nyiakan. Meski sejak kecil terkendala ekonomi, tapi Aliya memang merupakan pembelajar yang tekun.
“Waktu SD sampai SMP, saya selalu berusaha jadi juara kelas. Saya percaya, pendidikan bisa mengubah hidup saya,” ujarnya. Itu lah kenapa dia bertekad betul untuk lanjut ke perguruan tinggi—menjadi sarjana.
Nyaris tak bisa kuliah, untung ada beasiswa KIP Kuliah
Hanya saja, perjalanan untuk bisa kuliah pun tak mudah bagi Aliya. Apalagi saat itu orang tuanya harus berpisah.
Satu sisi Aliya juga harus berpikir membantu sang ibu. Sebab, sejak perpisahan itu, ibu Aliya harus menopang ekonomi keluarga.
Aliya sebenarnya sempat mendaftar di beberapa universitas untuk jurusan Arsitektur. Akan tetapi, ia berkali-kali gagal lolos seleksi.
“Saya sempat merasa gagal, merasa mungkin mimpi ini terlalu tinggi untuk gadis dari keluarga sederhana seperti saya,” katanya.
Dalam situasi tersebut, Aliya tersadar bahwa dia tak boleh menyerah dan harus terus melangkah. Oleh karena itu, dia bekerja sebagai guru les privat anak-anak SD.
Sedikit demi sedikit uang hasil mengajar ia kumpulkan untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Akhirnya, berkat beasiswa KIP Kuliah, Aliya bisa kuliah gratis di jurusan yang dia impikan di UMSurabaya, gratis.
“Saya menangis waktu menerima pengumuman. Bukan karena saya lolos, tapi karena saya berhasil membuktikan pada diri sendiri bahwa saya mampu,” kenangnya.
Ibu meninggal kala anak berjuang
Aliya tak mau kuliah sekadar kuliah. Dia dikenal sebagai mahasiswa aktif dan mengejar banyak prestasi.
Dia menorehkan berbagai penghargaan tingkat nasional seperti Gold dan Silver Medal di Futuristic and Prestige Research, Technology, and Art (2023), serta Silver dan Bronze Medal di Mandalika Essay Competition (2024).
Dia juga menjadi peserta terbaik dalam program Studi Independen MSIB Batch 5 di PT Neosia Pratama Indonusa. Bahkan dipercaya memimpin lebih dari 100 peserta dari seluruh Indonesia.
Namun di tengah masa berjuang mengejar mimpi itu, pukulan telak menghantam Aliya. Saat memasuki semester tujuh, ibunya jatuh sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia.
“Itu titik terendah dalam hidup saya. Ibu adalah sumber doa dan semangat saya. Beliau orang pertama yang ingin saya buat bangga saat wisuda,” ujarnya dengan suara bergetar.
Mahasiswa beasiswa KIP Kuliah jadi sarjana cumlaude
Aliya sempat terkungkung dalam duka mendalam. Namun, pada akhirnya dia memilih bangkit karena dia harus terus mengejar mimpinya.
Aliya menjadikan skripsinya sebagai bentuk penghormatan bagi sang ibu. Tugas akhirnya adalah desain pengembangan rumah sakit di desanya tempat terakhir ibunya dirawat sebelum berpulang.
“Setiap garis yang saya gambar penuh kenangan. Skripsi itu bukan hanya karya akademik, tapi juga persembahan cinta terakhir untuk ibu,” tuturnya lirih.

Pada Sabtu (26/10/2025) lalu Aliya resmi diwisuda. Dia lulus sebagai sarjana cumlaude dengan IPK 3,79.
Dia merupakan sarjana pertama dalam keluarganya. Kini dia masih akan mengejar mimpinya menjadi Arsitek. Aliya kini menjadi simbol harapan baru bagi adik dan keluarganya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Beasiswa KIP Kuliah di Tangan yang Tepat: Jadi 2 Bisnis Berkembang meski Dikhianati-Diremehkan, Malah Tak Lupa Kasih Bantuan ke Sesama atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












