Ada penyesalan kuliah HI ternyata tak sesuai ekspektasi
Mubarok, pada awalnya, memang menikmati masa-masa perkuliahannya. Namun, lama kelamaan, ia sulit mengikuti materi. Persoalannya, ia memang bukan orang yang terlalu menyukai politik, sementara banyak mata kuliah HI UB Malang tak lepas dari bahasan politik.
“Jujur aku nol besar soal politik. Ya aku sadar HI itu jurusan yang politik banget, tapi mikirku enggak bakal seribet ini,” jelas mahasiswa asal Solo ini.
Meski terseok-seok, dengan beberapa kali mengulang mata kuliah, akhirnya Mubarok bisa lulus sembilan semester. Ia sah menjadi sarjana HI UB Malang pada 2022 lalu.
“Ya sebenarnya lulus-lulusan aja, ngerjain segala sesuatu serba setengah hati. Skripsi pun sebenarnya enggak bagus-bagus amat. Masih untuk lulus dengan IPK 3,2.”
Gaji sering dibanding-bandingkan dengan lulusan SMK
Setelah lulus kuliah dari HI UB Malang, Mubarok cukup kesulitan untuk cari kerja. Terlebih, dia pesimis bakal dapat pekerjaan yang linier dengan jurusannya karena kesempatan yang kecil dan persaingan yang ketat. Makanya, banyak lowongan pekerjaan ia lamar tanpa pandang bulu.
“Yang penting dapat kerja. Apalagi cari kerja memang susah, soalnya habis pandemi,” ujarnya.
Sudah melamar kerja sana-sini, tak ada satu pun panggilan. Tercatat, hampir setahun Mubarok menganggur. Untungnya, saat sehari-harinya ia nyambi mengajar les privat Bahasa Inggris, jadi masih ada sedikit penghasilan.
Tercatat pada pertengahan 2023, Mubarok baru dapat pekerjaan tetap. Ia diterima kerja sebagai customer service (CS) salah satu perusahaan marketplace yang berkantor di Solo. Jobdesk Mubarok adalah melayani pelanggan via chat.
“Itu pun masih jadi omongan. Orang tua, keluarga besar, masih aja yang banding-bandingin dengan teman-teman lulusan SMK. Katanya gaji mereka lebih besar lah,” kata Mubarok.
“Paling nyakitin sih omongan saudara, katanya ‘percuma kuliah mahal-mahal kalau gaji saja setengahnya buruh pabrik’.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News