Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Cara Berkendara Motor Plat K Diresahkan Orang Jogja, Tapi bikin Takjub Orang Surabaya

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
19 Januari 2025
A A
Motor plat K, penakluk pantura yang diresahkan di Jogja tapi dikagumi di Surabaya MOJOK.CO

Ilustrasi - Motor plat K, penakluk pantura yang diresahkan di Jogja tapi dikagumi di Surabaya. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Orang Surabaya yang “mengagumi” pengendara motor plat K

Kekaguman orang Surabaya itu saya alami sendiri. Setidaknya di lingkaran teman-teman saya.

Selama merantau di Surabaya, beberapa kali saya dan teman-teman motoran ke daerah-daerah di Jawa Timur. Misalnya, ke Magetan, Blitar, Mojokerto, Jombang, (jalur selatan), Pasuruan, Malang, Kediri (jalur timur), Gresik, Lamongan, Tuban (jalur pantura), dan lain-lain.

Beberapa kali dalam perjalanan tersebut saya mendapat jatah memboncengkan (artinya saya yang memegang kemudi (mootor)).

“Gokil! Penakluk pantura tenan,” begitu respons yang saya dapat.

Pasalnya, di luar Surabaya, jalan raya memang dipenuhi dengan beragam jenis kendaraan. Terutama yang ngeri, bagi teman-teman saya yang asli Surabaya, adalah bus dan truk.

Di jalanan Jawa Timur, bus seperti Sumber Selamet memang menjadi momok mengerikan bagi pengendara lain. Pemandangan yang tentu saja jarang teman saya temui di jalanan kota Surabaya.

“Wani tenan koen (berani betul kamu) meliuk-liuk di tengah bus dan truk,” kata teman saya.

Alih-alih kapok, beberapa teman malah lebih memilih membonceng saya tiap ada agenda ke luar daerah. Alasan pertama, mereka percaya saya sudah terlatih menghadapi situasi jalan raya. Secara, saya sudah terbiasa lalu-lalang di jalur pantura (Rembang-Surabaya atau Rembang-Semarang) yang terkenal “ganas”.

Alasan kedua, dengan menyetir yang “seberani” itu, memungkinkan perjalanan bisa lebih cepat. Karena saya memang menancap gas di angka 80 km/jam-100 km/jam.

Alasan ketiga, bagi mereka, orang-orang yang terbiasa melintasi pantura seperti saya tidak gampang capek dan ngantuk di jalan. Alhasil, tidak ada opsi gantian. Teman saya cukup duduk saja di belakang sambil terkantuk-kantuk.

Guyub dan gayeng di perantauan

Seorang teman sekampung saya di Rembang, Gandika (24) juga mengungkapkan hal serupa. Sebagai pengendara motor plat K, orang-orang sering menaruh rispek padanya.

Gandika sejak lulus SMK langsung berjibaku dengan kerasnya hidup. Dia pernah merantau di Tangerang, Semarang, dan Surabaya (berpindah-pindah tempat kerja).

“Misalnya di Tangerang. Orang-orang pada heran pas tahu aku sering bawa motor Tangerang-Rembang. Kok kuat? Kan aku sering sendiri. Lebih-lebih dalam bayangan mereka, pantura ya semengerikan itu. Harus rebutan jalan sama truk dan bus,” ungkap Gandika, Sabtu (18/1/2025).

Saat merantau di Surabaya, kekaguman yang Gandika terima ternyata tak sebatas soal caranya berkendara. Tapi lebih ke soal guyub dan geyangnya orang-orang plat K.

Iklan

“Di Surabaya kan banyak juga yang plat K, to. Nggak cuma Rembang. Orang Kudus, Jepara, Blora, Pati, kan ada juga yang merantau ke sana. Yang jadi kuli-kuli,” beber Gandika.

Nah, tanpa sengaja Gandika nguli dengan seorang dari Blora. Juga bawa motor plat K. Akhirnya mereka guyub. Bahkan, beberapa kali saat sedang makan di warung, tiba-tiba ada saja yang  menjawil Gandika, “Mas, plat K, daerah ngendi (mana), Mas?” Dari situ lalu nyambung obrolan hingga saling bertukar nomor HP.

“Dan memang biasanya pada ngumpul-ngumpul. Kadang di banguanan (tempat tidur kuli), main kartu. Kadang ya ketemu di warung kopi,” jelas Gandika.

“Dan itu, bagi orang-orang yang non plat K di Surabaya, plat K itu ternyata gayeng-gayeng,” sambungnya.

Pantura itu keras!

Saya ceritakanlah perbedaan anggapan orang Jogja dan Surabaya pada pengendara motor plat K pada Gandika. Gandika tertawa.

Gandika lalu berargumen. Secara mudah begini, orang Jogja terbiasa dengan kesantunan. Sehingga, wajar saja mereka resah dengan cara berkendara motor plat K.

“Lalu, misalnya yang diresahkan adalah sering nyalip dari kiri, atau suka nyebal-nyebal dan salip sana-salip sini, itu ada alasannya,” tutur Gandika.

Di pantura, lanjut Gandika, pengendara motor harus berhadapan dengan bus, truk, dan kendaraan besar lain.

Situasinya padat. Sering sekali Gandika kesulitan menyalip dari sisi kanan. Karena dari arah berlawanan pun sama padatnya. Sementara ruang terbukanya ada di sisi kiri. Maka, sisi kiri itulah yang Gandika—dan mungkin pengendara motor plat K lain—manfaatkan.

“Di pantura itu ada kode dari pemotor yang dipahami sama pengendara lain seperti truk atau mobil pribadi. Kalau mau nyalip dari kiri, klakson dulu. Maka si sopir truk akan paham, dia nggak akan tiba-tiba ambil ngiri. Kalau malam, kodenya pakai dim. Jadi sebelum nyalip, dim beberapa kali ke arah sepion truk. Cuma kalau sama bus emang agak susah, harus sering ngalah,” beber Gandika.

Sedangkan kenapa sering ngebut-ngebutan, alasannya ya biar lekas sampai tujuan. Itu saja.

Tapi Gandika menyadari, cara berkendara seperti itu pada dasarnya tidak aman. Selain juga tidak seharusnya habit berkendara seperti itu dibawa ke daerah lain. Karena situasi kultural dan lalu lintasnya tentu saja berbeda.

Namun, karena sudah menjadi kebiasaan, alhasil cara berkendara motor plat K yang diresahkan di Jogja tersebut seolah sudah tersetel otomatis di alam bawah sadar.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Keramahan di Sepanjang Jalan Rembang-Jogja yang Sulit Ditemui Saat ke Surabaya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2025 oleh

Tags: Jogjapanturapilihan redaksiplat KrembangSurabaya
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.