“Loh, sumpah?” tanya saya sedikit tidak percaya.
“Iyo Cak, koyok e (sepertinya) gara-gara tak gas terus. Gak mandek (nggak berhenti).”
“Mosok se? Wes tak service lo. Dua minggu wingi sek tas ganti oli. Bensin e ta yo?” (Benarkah? Sudah aku service padahal. Dua minggu kemarin aku baru saja ganti oli. Apa karena bensin ya?)
“Nggak kok, bensin aman. Minggir sek ae (minggir dulu saja) kali ya.” kata teman saya akhirnya, yang sudah mencoba menyalakan Yamaha Mio 2011 saya beberapa kali tapi tak kunjung nyala.
Dapat apa? Dapat hikmahnya…
Kami pun mencoba bertanya ke warga sekitar di mana lokasi bengkel terdekat. Beruntung, jaraknya tidak terlalu jauh meski mengharuskan kami menuntun.
“Ini businya Mbak,” kata seorang bapak yang memeriksa Yamaha Mio 2011 saya sekitar 20 menit.
Itu pun baru memeriksa, belum memperbaikinya. Tak lama setelah kami tiba, hujan mengguyur kawasan Bantul. Saya hanya bisa menatap teman saya yang melihat proses “penyembuhan” motor saya. Matanya terlihat iba, apalagi saya.
“Cak, cak, kurang 10 menit ae mati. Padahal wes ape totok (padahal sudah mau sampai),” kata saya kecewa, “Gimana, mau dilanjut?”
“Udan Cak. Wes nggak mood nggak se. Totok kono yowes basah, (Hujan, sudah nggak mood nggak sih? Sampai sana juga pasti basah).”
Oleh karena itu, jadilah kami nongki di perbengkelan. Sepanjang perbaikan motor Yamaha Mio 2011 saya, kami berdua terus cekikikan bahkan pada hal-hal yang sepele.
Saat seorang kucing keluar dari pintu rumah dengan wajahnya yang sinis, misalnya. Ia tampak seperti baru bangun tidur. Mungkin terganggu dengan suara berisik kami, sebab ia seolah memeloti kami dengan wajah masam dan lucunya.
Hingga sekitar satu jam berlalu, suara bising dari Yamaha Mio 2011 saya melawan suara hujan. Ia memekik, seolah bangun dari koma. Sontak, kami berdua mengucapkan alhamdulillah.
Setidaknya, meski tak jadi pergi wisata ke pantai, motor matic saya masih menyala. Dan kami bisa pulang dengan selamat. Mengingat, jalanan yang kami tempuh tadi kebanyakan dahan dan sawah. Bisa dipastikan, jalanan akan gelap saat malam.
Yamaha Mio 2011 masih kuat menerjang bukit
Peristiwa mogoknya Yamaha Mio 2011 tadi menjadi pelajaran berharga bagi saya, betapa pentingnya meng-service motor. Maka, beberapa bulan berikutnya sebelum saya dan teman saya mengagendakan pergi wisata ke bukit, saya sudah meng-service-nya duluan.
Kami pergi wisata ke Bukit Argobelah yang ada di wilayah Deles Indah, Klaten. Jaraknya sekitar 24 kilometer dari kosan saya atau butuh waktu selama 47 menit.
Sama seperti kemarin, teman saya membonceng dengan Yamaha Mio Sporty saya. Kali ini, jalanannya berbeda dengan arah menuju pantai. Untuk menuju Bukit Argobelah, Yamaha Mio 2011 saya harus kuat naik memboyong tubuh kami berdua.
Awalnya, ia bergetar, tapi masih bisa bergerak pelan-pelan. Saya sudah sedikit khawatir, tapi teman saya sudah sangat lihai mengendarainya. Minimal, Yamaha Mio 2011 saya tak lagi mogok di tengah jalan. Ia bahkan berhasil mengantarkan kami sampai tujuan.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: 5 Tahun Pakai Yamaha Mio Pemberian Bapak, Motor Butut Menerjang Sial Suramadu-Bojonegoro atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.











