Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Tiket Masuk Desa Trunyan Lebih Seram daripada Mayat-Mayat yang Bergeletakan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
6 Januari 2025
A A
Kuburan Desa Trunyan.MOJOK.CO

Tiket Masuk Desa Trunyan Lebih Seram daripada Mayat-Mayat yang Bergeletakan (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada yang lebih seram daripada mayat-mayat yang bergeletakan di kuburan Desa Trunyan, Bali. Ya, tiket masuknya. Banyak pengunjung mengeluhkan biaya masuk yang kepalang mahal, bahkan terkesan memalak.

***

Tiga kali lawatan saya ke Bali, belum pernah sekalipun mengunjungi Desa Trunyan di Kintamani, Kabupaten Bangli. Padahal, tempat ini sangat recomended buat dikunjungi, terutama bagi mereka yang tertarik pada diskursus budaya dan antropologi. 

Desa Trunyan sendiri merupakan desa kuno yang dihuni oleh orang-orang asli Bali. Mereka mengidentifikasi diri sebagai “Bali Aga” atau “Bali Tua”. Bali Aga merupakan keturunan orang-orang yang mendahului Kerajaan Majapahit pada abad ke-16.

Desa yang diapit danau dan tepi kawah terluar Gunung Batur ini memiliki tata cara penguburan yang unik. Orang-orang yang meninggal tidak dikubur ataupun dibakar–sebagaimana tradisi umum di Pulau Dewata. Melainkan, orang-orang hanya cukup meletakkan mayat-mayat tersebut di bawah pohon.

Maka tak heran, kalau berkunjung ke sana, kalian bakal melihat tumpukan tengkorak. Persis seperti yang terlihat dalam film King Kong. Bahkan, kalau beruntung, mayat-mayat yang masih utuh pun bisa kalian jumpai.

Akses lumayan sulit

Kebetulan, dalam lawatan keempat ke Bali pada Rabu (18/12/2024), saya berkesempatan mendatangi kuburan Desa Trunyan. Untuk menuju ke sana, saya dan rombongan menghabiskan waktu 3 jam dari Kecamatan Kuta–tempat kami menginap–menuju Kintamani.

Tiba di Kintamani, bus tak bisa masuk ke Desa Trunyan. Makanya, kami kudu menyewa mobil dari tour guide. Dari obrolan dengan pengemudi mobil, konon tak banyak sopir berani mengantar ke kuburan Trunyan karena aksesnya yang ekstrem.

Benar saja, jalanan berkelok dan curam kami lalui. Tiga puluh menit kami digoyang oleh jalanan berlubang dan licin, sebelum akhirnya sampai di Pelabuhan Trunyan. Masing-masing turis di rombongan saya ditarik biaya Rp250 ribu untuk menyebrang memakai perahu.

“Buat menyebrang, kira-kira butuh waktu 10 menit,” kata Yudi, seorang tour guide yang bakal memandu perjalanan kami ke kuburan Desa Trunyan.

Kuburan Desa Trunyan, Bali.MOJOK.CO
Akses menuju kuburan Desa Trunyan sangat sulit (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Yudi memberitahu, begitu nanti kami sampai, maka harus menjaga sikap. Termasuk untuk tidak berkata kotor, menyentuh, atau membawa pulang (baca: mencuri) barang-barang yang berserakan di kuburan.

“Saling menghormati saja karena kita semua adalah tamu,” imbuhnya.

Tak ada bau busuk di tengah tumpukan mayat

Begitu sampai di kompleks kuburan Desa Trunyan, Yudi langsung melangsungkan semacam ritual kecil menggunakan batang rokok. Tujuannya adalah untuk kulo nuwun kepada para “pendahulu” di tempat tersebut.

Begitu ritual selesai, kami pun dipersilakan masuk. Di sana, saya bisa menyaksikan 11 mayat yang diletakkan dalam sangkar bambu. Beberapa di antaranya sudah menjadi tulang belulang. Ada tiga mayat yang masih berbentuk.

Iklan
Trunyan, Bali.MOJOK.CO
Ada 11 mayat yang diletakkan dalam sangkar bambu (Mojok.co/Aisyah A. Wakang)

Yudi menjelaskan, ritual meletakkan mayat di sangkar bambu tersebut dinamakan Mepasah. Sebelumnya, mayat-mayat ini disucikan dengan air hujan, kemudian dibaringkan di tanah dan dibungkus dengan kain putih kecuali wajah.

“Total 11 mayat yang ada di sangkar bambu. Ketika nanti ada mayat baru, maka mayat yang paling lama akan digeser biar jumlah dalam sangkar tetap 11. Kalau sudah menjadi tengkorak, akan ditumpuk di atas batu.”

Meskipun ada banyak mayat bergeletakan, uniknya tak tercium bau busuk di sana. Menurut Yudi, itu karena keberadaan pohon Taru Menyan yang tumbuh di area kuburan. 

“Pohon ini usianya sudah ribuan tahun. Nggak bisa tumbuh di tempat lain,” klaim Yudi.

Kalau menurut sumber yang saya baca, terutama penelitian dari mahasiswa Universitas Negeri Ganesha (Undiksha) Bali, ada tiga faktor yang bikin kuburan Desa Trunyan tak tercium bau busuk.

Trunyan, Bali.MOJOK.CO
Ada tiga faktor mengapa mayat-mayat di kuburan Desa Trunyan tak mengeluarkan bau busuk (Mojok.co/Aisyah A. Wakang)

Pertama, karena letaknya berada di tempat yang tinggi, sehingga memperlambat pembusukkan. Kedua, tidak adanya lalat yang juga memperlambat pembusukkan. Dan, ketiga, benar: keberadaan pohon Taru Menyan yang aroma semerbaknya menyamarkan bau busuk.

Pantangan di kuburan Desa Trunyan

Sayangnya, tak semua mayat bisa dimakamkan (baca: diletakkan) di kuburan Desa Trunyan. Ada tata cara yang harus dipatuhi. Menurut Bli Toni, juru kunci di kuburan tersebut, salah satunya adalah “jenis kematian”.

“Kalau meninggal tidak wajar, tidak boleh diletakkan di makam Desa Trunyan. Tetap kami kubur di tanah,” ujarnya kepada Mojok, Rabu (18/12/2024).

Bli Toni, Bali.MOJOK
Menurut Bli Toni, tak sembarang mayat boleh dimakamkan di kuburan Desa Trunyan (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Menurut Toni, “wajar” yang dimaksud adalah meninggal karena usia atau sakit biasa. Sementara orang-orang yang mati karena bunuh diri, terkena wabah, sakit kulit, kecelakaan, atau karena guna-guna, dianggap meninggal tak wajar dan tak boleh dimakamkan di sana.

“Bayi-bayi juga tidak boleh dimakamkan di situ. Tetap kami kubur. Kami ada kompleks pemakaman sendiri,” imbuhnya.

Selain itu, para perempuan di Desa Trunyan juga dilarang…

Baca halaman selanjutnya…

Mayat-mayat yang terus menghantui. Tapi tak lebih seram ketimbang tiket masuknya.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 8 Januari 2025 oleh

Tags: Balikintamanikuburan desa trunyanpariwisata Balipilihan redaksitrunyantrunyan bali
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.