Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Tiket Masuk Desa Trunyan Lebih Seram daripada Mayat-Mayat yang Bergeletakan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
6 Januari 2025
A A
Kuburan Desa Trunyan.MOJOK.CO

Tiket Masuk Desa Trunyan Lebih Seram daripada Mayat-Mayat yang Bergeletakan (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Selain itu, para perempuan di Desa Trunyan juga dilarang pergi ke kuburan saat jenazah dibawa ke sana. Kata Toni, pantangan tersebut mengikuti kepercayaan yang telah mengakar kuat di masyarakat setempat. Mereka percaya, jika seorang perempuan datang ke kuburan saat mayat sedang dibawa ke kuburan, maka akan terjadi bencana di desa tersebut.

“Pengunjung juga dilarang membawa apa saja dari kuburan. Batu, uang, bahkan tanah. Karena bisa celaka,” jelas Toni.

Mayat-mayat di kuburan Desa Trunyan yang terus menghantui

Kunjungan saya dan rombongan ke kuburan Desa Trunyan tak terlalu lama. Kira-kira setelah 15 menit di sana, saya dan rombongan memutuskan untuk kembali. Cukup banyak kegiatan di sana saya dokumentasikan, termasuk foto-foto mayat. Selanjutnya, kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan menuju Desa Munduk di Buleleng, Bali bagian utara, untuk menghabiskan malam.

Meskipun Buleleng dan Bangli berjarak kurang lebih 100 kilometer, bayang-bayang akan mayat-mayat di kuburan Desa Trunyan terus menghantui. Aish (24), salah satu orang yang bergabung dalam rombongan kami, mengaku tak bisa tidur.

“Pertama kali melihat mayat yang sudah membusuk,” ujarnya, menceritakan alasan mengapa dia terus merasa dihantui.

Kuburan di Terunyan.MOJOK.CO
Kumpulan tengkorak yang ada di kuburan Desa Trunyan (Aisyah A. Wakang)

“Apalagi, di dekat mayat ada foto. Jadinya membayangkan wajah asli orang yang dulunya hidup, tapi sekarang sudah menjadi mayat dan membusuk di depanku. Makanya terbayang terus,” imbuhnya.

Malam itu, Aish mengaku “ada yang memperhatikan”. Mandi tak tenang, tidur pun tak nyenyak. “Sosok” yang dia saksikan di kuburan Desa Trunyan tadi, seolah-olah mengikutinya.

Tiket masuk kuburan ternyata jauh lebih seram

Mau diakui atau tidak, bagi Aish atau orang sepertinya yang baru pertama kali menyaksikan mayat, pengalaman datang ke kuburan Desa Trunyan memang ngeri. Apalagi Bali juga terkenal dengan nuansa mistiknya yang masih sangat kental.

Akan tetapi, ternyata ada yang lebih ngeri daripada mayat-mayat yang bergeletakkan. Ya, itu adalah tiket masuknya yang harganya amat-amat nggak ngotak.

Pada awalnya, saya pikir uang Rp250 ribu per kepala adalah harga yang normal bagi wisatawan. Tapi ternyata, banyak orang mendapat tarif lebih tinggi. Sebelum kembali, rombongan kami menemui turis asal India yang diharuskan membayar Rp3 juta untuk bisa menyebrang.

Karena penasaran, saya pun mencoba melihat ulasan kuburan Desa Trunyan melalui Google Maps Review. Dan, benar saja, ada banyak orang yang mengeluh, marah, dan kapok datang karena “dipalak” biaya yang amat mahal. Itu pun belum termasuk “orang lokal” yang kerap meminta uang tambahan.

Mayoritas dari pengunjung yang mengeluh adalah turis-turis mancanegara. Bahkan, ada salah satu orang yang mengaku perahunya sengaja diberhentikan di tengah danau. Jika mau lanjut, wajib menambah biaya. 

Alhasil, banyak dari mereka yang pada akhirnya menyebut tempat ini “overprice”, “tidak ramah”, “jangan dikunjungi”.

Penulis: Ahmad Effendi

Iklan

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: ‘Anak Bali Ilang Baline’ – Bagaimana Pariwisata Mencabut Akar Budaya dan Identitas Masyarakat Adat Pulau Dewata? atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 8 Januari 2025 oleh

Tags: Balikintamanikuburan desa trunyanpariwisata Balipilihan redaksitrunyantrunyan bali
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Aktual

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.