Bus, kadang jadi saksi manusia yang tumbuh dan menjadi apa-apa yang lebih berharga. Bus Eka salah satunya, jadi saksi pria Sidoarjo yang mencoba memahami hidup saat duduk di kursinya.
***
Fakhri (28), freelancer yang kini tinggal di Jakarta, begitu antusias saat saya meminta dirinya untuk menceritakan arti bus Eka. Pria Sidoarjo ini adalah pengguna setia bus Eka Sidoarjo-Jogja. Dirinya mengaku kalau bus ini adalah bus yang punya banyak cerita dalam hidupnya.
Fakhri menambahkan, kenapa dia memilih bus, bukan kereta sebagai transportasi utama Sidoarjo-Jogja karena perkara fleksibilitas. Dia biasa naik lewat Terminal Bungurasih, yang mana trayek Sidoarjo-Jogja itu adalah salah satu yang paling ramai, tiap 15 menit ada bus yang masuk. Jadi dia tidak perlu pesan tiket dan sejenisnya. Bahkan bus Sidoarjo-Jogja tersedia hingga jam 2 pagi, jadi begitu fleksibel.
Kenapa Eka, bagi Fakhri, karena sejarahnya. Eka adalalah bus patas yang fakhri pertama kali pernah coba. Saat itu, dia naik Eka tujuan Jogja untuk ujian tulis masuk kampus bersama almarhum ayahnya. Jadi, bus ini memang punya nilai yang begitu besar baginya.
Sebenarnya, Fakhri beberapa kali mencoba bus lain. Contohnya, Sugeng Rahayu, tapi nggak dari Sidoarjo ke Jogja. Tapi ya, lagi-lagi kembali ke Eka. Apalagi naik kereta, dia tak minat.
Fakhri jadi saksi perubahan bus Eka. Dia sempat bicara karoseri, fasilitas, dan tentunya, harga tiket. Pada 2014, seingat Fakhri, harga tiket Eka beserta makan itu sekitar 103 ribu rupiah, tanpa makan bisa 90 ribu atau lebih murah. Terakhir, katanya harganya naik sekitar 120 ribuan.
“Pokoknya pas covid itu tanpa makan udah 100 ribuan, Mas.”
Kenangan di Duta
Yang membuat Fakhri dan Eka terikat adalah memori, seperti yang sudah saya bilang di awal. Tak hanya tentang perjalanan pertama bersama bapaknya, Eka sudah jadi “rumah kedua” bagi Fakhri. Selain itu, Eka jadi saksi perjalanan hidup Fakhri. Seperti kehilangan dompet di RM Duta (tempat makan bus Eka), lalu nonton Piala Dunia di sana, serta momen-momen penting dalam hidupnya.
Salah satunya adalah, saat Fakhri merenungkan hidup saat menuju Jogja untuk ikut job fair. Fakhri bilang, momen itu salah satu momen yang mengubah hidupnya, karena pada akhirnya dia harus menghadapi kenyataan hidup. Lulus, tapi masih menganggur, dan tak tahu mau kerja apa, dan berjudi lagi ke Jogja dengan ikut job fair.
Fakhri juga belajar solidaritas dari bus Eka. Dia bercerita saat perjalanan dari Jogja menuju Madiun, bus Eka yang dia tumpangi mengalami kecelakaan, menyundul truk pickup, katanya. Mau tak mau, dia dan penumpang lainnya akan dioper ke armada Eka yang lainnya. Di saat proses operan, dia melihat sopir Eka yang lain memberi santunan ke kawan yang mengalami musibah.
Tentu saja, dia pernah mengalami adrenalin memuncak gara-gara bus kebut-kebutan. Saat perjalanan Jogja-Sidoarjo, bus Eka yang dia tumpangi “ditantang” mobil di bypass dan akhirnya balapan. Dia sendiri mengaku, memang inilah kekurangan transportasi darat, terkadang emosi bisa terpancing.
Kisah saya dengan Eka memang bener-bener ikatan antara manusia, perjalanan, dan rumah. Banyak pertemuan-pertemuan yang tak temuin yang mungkin susah didapetin kalo naik kereta apalagi pesawat.”
Tips naik Bus Eka
Sebagai spesialis bus Eka, Fakhri memberikan beberapa tips bagi para penumpang yang belum pernah naik Eka. Salah satunya adalah cara dapat tempat duduk yang diinginkan saat high season. Tipsnya adalah, coba naik dari pool-nya agar bisa milih tempat duduk.
Selain itu, misal pengin lebih murah, mending bawa makan dari rumah. Minum tak perlu khawatir, sebab tiket sudah beserta minum. Tips selanjutnya adalah, trayek. Bagi Fakhri, inilah yang paling penting.
“Biar nggak salah kayak saya, dari Sidoarjo itu usahakan pilih trayek Purwokerto atau Magelang. Soalnya kalau trayek Semarang, kita pasti dioper waktu sampai Solo. Tapi kalau naik Jogja-Magelang-Purwokerto, kita bisa turun di Janti atau Giwangan.”
Fakhri menambahkan, kalau mau naik Eka dari Jogja, jangan nekat naik di atas jam 12. Soalnya tidak seramai Bungurasih, yang tiap 15 menit selalu ada.
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
BACA JUGA Menikmati Persaingan Abadi Bus Sugeng Rahayu dan Eka Mira di Jalanan Jawa Timur
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.