Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Bidikan

Lahan Pemakaman di Jogja Menyempit Juru Kunci Terhimpit, Sepi Pemakaman Sepi Pemasukan

Khatibul Azizy Alfairuz oleh Khatibul Azizy Alfairuz
24 Agustus 2025
A A
Makam Karangwaru, Kota Jogja MOJOK.CO

Makam Karangwaru, Kota Jogja. (Khotibul Azizy Alfairuz/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Membidik Cerita: Lahan pemakaman di Jogja makin terbatas. Di sebuah makam yang penuh sesak–di Makam Karangwaru–seorang juru kunci hidup ketidakpastian. Sepi pemakaman, artinya juga sepi pemasukan.

***

Di Jogja, sebagian besar lahan makam sudah penuh. Menurut Tim Pansus bersama Dinas Pekerjaan Umum, sekitar 80 hingga 90 persen lahan pemakaman di Kota Jogja telah mencapai kapasitas/penuh.

Kondisi ini terjadi bukan hanya karena pertumbuhan penduduk yang cepat, melainkan juga karena keterbatasan ketersediaan lahan.

Dampaknya terasa nyata, terutama bagi keluarga yang kehilangan anggota. Mereka kesulitan mencari lahan untuk pemakaman. Salah satunya terlihat di Makam Karangwaru, Kota Jogja.

Jumat (15/8/2025) siang, di bawah langit mendung, saya mendatangi Makam Karangwaru yang terletak di Tegalwaru, Kota Jogja. Karena terletak di tengah-tengah perkampungan warga, akses hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki maupun kendaraan roda dua.

Sesampainya di sana, Hadi Subagyo (76), juru kunci makam tersebut, sedang mencuci clurit dan sekop yang biasa ia gunakan untuk membabat rumput.

Baru juga hendak menyapa, hujan mulai turun. Tapi hal itu membuat saya dan Hadi akhirnya bisa berbincang lebih banyak karena kami berteduh di bawah atap yang sama.

Hadi, juru kunci Makam Karangwaru, Kota Jogja MOJOK.CO
Hadi, juru kunci Makam Karangwaru, Kota Jogja. (Khotibul Azizy Alfairuz/Mojok.co)

Jenazah di Makam Karangwaru Kota Jogja harus ditumpuk

Hadi bercerita, sudah 15 tahun terakhir hampir semua jenazah yang dimakamkan di Makam Karangwaru, Kota Jogja, harus “ditumpuk.”

“Kalau di sini, Mas, itu sudah pasti ditumpuk. Misalnya nenek buyut dimakamkan di sini, nanti kalau anaknya meninggal dan ingin dimakamkan di sini juga, ya ditumpuk bersama ibunya,” kata Hadi.

Selain itu, makam tersebut juga kerap menerima jenazah pendatang dari luar daerah yang menetap di Jogja. Kata Hadi, tak jarang ada orang dari NTT, NTB, Sulawesi yang meninggal di Jogja dan lantas dimakamkan di malam tersebut.

Persoalannya, keterbatasan ekonomi membuat keluarga para pendatang itu tidak mampu membawa pulang jenazah. Sehingga mau tidak mau harus dimakamkan di Jogja.

Di tengah kondisi lahan makan yang sempit, Hadi biasanya mencarikan lahan sempit di sudut pemakaman, atau menumpuk jasad dengan makam yang sudah berusia tua.

Suasana di Makam Karangwaru MOJOK.CO
Suasana di Makam Karangwaru. (Khoitibul Azizy Alfairuz/Mojok.co)

Sepi pemakaman, sepi pemasukan

Masalah keterbatasan lahan ini bukan hanya menyulitkan orang yang hendak menguburkan jenazah anggota keluarganya, tetapi juga berdampak pada Hadi sebagai juru kunci.

Iklan

“Saya di sini tidak digaji, tidak ada uang bulanan. Kalau ada orang meninggal, biaya pemakaman Rp2,5 juta, itu dibagi untuk tukang gali, MC, lalu saya. Sisanya disimpan di kas kelurahan,” jelas Hadi.

Hadi biasanya menerima Rp250 ribu dalam satu prosesi pemakaman. Jika jenazah berasal dari luar Karangwaru, biayanya Rp3,5 juta, dan ia mendapat Rp350 ribu.

Di luar itu, penghasilannya hanya datang dari para peziarah yang kadang memberi amplop ketika berkunjung, meski kebanyakan hanya menyapa: sekadar basa-basi.

“Terakhir itu ya, Mas, menjelang Lebaran lumayan banyak yang datang tapi ya gitu, juga sehari saja. Kadang ada yang menyapa saya karena sudah hafal, lalu memberi amplop. Tapi kebanyakan hanya menyapa saja, aruh-aruh,” tutur Hadi.

Makam Karangwaru, Kota Jogja, tampak sudah penuh sesak MOJOK.CO
Pemakaman Karangwaru, Kota Jogja, tampak sudah penuh sesak. (Khotibul Azizy Alfairuz/Mojok.co)

Tak ada niat jadi juru kunci

Sudah 14 tahun–sejak 2011 silam–Hadi bekerja sebagai juru kunci. Sebelumnya ia merupakan penggali kubur yang biasa menangani jenazah yang hendak diantar ke liang persitirahatan terakhir.

Saat juru kunci sebelumnya meninggal, kepala kelurahan lalu membujuk Hadi sebagai pengganti. Awalnya, ia sama sekali tidak berniat menjadi juru kunci. Tapi bujukan kepala kelurahan membuatnya akhirnya menimbang-nimbang.

“Awalnya saya dibujuk, tapi nggak mau, Mas. Namun, besoknya saya kembali diundang dan dibujuk lagi. Waktu itu kepala kelurahan bilang, ‘Dicoba dulu satu atau dua tahun, Pak. Kalau setelah itu kira-kira tidak cocok, ya berhenti juga tidak apa-apa.’ Akhirnya saya coba jalani, dan sampai sekarang tetap saya lakukan,” tutur Hadi.

Juru kunci makam di Jogja, hidup dari amplop peziarah

Sebagai gambaran, pekerjaan Hadi di Makam Karangwaru, Jogja, itu tidak hanya sebatas menjaga, tetapi juga merawat dan memastikan kondisi makam tetap terjaga. Ia membersihkan area sekitar, merapikan kijing yang rusak, hingga menyambut para peziarah yang datang.

Saat musim hujan, tak jarang tanah di makam tersebut ambles dan merusak beberapa kijing (nisan) makam. Karena tidak ada anggaran yang memadai untuk perbaikan, ia pun sering turun tangan atas inisiatif sendiri.

Hadi tengah bersih-bersih area makam MOJOK.CO
Hadi tengah bersih-bersih area makam. (Khotibul Azizy Alfairuz/Mojok.co)

“Kalau musim hujan, tanah biasanya ambles dan merusak dua sampai empat makam, Mas. Saya langsung melapor ke kepala kelurahan, tetapi jawabannya hanya, ‘Sak mampune bapak mawon (Diperbaiki bapak sendiri sebisanya)’. Kadang saya hanya diberi Rp150 ribu untuk memperbaiki,” tuturnya.

Saat ditanya mengapa tetap menjadi juru kunci meskipun pada awalnya tidak berniat, Hadi menjawab: karena tidak ingin disuruh-suruh dan ingin hidup bebas.

“Saya melakukan ini semua itu ya nggak disuruh-suruh, Mas. Kalau disuruh Saya nggak mau. Karena dari dalam diri saya sendiri saja, kalau ada rumput yang tinggi atau kalau ada yang rusak ya saya benerin,” beber Hadi.

Hidup Hadi sepenuhnya bergantung dari amplop peziarah, uang dari prosesi pemakaman. Paling mentok, diberi rokok pun tetap ia terima. Masalahnya, Makam Karangwaru, Kota Jogja, makin jarang menerima prosesi pemakaman. Lahannya sudah sempit. Begitu juga pemasukan Hadi.

Membidik Cerita ini merupakan foto jurnalistik yang diproduksi oleh mahasiswa program Sekolah Vokasi Mojok periode Juli-September 2025.

Fotografer: Khatibul Azizy Alfairuz
Kurator: Muchamad Aly Reza
Redaktur: Muchamad Aly Reza

LIHAT JUGA: Hari-hari Sepi Para Pemilik Kios Buku Bekas di Jalan Kahar Muzakir Yogyakarta atau konten Membidik Cerita (foto jurnalistik) Mojok lainnya di rubrik Bidikan 

 

Terakhir diperbarui pada 24 Agustus 2025 oleh

Tags: Jogjajuru kunci makamkota jogjalahan makam jogja
Khatibul Azizy Alfairuz

Khatibul Azizy Alfairuz

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
ump diy.MOJOK.CO

Working Poor dalam Bayang-Bayang UMP DIY 2026 dan Biaya Hidup yang Semakin Tinggi

28 November 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.