Riuh suporter Universitas Islam Indonesia (UII) yang memenuhi tribun GOR UII, Jogja, Rabu (12/11/2025) sore itu, mendadak senyap. Waktu di papan skor menunjukkan sisa 58 detik. Bola yang baru saja dilepaskan kaki Arie Yeriko Navaro meluncur mendatar ke sisi kanan gawang, tak terjangkau kiper tuan rumah, Galih Dwi Wicaksono. Gol!
Para pemain Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sontak berhamburan ke pinggir lapangan, merayakan satu-satunya gol yang menentukan hasil laga perebutan peringkat ketiga kompetisi futsal Campus League 2025 by Polytron kategori putra. Skor akhir: UAD 1-0 UII.
Bagi penonton yang menyaksikan dari awal, gol itu seperti titik klimaks dari pertandingan yang berlangsung keras dan menegangkan sejak peluit pertama. Tak ada yang ingin pulang sebagai “tim pelengkap podium”. Meski bukan partai final, tensi pertandingan ini tak kalah tinggi.
Tempo tinggi, pertahanan disiplin
Begitu pertandingan dimulai, kedua tim langsung menekan. Baik UAD maupun UII menampilkan gaya bermain yang sama agresifnya: mengandalkan pressing tinggi dan serangan cepat. Dalam sepuluh menit pertama, ritme permainan terasa seperti duel dua tim yang sedang main di final.
UII, yang tampil sebagai tuan rumah, memanfaatkan dukungan sekitar 300 penonton di tribun. Sorak “UII! UII!” menggema setiap kali Fausta Dhiya atau Habib Shafaraz menusuk dari sisi sayap. Mereka melepaskan sembilan tembakan ke arah gawang Agung W Fauzan, empat di antaranya tepat sasaran.

Namun, UAD tak mau kalah. Tim asuhan pelatih Moh Rais Rusyadi itu itu tampil lebih rapi dalam membangun serangan. Dengan formasi lima pemain: Agung di bawah mistar, dibantu Wahyu C Abdilah dan Ichya Muhaymin di lini belakang, serta A Yeriko Navaro dan Helfrans sebagai motor serangan, mereka mampu menciptakan peluang berbahaya. Dari sembilan tembakan yang dilepaskan, lima mengarah tepat ke target.
Pertandingan juga diwarnai permainan keras. Adu fisik tak terhindarkan di hampir setiap perebutan bola. UAD harus menerima satu kartu kuning ketika Ichya Muhaymin menyikut salah satu pemain UII. Wasit juga beberapa kali terpaksa menghentikan permainan akibat benturan.
Walau kedua tim sama-sama tampil menyerang, babak pertama berakhir tanpa gol. Skor kacamata tak mencerminkan betapa intensnya pertarungan di lapangan.
Kesabaran UAD berbuah gol di penghujung laga
Memasuki babak kedua, tempo permainan tak menurun sedikit pun. UII justru menaikkan intensitas. Di hadapan pendukung sendiri, mereka tampil lebih bernafsu mencetak gol. Total 17 kali percobaan dilakukan sepanjang laga, meski hanya enam yang benar-benar mengarah ke gawang. Mayoritas tembakan dilepaskan dari jarak jauh, menandakan betapa sulitnya mereka menembus rapatnya pertahanan UAD.
Sebaliknya, UAD memilih bermain lebih sabar. Bola diputar dari kanan ke kiri, tak tergesa mencari celah. Gaya ini membuat mereka lebih efisien dalam mengontrol tempo. Setiap serangan UII yang gagal dimanfaatkan sebagai peluang balik cepat, meski beberapa kali mentok di lini belakang lawan yang dikomandoi Ahimsha dan Muhammad Rafli.

Waktu terus berjalan, dan banyak yang mengira laga bakal berakhir lewat adu penalti. Namun, UAD tetap sabar menunggu momentum. Kesempatan itu akhirnya datang di penghujung laga, tepat ketika jarum jam menyisakan kurang dari satu menit.
Sebuah pelanggaran terjadi di depan area penalti UII. Pemain UAD, Farid Angga, berdiri menatap bola, seolah bersiap menembak langsung. Tembok hidup UII sudah berbaris. Namun, alih-alih menembak, Farid mengirim umpan pendek ke sisi kiri.
Di sana, Arie Yeriko Navaro berdiri bebas tanpa kawalan. Tanpa pikir panjang, ia melepaskan tembakan mendatar ke sisi kanan gawang. Galih DW sudah melompat, tapi bola lebih cepat. Jaring bergetar, dan para pendukung UAD meledak dalam sorak gembira. Sementara suporter UII yang sempat riuh, terbungkam.
UII mencoba membalas dalam sisa waktu kurang dari satu menit, tapi semuanya terlambat. Peluit panjang wasit mengakhiri laga dengan kemenangan tipis UAD 1-0.
Penutup manis untuk perjalanan yang pahit
Bagi Arie Yeriko Navaro, gol tersebut bukan sekadar angka di papan skor. Itu adalah simbol dari kerja keras dan pembuktian dirinya di turnamen ini.
“Ini gol yang spesial,” ujarnya ketika ditemui Mojok usai laga. “Sepanjang turnamen saya cuma mencetak dua gol. Tapi yang ini jadi penentu kemenangan tim. Rasanya luar biasa.”

Gol pertamanya tercipta di babak penyisihan grup, ketika UAD menang 4-1 atas Universitas Terbuka (UT) Jogja. Setelah itu, ia lebih banyak berperan sebagai pengatur tempo permainan ketimbang pencetak gol. Maka, ketika peluang terbuka di menit-menit akhir laga perebutan peringkat ketiga itu datang, Arie tahu ia tak boleh menyia-nyiakannya.
Kendati berhasil merebut posisi ketiga, UAD sejatinya mematok target lebih tinggi. Sebelum turnamen dimulai, pelatih menargetkan tim bisa lolos ke final. Namun, langkah mereka terhenti di semifinal setelah kalah tipis 0-1 dari Universitas Atma Jaya (UAJ) Jogja.
“Itu kekalahan yang menyakitkan, saya pribadi sangat terpukul,” ujar Arie pelan. “Tapi kami tetap bersyukur bisa menutup turnamen dengan kemenangan. Setidaknya kami pulang dengan kepala tegak.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Kompetisi Futsal Campus League 2025: “Derby Karangmalang” Masih Milik Kampus Biru atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












